Sindikasi international.okezone.com |
Posted: 08 Apr 2012 03:11 AM PDT DHARAMSHALA - Salah seorang akademisi dari Rusia mengatakan, umat Budha Rusia tampak kecewa karena Pemimpin Spiritual Tibet Dalai Lama tidak diperbolehkan berkunjung ke Negeri Beruang Merah. "Pengaruh dan propaganda China di Rusia semakin meningkat dari hari ke hari. Para simpatisan komunis Rusia bahkan mempublikasi artikel yang menyebutkan bahwa siapapun yang memusuhi China akan menjadi musuh bagi Rusia," ujar akademisi Rusia Sergius L. Kuzmin, seperti dikutip Phayul, Minggu (8/4/2012). Kuzmin menulis buku di negaranya dan buku itu dirilis di Dharamshala. Buku yang ditulis oleh Kuzmin menceritakan tentang sejarah Tibet serta analisisnya terhadap warga Tibet yang mendambakan sebuah negara. "Tibet tidak pernah menjadi bagian dari sebuah negara. Pernyataan yang mengatakan bahwa Tibet adalah bagian dari Kekaisaran China adalah konsep dari para kaisar. Memasukkan Tibet ke dalam wilayah China juga merupakan pelanggaran," imbuhnya. Akademisi Rusia itu menjelaskan, suatu saat Tibet akan berubah menjadi negara yang merdeka seperti halnya China yang membebaskan diri dari penjajahan. "China sempat merasakan penjajahan di wilayahnya, namun mereka akhirnya merdeka. Tibet juga akan merasakan apa yang dirasakan China. Proses itu hanya membutuhkan waktu," tegasnya. Negeri Panda memang menganggap Dalai Lama sebagai ancaman keamanan nasionalnya. China bahkan mengecam negara-negara yang menerima kunjungan Dalai Lama dan mengatakan, kunjungan Dalai Lama ke salah satu negara di dunia ini akan memperburuk hubungan bilateral China dan negara yang bersangkutan.(AUL) |
"ICC Harus Adili Mantan Pimpinan Pasukan Revolusi Libya" Posted: 08 Apr 2012 02:00 AM PDT TRIPOLI - Human Right Watchy mengatakan, mantan pimpinan pasukan revolusi Libya di Misrata berpotensi dijatuhi hukuman penjara oleh Mahkamah Kriminal Internasional (ICC). "Pimpinan pasukan revolusi Libya bisa mendapat hukuman penjara karena bertanggung jawab atas kejahatan perang yang mereka lakukan terhadap warga Libya," ujar HRW, seperti dikutip AFP, Minggu (8/4/2012). Hingga saat ini, pemerintah yang memimpin kota Misrata dianggap bertanggung jawab terhadap kekerasan yang mereka lakukan pada warga sipil Libya. Para pasukan revolusi dari Kota Misrata juga kerap melakukan aksi penjarahan dan kekerasan kepada warga loyalis Moammar Khadafi pada saat perang Libya berlangsung. ICC bahkan dituntut agar membawa para pejabat-pejabat Kota Misrata atas tuduhan penahanan sewenang-wenang terhadap loyalis Khadafi dan penyiksaan. Mereka juga dituduh membuat warga Kota Tawargha kehilangan tempat tinggalnya. Meski Khadafi sudah terguling dari kekuasaannya, peperangan antarfraksi dan antarsuku masih terjadi di Libya. Beberapa pengamat menilai, Libya merupakan salah satu negara Arab yang mengalami disintegrasi dengan cepat setelah revolusi muncul. Barat yang dahulu membantu proses revolusi Libya juga sudah pergi dari Libya. Krisis yang terjadi di Libya dimanfaatkan oleh militan-militan Al Qaeda yang tengah menyebarkan pengaruh. Bendera Al Qaeda bahkan sempat berkibar di Kota Sirte yang merupakan kota kelahiran Khadafi.(AUL) |
You are subscribed to email updates from Sindikasi international.okezone.com To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan