ANTARA - Mancanegara |
Posted: 07 Oct 2011 09:40 PM PDT Semarang (ANTARA News) - Sepuluh orang delegasi Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) di Semarang, Sabtu, bergandeng tangan yang menandai sidang pertemuan pra-Konperensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN di bidang sosial budaya dimulai. Seusai pembukaan, sidang Senior Officials Committee for ASCC (SOCA) itu dilanjutkan dengan pembahasan sejumlah isu yang menjadi komitmen ASEAN. "Sejumlah isu yang akan dibahas seperti masalah HIV/AIDS, peningkatan peran dan partisipasi untuk para penyandang catat, dan akan dibangunnya pusat penanganan bencana," kata Ketua Komite Pejabat Senior untuk Komunitas Sosial Budaya ASEAN, Indriyono Soesilo. Isu lainnya yang akan dibahas dalam sidang, menuruy dia, yakni komitmen mengatasi masalah perubahan iklim, hingga upaya dalam pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015. Dalam pertemuan tersebut juga akan membahas sejumlah kesepakatan di bidang sosial budaya, seperti kerjasama di bidang bencana alam melalui pembentuan ASEAN Humanitarian Assistance on Disaster Management (AHA Centre), ujarnya. Selain itu, menurut dia, juga dibahas kerjasama di bidang keanekaragaman budaya, kesehatan, dan di bidang perlindungan pekerja migran. Indriyono mengatakan bahwa seluruh isu tersebut akan dibawa dalam pertemuan ASEAN tanggal 15-19 November 2011 di Bali. "Pertemuan ini adalah untuk menyiapkan dokumen yang akan disahkan dan ditandatangani kepala pemerintahan atau negara ASEAN pada KTT ASEAN di Bali," katanya. Dalam kesempatan tersebut, Indriyono kembali menyatakan bahwa saat ini ASEAN berusaha mewujudkan target realisasi Komunitas ASEAN pada tahun 2015. Usai dibuka secara resmi, sebelum pembahasan dimulai, masing-masing delegasi diberikan kesempatan untuk memberikan masukan urutan isu yang akan dibahas selama dua hari pada Sabtu dan Minggu (9/10). Namun, ia mengemukakan, untuk pembahasan isu penting dalam sidang SOCA tersebut berlangsung secara tertutup. (*) Editor: Priyambodo RH COPYRIGHT © 2011 Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com |
Taliban klaim menangi perang Afghanistan Posted: 07 Oct 2011 11:22 AM PDT ... bahkan dengan persenjataan dan peralatan tidak memadai... memaksa pasukan penjajah, yang berniat tinggal selamanya, memikirkan ulang posisi mereka... Berita Terkait Video Perang kelompok itu dalam satu dasawarsa terakhir, "bahkan dengan persenjataan dan peralatan tidak memadai... memaksa pasukan penjajah, yang berniat tinggal selamanya, memikirkan ulang posisi mereka", kata juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, dalam pernyataan berbahasa Inggris. Presiden Hamid Karzai dan para pendukung Barat sepakat semua pasukan asing akan pulang ke negara mereka sebelum akhir 2014, namun Barat menjanjikan dukungan yang berlanjut setelah masa itu, dalam bentuk dana dan pelatihan bagi pasukan keamanan Afghanistan. 7 Oktober merupakan peringatan tahun ke-10 operasi militer AS di Afghanistan, yang diluncurkan setelah serangan-serangan 11 September 2001 di AS dan yang membantu menggulingkan pemerintah Taliban dari kekuasaan. Seorang juru bicara pasukan pimpinan NATO yang berperang di Afghanistan mengatakan, mereka tidak mempunyai rencana untuk memperingati invasi itu. Namun, kemajuan dalam perang itu dipersoalkan, dengan kedua pihak mengklaim berada di atas angin. "Dengan berlalu jihad 10 tahun rakyat Afghanistan yang membanggakan terhadap pasukan invasi, kami harus mengingatkan bahwa kemenangan Ilahi bersama kami," kata pernyataan email Mujahid itu. "Jika kami berpegang kuat pada tali Allah, menghindari ketidaktulusan, perseteruan, kemunafikan dan keburukan-keburukan lain, maka dengan bantuan Allah, musuh kami akan terpaksa meninggalkan negara kami sepenuhnya," kata pernyataan itu. Gerilyawan meningkatkan serangan pembunuhan terhadap politikus, termasuk yang menewaskan Ahmed Wali Karzai, adik Presiden Hamid Karzai, di Kandahar pada Juli dan utusan perdamaian Burhanuddin Rabbani di Kabul bulan lalu. Konflik meningkat di Afghanistan dengan jumlah kematian sipil dan militer mencapai tingkat tertinggi tahun lalu ketika kekerasan yang dikobarkan Taliban meluas dari wilayah tradisional di selatan dan timur ke daerah-daerah barat dan utara yang dulu stabil. Sebanyak 711 prajurit asing tewas dalam perang di Afghanistan sepanjang tahun lalu, yang menjadikan 2010 sebagai tahun paling mematikan bagi pasukan asing, menurut hitungan AFP yang berdasarkan atas situs independen icasualties.org. Jumlah kematian sipil juga meningkat, dan Kementerian Dalam Negeri Afghanistan mengumumkan bahwa 2.043 warga sipil tewas pada 2010 akibat serangan Taliban dan operasi militer yang ditujukan pada gerilyawan. Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaida Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001. Sekitar 130.000 personel Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO yang berasal dari puluhan negara berada di Afghanistan untuk membantu pemerintah kabul memerangi pemberontakan Taliban dan sekutunya. Sekitar 521 prajurit asing tewas sepanjang 2009, yang menjadikan tahun itu sebagai tahun mematikan bagi pasukan internasional sejak invasi pimpinan AS pada 2001 dan membuat dukungan publik Barat terhadap perang itu merosot. Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut. Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak rakitan) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer. (M014) Editor: Ade Marboen COPYRIGHT © 2011 Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com |
You are subscribed to email updates from ANTARA News - Internasional To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan