KOMPAS.com - Internasional |
Posted: 02 Aug 2011 03:57 AM PDT AS Tolak Jual F-16 Ke Taiwan Iwan Santosa | Administrator | Selasa, 2 Agustus 2011 | 10:57 WIB (Getty Images/MENAHEM KAHANA) Pesawat F16 Israel mendarat di pangkalan udara di Israel utara setelah menyelesaikan misi di Libanon pada 20 Juli 2006. TAIPEI, KOMPAS.com- Pemerintah Amerika Serikat (AS) diperkirakan menolak menjual pesawat tempur F-16C/D ke Taiwan. Dalam situs Taiwan wantchinatimes.com, Selasa (2/8), Presiden Taiwan Ma Ying Jeo memperkirakan membaiknya hubungan Washington-Beijing akan mempersulit Taiwan memperoleh senjata dari AS. "Kita akan sulit membeli persenjataan canggih dari AS dalam kondisi sekarang," ujar Ma atas kebijakan sekutunya AS. Pada tahun 2006, Taiwan semasa pemerintahan Presiden Chen Shui Bian menyatakan berminat membeli 66 unit F-16C/D dari AS. Ketika itu hubungan Taipei-Washington sangat erat. Pada tahun 2001 Presiden George W Bush mengumumkan penjualan tiga jenis persenjataan canggih ke Taiwan berupa delapan kapal selam bermesin diesel. Bahkan di tahun 2003 Kementerian Pertahanan AS mengundang Taiwan terlibat dalam riset pembuatan pesawat tempur termodern JSF-35. Situasi itu mendorong Angkatan Udara Taiwan merencanakan membeli jet tempur terbaru termasuk melibatkan diri dalam proyek pembuatan F-35. Bulan madu hubungan mulai rusak di tahun 2004 karena Taiwan berulangkali menunda pembiayaan pembelian tiga jenis sistem senjata strategis. Akhirnya Taiwan di tahun 2006 menetapkan anggaran nasional sebesar 3 persen dari GDP untuk membeli senjata. Chen Shui Bian pun mengajukan rencana membeli F-16C/D sebanyak 66 unit dan meng-up grade F-16A/B milik mereka dengan Join Direct Attack Munition (JDAM) senilai NT$ 150 milyar (setara Rp 47 trilyun). Saat ini, sejumlah sumber tidak resmi di Gedung Putih menyarankan Taiwan untuk tidak menyurati lebih lanjut tentang permintaan membeli F-16C/D. Jawaban resmi AS baru akan disampaikan bulan Oktober 2011. |
Rekor Untaian Bra Gagal Terpecahkan Posted: 02 Aug 2011 03:36 AM PDT Rekor Untaian Bra Gagal Terpecahkan Egidius Patnistik | Selasa, 2 Agustus 2011 | 10:36 WIB Reuters Sebuah upaya Inggris mencetak rekor baru untaian bra terpanjang di dunia berantakan setelah bra-bra itu kusut dan terlilit. LONDON, KOMPAS.com - Sebuah upaya Inggris mencetak rekor baru untaian bra terpanjang di dunia berantakan setelah bra-bra itu kusut dan terlilit. Penyelenggara acara itu "Bra Chain" semula berharap dapat menghasilkan untaian bra sepanjang 100 mil di Worcester demi mengumpulkan dana buat yayasan amal perempuan dan mengalahkan rekor dunia saat ini yang dipegang Australia. Rekor Australia adalah 166.000 bra yang diikatkan. Para relawan atau "pengikat" berniat untaian yang terdiri 200.000 bra. Namun mereka terpaksa menghentikan kegiatannya separuh jalan, ketika sebagian pakaian dalam wanita itu kusut di dalam kotak. "Kami meremehkan waktu yang diperlukan untuk mengeluarkan bra tersebut dari kotak dan mengikatkannya," kata Launa Walker dari "Bra Chain". "Sungguh perlu waktu untuk mengikat semua bra jadi untaian dan setelah sekitar sembilan jam mengikatkan pakaian dalam itu, kami memutuskan untuk menghentikan upaya kami," kata Walker kepada Reuters. Pihak penyelenggara mengatakan, mereka akan melakukan upaya itu lagi untuk memecahkan rekor dunia di masa depan dan masih menerima sumbangan bra yang tak dipakai. "Kami akan mencoba lagi, kami telah mempelajari beberapa teknik," kata Walkar. Kegiatan itu dilakukan dalam upaya membantu yayasan amal perempuan Inggris, Breakthrough Breast Cancer, unit kanker payudara Worcester, dan Women's Aid, yang membantu korban kekerasan dalam rumah tangga. |
You are subscribed to email updates from KOMPAS.com - Internasional To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan