ANTARA - Mancanegara |
Libya Makin Berdarah, 27 Orang Tewas Dalam Demonstrasi Posted: 18 Feb 2011 02:24 PM PST Kairo (ANTARA News) - Demonstrasi antipemerintah di Libya timur menewaskan sedikitnya 20 orang di Benghazi dan tujuh orang di Derna, kutip situs surat kabar Oea yang dekat dengan Seif al-Islam, putra pemimpin Libya Moamer Kadhafi, Jumat, seperti dikutip AFP. Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.Menurut Oea, 20 korban tewas dimakamkan di kota kedua Libya, Benghazi, Jumat. Satu sumber medis mengatakan sebelumnya 14 orang tewas dalam kerusuhan itu. Di Derna, sebelah timur Benghazi, tujuh orang tewas dalam protes dengan lima jenazah dimakamkan Jumat dan dua masih berada di rumah sakit. Dengan kematian itu, jumlah orang yang dilaporkan tewas sejak demonstrasi meletus di Libya Selasa lalu menjadi 41, demikian perhitungan AFP yang dihimpun dari sumber-sumber lokal yang berbeda. Aktivis prodemokrasi di sejumlah negara Arab, termasuk Libya, tampaknya terinspirasi revolusi di Tunisia dan Mesir yang berhasil menumbangkan pemerintah yang telah berkuasa puluhan tahun. Buntut dari demonstrasi mematikan selama lebih dari dua pekan di Mesir, Presiden Hosni Mubarak mengundurkan diri Jumat (11/2) setelah berkuasa 30 tahun dan menyerahkan kekuasaan kepada Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata, sebuah badan yang mencakup sekitar 20 jendral yang sebagian besar tidak dikenal umum sebelum pemberontakan yang menjatuhkan pemimpin Mesir itu. Sampai pemilu dilaksanakan, dewan militer Mesir menjadi badan eksekutif negara yang mengawasi pemerintah sementara Perdana Menteri Ahmed Shafiq. Di Tunisia, demonstran juga menjatuhkan kekuasaan Presiden Zine El Abidine Ben Ali. Ben Ali meninggalkan negaranya pertengahan Januari setelah berkuasa 23 tahun di tengah tuntutan yang meningkat agar ia mengundurkan diri meski ia telah menyatakan tidak akan mengupayakan perpanjangan masa jabatan setelah 2014. Ia dikabarkan berada di Arab Saudi. M014 Editor: Jafar M Sidik Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com |
5 Tewas Dalam Demonstrasi Yaman Posted: 18 Feb 2011 11:18 AM PST Berita Terkait Beberapa dokter mengatakan, empat orang tewas akibat tembakan di kota pelabuhan Aden, Yaman selatan, dimana sentimen antipemerintah meninggi. Satu orang lagi tewas dalam ledakan granat di Taiz, kota kedua terbesar Yaman. Sedikitnya 11 orang cedera di Aden, tempat ribuan demonstran yang marah kepada apa yang mereka sebut penggunaan kekuatan berlebihan oleh pasukan keamanan, memadati jalan raya selama berjam-jam. Sejumlah orang membakar satu bangunan yang dulu digunakan opolisi, sementara beberapa lainnya melemparkan batu ke sebuah kantor pemerintah daerah di jantung kota pelabuhan selatan itu, kata saksi mata seperti dikutip Reuters. Mereka meneriakkan slogan-glogan menuntut pengunduran diri presiden Yaman, sementara ratusan orang melakukan aksi duduk untuk memprotes pembunuhan demonstran. Puluhan ribu demonstran juga memadati kota Taiz, 200 kilometer sebelah selatan Sanaa, ibukota Yaman. Satu orang tewas dan 28 lain cedera, tiga diantaranya kritis, ketika sebuah granat tangan dilemparkan ke arah massa dari sebuah mobil, kata seorang dokter. Seorang pejabat kementerian dalam negeri mengatakan, polisi telah menangkap seorang tersangka, namun demonstran menuduh pemerintah mendalangi serangan itu. Saleh, yang negaranya dihimpit kemiskinan, saat ini berusaha menumpas Alqaeda, meredam gerakan separatisme di selatan dan menjaga gencatan senjata yang rapuh dengan pemberontak Syiah di wilayah utara. Saleh mengamati kerusuhan yang meluas di dunia Arab dan telah mengisyaratkan bahwa ia akan berhenti setelah masa tugasnya berakhir pada 2013. Ia sebelumnya memangkas pajak dan menjanjikan kenaikan gaji bagi pegawai negeri dan tentara. Diilhami oleh revolusi yang menggulingkan Presiden Tunisia Zine El Abidine Ben Ali pada Januari dan demonstrasi antipemerintah di Mesir yang akhirnya menggulingkan Presiden Hosni Mubarak pada Februari, demonstran Yaman juga menuntut pengunduran diri Saleh dalam beberapa waktu terakhir. Yaman hingga kini masih menghadapi kekerasan separatis di wilayah utara dan selatan. Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk Republik Yaman pada 1990 namun banyak pihak di wilayah selatan, yang menjadi tempat sebagian besar minyak Yaman, mengatakan bahwa orang utara menggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam dan mendiskriminasi mereka. Negara-negara Barat, khususnya AS, semakin khawatir atas ancaman ekstrimisme di Yaman, termasuk kegiatan Alqaeda di Semenanjung Arab (AQAP). Para komandan militer AS telah mengusulkan anggaran 1,2 milyar dolar dalam lima tahun untuk pasukan keamanan Yaman yang mencerminkan meningkatnya kekhawatiran atas keberadaan Alqaeda di kawasan tersebut, lapor Wall Street Journal September lalu.(*) M014 Editor: Jafar M Sidik Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com |
You are subscribed to email updates from ANTARA News - Internasional To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan