KOMPAS.com - Internasional |
Busana Muslim Australia: Lebih Berwarna, tetapi Tetap Sederhana Posted: 24 Jul 2013 08:27 PM PDT Dibandingkan dengan busana muslim Indonesia yang memiliki corak dan motif yang lebih ramai, baju muslim di Australia justru lebih sederhana dengan warna-warna yang natural, tetapi tetap terkesan modern. Industri busana muslim di Australia disebut-sebut memiliki masa depan yang cerah. Busana muslim terus mengokohkan posisinya di industri fashion di Australia. Hal ini bisa dilihat dari maraknya festival dan pameran pakaian muslim yang digelar di Australia, salah satunya adalah "Faith, Fashion, Fusion" di tahun 2012 lalu. Tak hanya itu, kini semakin bermunculan nama-nama desainer busana muslim di Australia, salah satunya adalah Hijab House yang berbasis di kota Sydney. Butik yang khusus menawarkan koleksi busana muslim modern ini menjadi butik khusus Muslimah pertama di Australia, yang berhasil membuka jaringan ritel di pusat perbelanjaan. Tarik Houchar, pemilik butik ini, menjelaskan kalau pada awalnya Hijab House menjual busana muslimah yang masih tradisional dengan warna-warna gelap. "Kemudian saya memiliki adik yang masih remaja dan betapa sulitnya untuk bisa menemukan pakaian yang tetap tertutup, tetapi lebih berwarna," ujar Tarik. Hal inilah yang akhirnya mendorong Tarik untuk mengubah konsep butiknya. Kini, ia menawarkan pakaian muslimah dengan potongan yang lebih modern dan warna-warna yang lebih terang, namun tetap berkesan simpel. "Saya percaya kalau Islam memiliki ajaran nilai-nilai yang kontekstual. Islam adalah agama yang paling mudah beradaptasi dengan segala suasana." "Mungkin saja bagi Muslimah di negara-negara Arab mereka terbiasa dengan warna yang gelap, seperti hitam," "Tetapi, bagi sebagian wanita di negara-negara Asia atau negara barat, mereka sudah terbiasa menggunakan sesuatu yang berwarna-warni sehingga ada revolusi warna dalam perkembangan dunia fashion Islam." Tetap Sopan Hijab, berasal dari kata Arab yang artinya menutup atau penghalang. Dalam praktiknya, hijab adalah menutup tubuh bagi wanita. Sementara arti luasnya adalah lebih kepada penjagaan terhadap sikap. Hijab juga diidentikkan dengan kesopanan dan kerendahan hati. Kesederhanaan inilah yang ditampilkan dalam warna putih dan hitam. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, busana muslim pun mengikuti potongan dan jahitan yang menjadi tren dunia. Warna-warna yang digunakan pun lebih beragam dan berwarna, termasuk cara menggunakan penutup kepala. Sekarang banyak Muslimah yang tidak lagi terbatas hanya menggenakan kerudung panjang, tetapi juga dalam bentuk turban atau ikat kepala. Busana muslim yang bergaya modern seperti ini dengan mudah dapat ditemukan di beberapa negara-negara di Asia Tenggara, termasuk di Indonesia yang diramalkan akan menjadi pusat mode busana muslim dunia. Perbedaannya dengan gaya busana muslim di Indonesia, Australia memiliki potongan baju yang lebih sederhana. Gaun panjang yang mengadaptasi model kebaya tradisional, rok panjang, atau celana masih mendominasi model-model pakaian bagi Muslimah. Corak dan motif warna pun tidak terlalu rumit atau kompleks dibandingkan di Indonesia. Jika di Tanah Air motif busana muslim banyak dipengaruhi oleh motif batik yang cukup rumit, di Australia, yang lebih banyak digunakan adalah motif bunga-bunga besar atau floral yang juga kini sedang menjadi tren di dunia. Selebihnya adalah motif klasik seperti garis-garis dan polkadot. Sementara warna yang digunakan di dunia fashion Muslim di Australia sudah sama seperti halnya busana muslim di Indonesia, hanya pilihannya lebih kepada warna-warna netral atau pastel. Menurut Tarik, kini dirinya tidak takut lagi untuk menggunakan atau menampilkan warna-warna yang lebih cerah dan terang sebagai pakaian untuk Muslimah. "Jika ada seorang Muslimah yang menggenakan jubah berwarna merah, apakah menjadi jaminan kalau ia ingin pamer? Bisa saja yang menggenakan warna hitam malah memiliki keinginan untuk pamer lewat sikapnya." Pangsa pasar Menurut Tarik, industri fashion secara umum kini sedang lesu. Hal ini bisa jadi disebabkan daya beli masyarakat dunia yang menurun akibat krisis ekonomi yang melanda sejumlah negara. "Tetapi, industri fashion yang mengusung baju muslim terbilang sangat muda, justru dianggap berbeda dan mampu memberikan perubahan dalam dunia fashion," tegas Tarik. Tarik mengaku kalau industri pakaian muslim di Australia terus berkembang. Bahkan, pangsa pasarnya menjadi lebih besar jika dibandingkan dengan industri fashion lainnya. "Karena melihat potensi yang Anda, saya memilih akan tetap berada di jalur (busana muslim). Busana muslim masih terbilang baru sehingga selalu ada ruang untuk terus berkembang dan berinovasi." Dengan terus mempertahankan gaya dan pola yang sedernaha, namun tetap elegan, Tarik mengaku optimistis kalau produknya akan mendunia. Ia juga berharap kalau ke depannya butik miliknya akan menjadi referensi bagi para Muslimah dalam memilih baju. Salah satu strategi yang ia gunakan untuk melebarkan sayapnya adalah melalui internet, terlebih belakangan ini semakin banyak bloger-bloger yang tertarik pada busana muslim. Keberadaan butik secara online juga meraup pangsa pasar anak muda yang lebih gemar melakukan online shopping. Editor : Egidius Patnistik |
Pria California Berlari 1,6 Km Setiap Hari Selama 45 Tahun Posted: 24 Jul 2013 07:42 PM PDT LANCASTER, KOMPAS.com — Mark Covert (62), pria asal California, Selasa lalu mengakhiri rutinitas yang membutuhkan konsistensi dan kebugaran luar biasa: berlari sedikitnya 1 mil (1,6 kilometer) setiap hari selama 45 tahun tanpa henti. Secara total, Covert berlari setiap pagi selama 16.437 hari tanpa terputus. Hari istimewa itu dihabiskannya dengan berlari di lintasan Stadion Marauders, Lancaster, menempuh 1 mil-nya yang terakhir. "Tak ada seorang pun yang berpikir akan berlari setiap hari selama satu tahun, apalagi 40 atau 45 tahun. Saya tak menyangka akan jadi seperti ini dan berterima kasih kepada semua yang telah mendukung. Ternyata hal ini menjadi penting bagi banyak orang," ujarnya kepada Los Angeles Daily News. Covert mengatakan, dia memutuskan berhenti berlari pada Rabu (24/7/2013) karena cedera kaki yang menyulitkannya berlari. "Saya cuma ingin memakai sepatu olahraga setiap pagi dan berlari. Melakukannya selama 45 tahun adalah luar biasa. Namun, saya belum mau pensiun. Setelah ini mungkin saya akan bersepeda setiap hari," ujar Covert. Jon Sutherland (62), teman lama Covert, mengaku merasa gembira campur sedih dengan keputusan rekannya itu. Sutherland juga melakukan hal yang sama dan rekornya tertinggal 307 hari dari Covert. "Kami teman sedari kecil. Saya gembira dia membuat keputusan ini dan berdamai dengan itu," ujar Sutherland yang bertekad untuk memecahkan rekor sahabatnya itu. Editor : Egidius Patnistik |
You are subscribed to email updates from KOMPAS.com - Internasional To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan