Sabtu, 13 Julai 2013

KOMPAS.com - Internasional

KOMPAS.com - Internasional


Dari Festival Pengukuhan hingga Bayi Kerajaan

Posted: 13 Jul 2013 08:26 PM PDT

LONDON, KOMPAS.com - Dengan suhu udara mencapai 30 derajat celsius pada tengah hari, kota London bukan hanya menghadapi udara terpanas tahun ini, tetapi juga menunggu kelahiran bayi kerajaan.

Kate Middleton (31), istri Pangeran William (31), dari Inggris, diharapkan melahirkan bayinya, Sabtu (13//7/2013) kemarin. Sejak Jumat (12/7/2013) malam hingga Sabtu siang yang terik, puluhan kamera televisi dan media lain sudah siap menunggu di depan RS St Mary's, tempat Duchess of Cambridge melahirkan bayi pertamanya. Kelahiran ini bukan hanya ditunggu rakyat Inggris, tetapi juga menarik keingintahuan orang di banyak negara.

Pembahasan di media berkisar dari jenis kelamin bayi yang akan segera masuk dalam urutan ketiga pewaris takhta Kerajaan Inggris hingga bagaimana reaksi Kate menghadapi keingintahuan publik yang diwakili media. Situasi ini mengingatkan kepada mendiang ibu mertuanya, Lady Diana, yang juga menghadapi situasi sama dalam usia lebih muda ketika melahirkan William.

Bagi rakyat Inggris, kelahiran bayi kerajaan ini ditunggu-tunggu karena kelahiran terakhir adalah 30 tahun lalu. Pangeran William meninggalkan tempat dia bertugas di pangkalan AU Inggris, RAF, Jumat, menuju London untuk menemani Kate. Ini adalah pertama kalinya seorang calon raja menemani istrinya di ruang persalinan. Kate, seperti juga Diana, ingin melahirkan dengan persalinan alamiah.

Kehadiran bayi kerajaan ini juga ditunggu-tunggu karena mendatangkan bisnis bagi industri pariwisata Inggris. Pusat Riset Ritel Inggris memperkirakan bisnis cendera mata di negara itu akan memperoleh 243 juta pound, tidak termasuk pengeluaran lain dari turisme. Cendera mata sudah mulai dijual yang berhubungan dengan kelahiran ini, tetapi sebagian besar masih menunggu jenis kelamin si bayi sebelum produksi massal dimulai.

Apalagi kehadiran bayi kerajaan ini pada bulan Juli, bulan yang sangat hidup di London dengan berbagai pertunjukan musik dan seni bertebaran sepanjang bulan dan turis melimpah di berbagai tempat. Festival pengukuhan

Keluarga kerajaan tetap populer di mata rakyat Inggris, terutama Ratu Elizabeth II. Memperingati 60 tahun bertakhtanya Ratu Elizabeth, selama 4 hari sejak Kamis lalu diadakan Festival Pengukuhan (Coronation) di halaman belakang Istana Buckingham. Ratu dan keluarga hadir pada acara itu, Kamis.

Festival Pengukuhan yang baru pertama kali diadakan adalah pameran produk asli Inggris yang mendapat restu (warrant) dari Ratu Elizabeth dan suaminya, Pangeran Philip, serta Pangeran Charles, untuk menggunakan lambang kerajaan. Tujuan acara ini adalah mempromosikan produk Inggris ke seluruh dunia.

Ada lebih dari 200 produk mendapat warrant, terbagi dalam kelompok teknologi, kreativitas, makanan dan minuman, termasuk kosmetik hingga peralatan berkuda. Produk yang dipamerkan mulai dari skala besar, seperti perusahaan farmasi Glaxo Smith Kline serta mobil Bentley, Jaguar dan Land Rover, hingga usaha kecil milik perorangan, seperti pembuat cerobong asap.

Perusahaan teh Twinings termasuk pemilik warrant. Stephen Twining, keturunan ke-10 Thomas Twining, yang mendirikan usaha ini pada 1706 di London, mengatakan, Twinings menjadi pemasok teh resmi untuk Ratu Elizabeth. Untuk memperingati bertakhtanya Ratu Inggris, Twinings membuat campuran teh khusus, Jubilee. Teh ini termasuk yang diperkenalkan bersama 13 jenis teh premium lain dalam Festival Pengukuhan.

Jumat pagi hingga sore, Stephen sibuk melayani tamu yang datang ke gerai Twinings untuk mencicipi tradisi minum teh ala Inggris. "Dengan mendapat warrant, Twinings boleh memakai lambang kerajaan dan kami memasok teh untuk Ratu. Tetapi, itu berarti tanggung jawab atas kualitas," kata Stephen Twining.

Pada malam hari festival dimeriahkan konser yang memamerkan bakat kreatif Inggris lintas generasi dan bangsa untuk menggambarkan posisi Inggris di dalam Persemakmuran serta perhatian pada generasi muda.

Dengan cara itu, Kerajaan Inggris mendapatkan relevansi keberadaannya bagi Inggris modern. Memberi inspirasi serta tempat untuk kreativitas dan perkembangan teknologi, melintasi generasi. (Ninuk M Pambudy, dari London, Inggris)

Aung San Suu Kyi Akan Kunjungi Australia

Posted: 13 Jul 2013 08:03 PM PDT


SYDNEY, KOMPAS.com
- Pemimpin oposisi Myanmar Aung San Suu Kyi akan mengunjungi Australia di tengah keprihatinan dunia internasional bahwa konflik sektarian di negara tersebut akan mempengaruhi usaha Myanmar kembali ke pemerintahan demokratis.

Menurut harian The Age hari Minggu (14/7), Suu Kyi akan menghadiri konferensi AIDS PBB di Sydney pada awal Desember dalam kapasitasnya sebagai pegiat PBB yang menentang diskriminasi terhadap penderita penyakit tersebut. Pemenang hadiah Nobel Perdamaian ini juga diperkirakan akan mengunjungi Melbourne dan beberapa kota lain. Beberapa universitas juga sedang mengusulkan untuk memberikan gelar doktor kehormatan atas jasanya membantu mengakhiri pemerintahan militer di Myanmar.

"Saya sedang menunggu kepastian tanggal, dan sudah lama berkeinginan mengunjungi Australia." kata Suu Kyi sebelum pertemuannya dengan Menteri Luar Negeri Australia Bob Carr di ibukota Myanmar, Naypyidaw minggu lalu.

"Saya hendak berkunjung ketika cuaca di sana sedang bagus, karena saya ingin bisa menikmati kunjungan ini sebaik mungkin." tambahnya.

Setelah dibebaskan di tahun 2010, setelah menjalani tahanan rumah selama bertahun-tahun, Suu Kyi bulan lalu mengatakan dia akan mencalonkan diri menjadi presiden Myanmar dalam pemilihan umum tahun 2015.

Menurut laporan koresponden Kompas.com di Australia L. Sastra Wijaya, selama dua hari kunjungan ke Myanmar, Menlu Carr memperingatkan bahwa kekerasan sektarian antara penduduk beragama Buddha dan warga minoritas Rohingya beragama Islam bisa mengancam kemajuan reformasi politik dan ekonomi di sana. Kekerasan ini sudah memakan korban 200 warga Muslim tewas tahun lalu, dan sekitar 150 ribu orang mengungsi dari rumah mereka.

Senator Carr mengadakan pembicaraan dengan Presiden Thein Sein, Suu Kyi, dan tokoh senior lainnya. Australia khawatir bila konflik ini tidak bisa ditangani dengan baik, maka akan muncul gelombang pencari suaka baru ke Australia. Sekitar 1200 warga Rohingya sudah tiba di Australia sebagai pencari suaka sejauh ini.

Editor : Hindra Liauw

Tiada ulasan:

Catat Ulasan