ANTARA - Mancanegara |
Jerapah pun tak luput dari menu di Afrika Posted: 01 Mar 2013 07:24 PM PST Johannesburg (ANTARA News) - Tiga hari setelah skandal hamburger yang ternyata dari daging keledai atau kerbau, pencinta daging di Afrika Selatan kembali gempar dengan skandal baru. Biltong, cemilan yang di kemasannya tertulis daging sapi atau rusa besar, ternyata mengandung daging berbagai binatang termasuk jerapah. Beberapa peneliti University of Western Cape memeriksa 146 sampel biltong dari pengecer utama dan tukang jagal kecil dari seluruh Afrika Selatan. Semua paket dengan merek "sapi" didapati benar, tapi 90 persen biltong yang mestinya dibuat dari kudu (rusa besar dengan tanduk berulir) sebenarnya dibuat dari daging kuda, babi, sapi, jerapah dan bahkan kanguru. "Itu berawal dari rasa ingin tahu dan kecurigaan sebab salah satu potongan daging kering kelihatan seperti daging hewan lain," kata peneliti Maria Eugenia D`Amato dari Laboratorium Forensik DNA universitas tersebut kepada Reuters. "Kami mulanya memeriksa beberapa sampel dan hasilnya mengejutkan. Jadi kami memutuskan untuk meresmikan penelitian kami," katanya. Selain itu, biltong zebra didapati berisi daging dari zebra gunung, spesies yang terancam punah. Biltong --irisan daging kering yang dibuat dari hewan liar atau hewan yang dipelihara di 10.000-lebih peternakan margasatwa di negeri tersebut-- adalah makanan pokok buat rakyat Afrika Selatan, yang menganggapnya sebagai cemilan sehat dengan kadar lemak rendah. Penelitian itu, yang disiarkan pekan ini, mendapati bahwa keledai, kerbau dan bahan non-konvensional lain telah didapati pada hampir dua-pertiga hamburger dan sosis yang diteliti di negara ekonomi terbesar di Afrika tersebut. (C003) |
Menlu AS kritik pernyataan PM Turki soal Zionisme Posted: 01 Mar 2013 03:52 PM PST Ankara (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry pada Jumat mengritik komentar Perdana Menteri Turki Tayyip Erdogan yang menyamakan Zionisme dengan kejahatan atas kemanusiaan. Kerry, yang melakukan perjalanan pertamanya ke negara Muslim setelah menjabat sebagai menteri luar negeri, dijadwalkan bertemu dengan pemimpin Turki untuk membicarakan penyelesaian perang saudara di Suriah. Namun komentar Erdogan saat rapat PBB di Wina pada minggu ini, yang dikecam oleh Gedung Putih dan Israel, telah mengalihkan fokus pembicaraan dari Suriah. "Kami tidak hanya tidak setuju dengan pernyataan itu, kami juga menemukan bahwa pernyataan Erdogan sama sekali tidak benar," kata Kery dalam konferensi pers bersama Menteri Luar Negeri Turki Ahmet Davutoglu. Kerry menambahkan bahwa dia telah membicarakan masalah tersebut "secara langsung" dengan Davutoglu dan akan melakukan hal yang sama dengan Erdogan. Sebelumnya, Erdogan mengatakan kepada badan Alliance of Civilizations dari PBB di Wina pada Rabu bahwa, "Sebagaimana dengan Zionisme, anti-Semitisme dan juga fasisme, sudah menjadi keharusan bagi kita untuk melihat bahwa Islamophobia adalah juga kejahatan terhadap kemanusiaan." Kerry mengatakan, Israel dan Turki adalah sekutu utama Amerika Serikat dan mendesak dua negara itu untuk mengembalikan hubungan yang dulu sempat dekat. Washington membutuhkan semua sekutunya di Timur Tengah untuk menyelesaikan persoalan di kawasan itu. Amerika Serikat melihat Turki sebagai pemain kunci dalam dukungan terhadap kelompok oposisi di Suriah dan perencanaan era baru setelah Presiden Bashar al-Assad berhasil diturunkan. Hubungan antara Israel dan Turki telah memanas sejak 2010 saat anggota angkatan laut Israel membunuh sembilan warga Turki yang sedang mengirimkan bantuan kepada warga Palestina melalui kapal. Manurut Israel, kapal tersebut mencoba untuk menerobos blokade Israel di Jalur Gaza. "Jika kita harus membicarakan soal tindakan yang bermusuhan, maka perilaku Israel dan pembunuhan brutal terhadap sembilan warga kami di perairan internasional adalah tindakan yang bisa disebut sebagai bermusuhan," kata Davutoglu sambil menambahkan bahwa Turki selalu melawan anti-Semitisme. "Tidak ada sebuah pernyataan (dari Erdogan) yang mempunyai harga melebihi darah manusia... Jika Israel ingin mendengar penyataan yang positif dari Turki, mereka harus berkaca pada perilakunya terhadap kami dan juga terhadap Tepi Barat," kata dia. Turki menuntut pernyataan maaf resmi dari Israel karena insiden tahun 2010 tersebut, mereka juga meminta kompensasi kepada korban dan keluarganya dan bolade Gaza harus dicabut. Sementara itu Israel telah menyuarakan "penyesalannya" dan menawarkan pembayaran yang mereka sebut sebagai "dana kemanusiaan", demikian Reuters melaporkan. (Uu.G005) |
You are subscribed to email updates from ANTARA News - Internasional To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan