PBB Ancam Berikan Sanksi ke Mantan Presiden Yaman Posted: 17 Feb 2013 02:15 AM PST
Aulia Akbar
SANAA - Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) mengancam akan menjatuhkan sanksi ke mantan Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh dan kroninya atas tuduhan mencampuri proses pemilu di negaranya. Seperti diketahui, Setelah rezim Saleh yang berkuasa selama 33 tahun terguling, Yaman memulai proses transisi demokrasi. Saleh bersama mantan Wapres Yaman Ali Salim al-Beidh, serta sejumlah politisi loyalisnya terancam sanksi DK PBB. Duta Besar Inggris untuk PBB Mark Lyall Grant berpendapat bahwa, tindakan Saleh mencampuri urusan domestik negaranya sangat tidak dapat dibenarkan. "Apa yang tidak boleh dilakukan Saleh adalah mengganggu transisi politik dan dialog nasional yang didukung oleh segenam warga Yaman. Kami memberikan dukungan penuh dalam proses ini, dan kami takkan mentolerir tindakan yang menggangu hal itu," ujar Grant, seperti dikutip BBC, Minggu (17/2/2013). Usulan Grant didukung oleh 15 anggota DK PBB. Selain membahas mengenai campur tangan Saleh di Yaman, DK PBB juga mulai mengutarakan kekhawatirannya terhadap Yaman mengenai dugaan pengiriman senjata dan uang dari Iran. Seperti diketahui, kisah sukses pascaArab Spring merupakan hal yang langka di Yaman. Saleh yang dianggap diktator memang terguling lewat gelombang perubahan itu, namun situasi di Yaman saat ini masih cukup memprihatinkan. Selama ini, Yaman akan menggelar dialog dan rekonsiliasi nasional pada pertengahan Maren mendatang. Namun PBB sendiri memperingatkan, proses dialog itu sangatlah rentan dan dapat gagal seketika. (AUL)
|
"Obama Ingin Tangkap Teroris Hidup-Hidup" Posted: 17 Feb 2013 12:02 AM PST
Aulia Akbar
WASHINGTON- Calon Direktur Dinas Intelijen Amerika Serikat (CIA) John Brennan menepis laporan yang menyebutkan bahwa pemerintahan Presiden Barack Obama menginginkan pembunuhan terhadap pada tersangka teroris. Brennan menegaskan, AS justru ingin menangkap para tersangka itu hidup-hidup. "AS mengakui penggunaan kekerasan yang disetujui hukum untuk menghindari serangan teror terhadap AS dan warganya, namun saya menepis anggapan bahwa pemerintah lebih memilih untuk membnuh para teroris, ketimbang menangkapnya hidup-hidup," ujar penasehat kontra-teror itu, seperti dikutip PTI, Minggu (17/2/2013). "Kita sadar, salah satu sumber informasi intelijen terbaik didapat dari interogasi para teroris yang tertangkap," imbuhnya. Brennan berpendapat, AS hanya akan mengambil langkah kekerasan bila tersangka yang diburunya tidak layak untuk diinterogasi. Selain itu, Brennan menjelaskan pula, jika tersangka yang sudah ditangkap menolak untuk memberikan informasi, mereka akan ditahan. Selain berkomentar mengenai penangkapan para tersangka teroris, pria yang dinominasikan Obama sebagai Direktur CIA itu juga membahas isu bombardir pesawat tak berawak AS. Brennan menyarankan agar AS membentuk pengadilan khusus untuk menyelidiki kasus serangan itu. Brennan yakin, jumlah warga sipil yang tewas akibat pesawat pengebom tak berawak itu patut diutarakan ke publik. Hal itupun dinilai menjadi evaluasi dari operasi pesawat pengebom tak berawak. Pada akhir kata, Brennan mencoba menegaskan bahwa pesawat pengebom tak berawak itu tidak akan digunakan untuk menyerang warga sipil AS dan beroperasi di wilayah Negeri Paman Sam. Brennan pun mendukung kerja sama dengan pemerintah negara yang akan menjadi target operasi pesawat tak berawak itu. (AUL)
|
Tiada ulasan:
Catat Ulasan