Khamis, 6 September 2012

Republika Online

Republika Online


Analisa DNA Dua Terduga Pelaku Teror Solo Identik

Posted: 06 Sep 2012 11:37 PM PDT

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Polisi menyatakan pemeriksaan DNA dua terduga pelaku teror yang tewas di Solo Farhan (19 tahun) dan Mukhsin (19) telah selesai dilakukan di Rumah Sakit Polri Sukanto Kramat Jati, Jakarta Timur. Hasil proses identifikasi DNA keduanya dinyatakan identik dengan pihak keluarga.

"Identifikasi untuk Farhan menghadirkan ibunya. Sedangkan untuk Mukhsin dihadirkan ayahnya," ujar Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Mabes Polri Komisaris Besar Polisi Agus Rianto, Jumat (7/9).

Selanjutnya, penyidik akan berkoordinasi dengan pihak keluarga untuk penyerahan jenazah kedua tersangka tersebut. Koordinasi juga dilakukan untuk menentukan lokasi pemakaman jenazah.

Menurut Agus, otopsi dilakukan pihak rumah sakit, tapi pihak penyidik bertanggung jawab terhadap jenazah. Kemungkinan besar pemakaman akan dilakukan di Tempat Pemakaman Umum Pondok Rangon, Jakarta Timur hari ini, Jumat (7/9).

Baku tembak terjadi  antara dua orang pelaku teror dengan anggota satuan tugas khusus antiteror Densus 88 di samping pusat perbelanjaan Lottemart di Jalan Veteran, Tipes, Surakarta, Jumat (31/8) sekitar pukul 21.30 WIB. Terduga teroris Farhan dan Mukhsin tewas tertembak di tempat kejadian.

Anggota Densus 88 Antiteror Briptu Suherman juga gugur dalam menjalankan tugas. Suherman meninggal dunia sesampainya di rumah sakit. Ia dimakamkan di Pinrang, Sulawesi Selatan.

Satu orang terduga teroris berhasil diamankan petugas. Bayu Setiono kini berada di Rutan Mako Brimob, Depok, Jawa Barat. Dari hasil pemeriksaan terungkap ia berperan membeli nomor plat kendaraan palsu yang digunakan dalam aksi teror. Ia juga berperan melakukan survei dan pengamatan sebelum menjalankan aksi teror. 

Polisi menyita barang bukti berupa satu pucuk pistol pietro bareta buatan Italia yang bertuliskan PNP Property Philipines National Police, tiga buah magazin, 43 peluru kaliber sembilan milimeter Luger dan sembilan holopoint CBC. Mengenai barang bukti pistol yang bertuliskan milik kepolisian Filipina, Polri mengatakan belum berkomunikasi dengan kepolisian Filipina.

Selain itu, juga ditemukan surat dalam tas pinggang yang digunakan Farhan. Surat dengan tulisan tangan tersebut berisi kekecewaan kelompok mereka atas penangkapan polisi terhadap pelaku yang diduga teroris sebelumnya.

Dalam surat itu juga terungkap klaim mereka sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam aksi pembunuhan dan teror terhadap petugas polisi. Teror terhadap polisi dilakukan sebagai bentuk balas dendam karena melakukan penangkapan terhadap para pelaku teror.

Bos Inter Massimo Morrati Dalang Penyadapan Vieri?

Posted: 06 Sep 2012 11:31 PM PDT

REPUBLIKA.CO.ID, MILAN -- Kasus penyadapan telepon dan tindakan memata-matai klub Inter milan terhadap mantan pemainnya, Christian Vieri, berbuntut panjang. Kabar terbaru yang beredar, kasus ini menyeret sang presiden klub, Massimo Moratti.

Ia dituding sebagai dalang di balik skenario penyadapan yang dilakukan saat Vieri masih berseragam Inter.Seperti yang dikabarkan sebelumnya, mantan penyerang Inter milan yang juga mantan pemain timnas Italia, Christian Vieri, mengajukan tuntutan ganti rugi kepada mantan klubnya, Inter milan sebesar 21,25 juta Euro (Rp 256 miliar) melalui pengadilan olahraga Italia.

Tuntutan itu dilakukan 'bobo' atas tindakan klub Inter yang menyewa detektif swasta untuk memata-matainya. Bahkan, Vieri juga kesal lantaran Inter melalui perusahaan Telecom juga menyadap teleponnya. Atas tuntutan tersebut, Senin (3/9), Pengadilan olahraga setempat memutuskan manajemen klub dan perusahaan telekomunikasi itu wajib membayar ganti rugi masing-masing sebesar 1 juta Euro (Rp 12 miliar) kepada sang pemain.

Salah satu Mantan kepala keamanan perusahaan Telecom Italia, Giuliano Tavaroli, bersaksi bahwa perintah  untuk memata-matai Vieri diinstruksikan langsung oleh Presiden I Nerazzurri, Massimo Moratti.

Tavaroli menuding bahwa Moratti adalah dalang utama di balik kasus penyadapan tersebut. kepada salah satu media setempat, ia mengaku diminta langsung untuk melakukan penyadapan. Tak hanya itu, Tavaroli juga diperintahkan untuk menyadap telepon  pemain Inter lainnya, bahkan salah satu sponsor terbesar Inter pada saat itu, perusahaan Pirelli.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan