Sindikasi international.okezone.com |
Posted: 13 Feb 2012 05:02 AM PST ISLAMABAD - Mahkamah Agung Pakistan hari ini resmi menahan Perdana Menteri Pakistan Yousuf Raza Gilani. Hal ini dilakukan setelah PM Gilani menolak untuk membuka kembali kasus korupsi yang dituduhkan terhadap Presiden Pakistan Asif Ali Zardari. Hal ini akan menjadikan Gilani sebagai Perdana Menteri Pakistan pertama yang menjalani hukuman penjara selama enam bulan serta dipaksa mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Perdana Menteri di negara itu. "Gilani terbukti dengan sengaja telah melanggar, mengabaikan dan tidak taat hukum terhadap perintah Mahkamah Agung yang memintanya untuk membuka kembali kasus dugaan pencucian uang yang melibatkan Presiden Zardari," ujar Hakim Mahkamah Agung Nasir ul-Mulk seperti diberitakan Global Post Senin, (13/2/2012). Sementara itu Gilani yang menolak tuduhan jika dirinya bersalah mengatakan, dirinya tidak meminta otoritas Swiss untuk menyelidiki rekening milik Presiden Zardari karena sebagai kepala negara Pakistan, Presiden Zardari memiliki kekebalan terhadap tuntutan itu. "Klien Kami menilai, bahwa tindakan itu tidak konstitusional dalam penyelidikan kasus ini," ujar penasihat hukum Gilani usai pembacaan vonis di Mahkamah Agung Pakistan. Pihak-pihak yang mendukung jatuhnya vonis terhadap Zardari memuji Mahkamah Agung karena dinilai telah menegakkan supremasi hukum yang berlaku. Namun tidak demikian dengan pendukung Gilani yang menuding vonis yang dijatuhkan Hakim Agung merupakan bentuk dari balas dendam pribadi terhadap Presiden Zardari atas nama militer untuk menggulingkan pemerintahan. Mahkamah Agung akan menunda persidangan hingga 22 Februari mendatang. Sementara itu para Jaksa diminta untuk menyerahkan bukti-bukti di hadapan pengadilan pada 16 Februari.(rhs) |
Oposisi Chavez Unggul di Pemilu Pertama Posted: 13 Feb 2012 05:01 AM PST CARACAS - Pimpinan oposisi Venezuela Henrique Capriles Radonsky dengan mudah memenangkan pemilu pendahuluan di Venezuela. Dengan kemenangannya, Capriles dapat mempersatukan fraksi oposisi untuk melawan Presiden Hugo Chavez. Hampir dari tiga juta warga Venezuela memilih Capriles, dan Capriles pun resmi menjadi saingan Chavez dalam pemilu Presiden Venezuela pada 7 Oktober 2012. Bila dirinya menang, Capriles akan mengakhiri pemerintahan sosialis ala Chavez yang sudah bertahan selama 13 tahun di negara tersebut. Chavez memang masih populer dikalangan warga miskin Venezuela, namun gubernur berusia 39 tahun itu juga berhasil banyak kalangan di Venezuela. Capriles bahkan yakin akan sanggup mengalahkan Chavez. "Negara kita dilanda krisis dan pemerintah menerapkan politik partisan di Venezuela. Yang saat ini kita butuhkan adalah persatuan dalam tubuh Venezuela," ujar Capriles, seperti dikutip Reuters, Senin (13/2/2012). Dalam pemilu pendahuluan, Capriles berhasil meraih 62 persen suara. Dukungan terhadap Capriles juga diprediksi akan semakin meningkat, dan bila memang Capriles yang berhasil menduduki kursi presiden, dirinya akan melakukan reformasi ekonomi secara total di Venezuela yang saat ini benar-benar dikontrol oleh Pemerintah Venezuela. Capriles menyebut dirinya sebagai seorang wajah baru di Venezuela. Cucu dari warga Polandia yang menjadi buronan Nazi mengatakan bahwa dirinya sangat mengagumi sistem perekonomian di Brasil yang sudah terbukti mensejahterakan puluhan ribu warga.(AUL) |
You are subscribed to email updates from Sindikasi international.okezone.com To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan