Sabtu, 11 Februari 2012

KOMPAS.com - Nasional

KOMPAS.com - Nasional


Irman Gusman Luncurkan Buku

Posted: 11 Feb 2012 04:07 AM PST

JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Irman Gusman, Sabtu (11/2/2012) siang tadi, meluncurkan buku otobiografi berjudul Irman Gusman Jiwa yang Merajut Nusantara di Hotel Sahid Jaya, Jakarta.

Peluncuran buku yang menandai setengah abad usia Irman itu dihadiri berbagai tokoh nasional, seperti Wakil Presiden Boediono, mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, dan lainnya.

Dalam sambutannya, Irman mengimbau agar segenap komponen bangsa meningkatkan sinergi demi mengatasi berbagai persoalan bangsa. Ia juga menilai reformasi yang berlangsung selama ini baru sebatas prosedural, sehingga perlu kiranya diisi dengan substansi yang sesuai dengan kepentingan bangsa.

Hal substansi yang dimaksudkan adalah mendorong penegakan hukum, mewujudkan keadilan, kesejahteraan, kemakmuran, keteraturan, ketertiban, dan ketenteraman.

Berbagai masalah yang muncul di daerah saat ini, tambah Irman, timbul karena masih adanya masalah di bidang penegakan hukum, korupsi, konflik pertanahanan, persoalan keamanan, dan ketertiban yang ditandai dengan angka kriminalitas tinggi, kesenjangan sosial dan ekonomi, serta lainnya.

Dalam otobiografinya, termuat aktivitas ketua DPD itu dalam menyempurnakan tata cara pengelolaan negara agar semakin mendekati cita-cita kemerdekaan, yaitu masyarakat adil dan makmur. Selain itu, Jiwa yang Merajut Nusantara merekam jejak langkah Irman mulai dari tanah kelahirannya di Sumatera Barat hingga pendidikan, aktivitas bisnis, dan sosial politik serta partisipasinya dalam dinamika demokrasi 12 tahun terakhir.

Jokowi Jangan Tinggalkan Solo

Posted: 11 Feb 2012 02:34 AM PST

JAKARTA, KOMPAS.com — Nama Joko Widodo atau akrab dipanggil Jokowi kian ramai disebut menjelang Pilkada DKI Jakarta. Ketika sebagian orang berharap Wali Kota Solo itu menjadi kepala daerah di Jakarta, sosiolog Universitas Indonesia, Tamrin A Tamagola, justru berpendapat lain. Menurut dia, Jokowi lebih pantas menjabat di Solo karena telah dekat dengan masyarakat di sana. Oleh karena itu, menurut Tamrin, Jokowi jangan meninggalkan kedekatannya denga masyarakat Solo.

"Saya tidak setuju orang yang sukses di tingkat lokal naik ke tingkat yang lebih tinggi, apakah sebagai gubernur atau tingkat presiden. Karena yang harus dilayani dan dibela habis itu rakyat akar rumput di daerah. Wali kota itu orang yang paling dekat dengan rakyat," ujar Tamrin, di Jakarta, Sabtu (11/2/2012).

Menurut dia, jabatan wali kota adalah jabatan strategis, di mana tak semua wali kota mampu merakyat. Namun, Jokowi telah menunjukkan prestasi itu. Ia menjadi kebanggaan warga Solo dan teladan di mata tokoh lainnya.

"Jabatan paling strategis sekarang yang menyangkut hajat hidup orang banyak adalah wali kota. Jadi Jokowi tetap di Solo saja. Saya menulis di twitternya, 'bapak itu paling bagus di Solo. Jangan ke mana-mana. Makin dekat dengan rakyat lebih bagus'," jelasnya.

Sementara itu, ditemui terpisah, Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Tjahjo Kumolo mengakui pihaknya telah melihat berbagai survei mengenai popularitas Jokowi untuk masuk dalam Pilkada DKI Jakarta. Namun, kata dia, PDI-P tak mau terburu-buru memutuskan. Diperlukan perhitungan dan strategi jika Jokowi akan mencalonkan sebagai kepala daerah di DKI Jakarta.

"Akan sangat sayang kalau Pak Jokowi hanya sekadar calon saja. Kita mencalonkan seseorang jadi gubernur, kan harus menang. Kalau sekadar mencalonkan dan dia kalah, kan lebih baik dia ditempatkan di tempat lain yang kemungkinan bisa menang," jelas Tjahjo.

Menurut dia, PDI-P mengukur kemungkinan seberapa jauh Jokowi dapat memperoleh kemenangan di Pilkada DKI. Meski nama Jokowi termasuk dari deretan tokoh yang dipandang sebagai pemimpin yang dibanggakan kalangan masyarakat, saat ini, kata dia, PDI-P juga tengah membahas kemungkinan kerja sama dengan partai lain. Namun, ia tak menyebut nama partai itu.

Ia berharap dengan adanya koalisi partai, estimasi calon PDI-P untuk menang di Pilkada DKI semakin besar. "Kita tunggu, itu kan bagian dari strategi partai. Kalau Jokowi bisa kita calonkan, harus kita hitung dulu. Kasihan dong kalau sekadar mencalonkan. Jadi partai bukan masalah siap dan tidak siap, tapi tunggu saja keputusannya," pungkas Tjahjo.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan