KOMPAS.com - Internasional |
AS Intensif Halangi Palestina di PBB Posted: 20 Sep 2011 04:06 AM PDT NEW YORK, KOMPAS.com - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton mengatakan pada Senin (19/9/2011) bahwa negaranya terlibat dalam "diplomasi yang sangat intensif" untuk menghambat permintaan Palestina agar diakui sebagai negara merdeka di Perserikatan Bangsa-Bangsa. Kami terlibat dalam diplomasi yang sangat intensif, yang mengikutsertakan bukan hanya pihak-pihak yang terlibat, namun juga mereka yang berada di Majelis Umum PBB -- Hillary Clinton, Menteri Luar Negeri AS Pada Senin pagi, Presiden Otonomi Palestina Mahmoud Abbas menginformasikan Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon mengenai keinginannya untuk menyerahkan permohonan keanggotaan PBB pada Jumat (23/9/2011). "Kami terlibat dalam diplomasi yang sangat intensif, yang mengikutsertakan bukan hanya pihak-pihak yang terlibat, namun juga mereka yang berada di Majelis Umum PBB," kata Hillary saat ia memulai pembicaraan dengan Menlu Jepang Koichiro Gemba. "Kami tetap yakin dan masih menekankan bahwa satu-satunya cara adalah solusi dua negara, itulah yang kami dukung dan inginkan agar terjadi, melalui negosiasi," kata diplomat senior AS itu. Dia menambahkan, "Tidak peduli apa yang terjadi atau tidak terjadi pekan ini, hal tersebut tidak akan menghasilkan sesuatu yang diharapkan seluruh pihak." Proses untuk memperoleh status negara merdeka dimulai saat Abbas menyerahkan aplikasi kepada Sekjen PBB, yang kemudian mengkaji ulang aplikasi itu dan menyerahkan kepada Dewan Keamanan, untuk memenuhi beberapa persyaratan teknis. Bila permintaan mereka gagal di Dewan Keamanan, di mana AS berniat menggunakan hak vetonya, Palestina dapat membawa kasus itu kepada Sidang Majelis Umum, tempat tidak ada anggota yang memiliki hak veto dan mereka telah menyebarkan dukungan bagi Palestina. Palestina hanya dapat meningkatkan status menjadi negara pengamat non-anggota dari status sebelumnya, pengamat permanen di Sidang Majelis Umum, namun akan mendapat akses ke badan-badan PBB dan memiliki pengaruh lebih besar pada masa depan ketika berhadapan dengan Israel. Ancaman veto dari AS menciptakan risiko akan mengasingkan dunia Arab, saat kawasan itu mengalami kerusuhan, dan sentimen anti-Israel meningkat. Pada September tahun lalu, pemerintah Obama memfasilitasi pembicaraan langsung antara Israel dan Palestina di Washington, yang putus di tengah jalan hanya dalam beberapa pekan setelahnya karena Israel menolak untuk memperpanjang pembekuan pembangunan perumahan di Tepi Barat. Presiden Barack Obama dijadwalkan bertemu Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di sela-sela Sidang Majelis Umum sedangkan Netanyahu pada Senin menyerukan diadakannya pertemuan dengan Abbas di New York untuk memulai kembali "perundingan langsung". Sumber : Ant, Xinhua, Oana |
Jenderal Senior Khadafy Ditangkap Posted: 20 Sep 2011 03:37 AM PDT BENGHAZI, KOMPAS.com — Seorang jenderal senior yang setia kepada Moammar Khadafy ditangkap di Libya selatan, kata seorang pejabat dari rezim baru negeri itu, Selasa (20/9/2011), saat perburuan terhadap pemimpin terguling itu ditingkatkan. "Jenderal Belgacem Al-Abaaj, kepala dinas intelijen Khadafy di wilayah Al Khofra, ditangkap pada Senin (19/9/2011), sekitar 100 kilometer dari kota kecil Sabha di Libya selatan," kata juru bicara bagi Brigade Tameng Gurun, Mohammed Wardugu, di Benghazi. Al-Abaaj, yang telah dicari oleh pasukan Dewan Transisi Nasional (NTC), ditangkap bersama anggota keluarganya. Mereka melakukan perjalanan dengan lima mobil, tambah Wardugu. Wardugu mengatakan, pasukan NTC telah memasuki Sabha dan menguasai bandar udara, tetapi pertempuran terus berlangsung di beberapa bagian kota kecil itu. Pada Minggu (18/9/2011), NTC menyatakan, pasukannya segera merebut Sirte karena memperkirakan situasi di lapangan di kota kelahiran Khadafy itu harus diselesaikan dalam waktu tiga sampai empat hari. Pasukan NTC telah menguasai Sirte selatan ditambah jalan pesisir utara kota, dan sebagian besar dari mereka sekarang berkumpul di bandara kota dan pangkalan udara di dekatnya, kata juru bicara militer NTC Kolonel Ahmed Omar Bani. Pertempuran berlanjut di timur dan barat Sirte dan di jalan pusat kota, tetapi situasi di lapangan diduga baru bisa diselesaikan dalam waktu sekitar tiga-empat hari, dan sisa pasukan pro-Khadafy akan dilenyapkan, katanya. Ia juga mengatakan, mereka mengubah rencana untuk merebut Bani Walid, kubu lain Khadafy di tenggara Tripoli, untuk menjamin keamanan para petempur NTC dan warga sipil di sana. Setelah kegagalan serangan, para petempur NTC harus mundur dan berkumpul di dekat pintu masuk utara kota setelah mereka didorong kembali oleh pasukan Khadafy, yang didukung penembak jitu dan rudal jarak jauh, katanya. |
You are subscribed to email updates from KOMPAS.com - Internasional To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan