ANTARA - Mancanegara |
Tidak ada kelompok paramiliter pemberantas geng obat di Meksiko Posted: 29 Sep 2011 07:09 PM PDT Dua orang tentara berdiri di dekat peralatan komunikasi sitaan di Pangkalan Angkatan Laut di Veracruz, Meksiko, Kamis (8/9). Angkatan Laut Meksiko menyampaikan kepada media peralatan komunikasi sitaan termasuk 13 antena dengan penguat frekuensi tinggi yang digunakan oleh kelompok Zeta untuk saling berkomunikasi di sepanjang Teluk Meksiko. Delapan puluh tersangka, termasuk enam diantaranya anggota kepolisian, ditahan saat operasi yang menyita peralatan tersebut. (FOTO ANTARA/REUTERS/Yahir Ceballos/ox/11.) Berita Terkait "Tidak ada indikasi bahwa fenomena kelompok paramiliter semacam ini ada," kata juru bicara keamanan pemerintah Alejandra Sota dalam sebuah konferensi pers, lapor AFP. Pemerintah minggu ini dengan tegas menolak bantuan dari sebuah kelompok orang-orang bertopeng yang menyebut diri mereka "Mata Zetas" atau "Para Pembunuh Zeta" yang tampil di sebuah video online sesudah 49 mayat dibuang di kota timur Veracruz. Orang-orang tersebut menampilkan diri sebagai "sayap bersenjata rakyat, untuk rakyat," dan menegaskan penghormatan mereka kepada penguasa Meksiko. Sota mengatakan "tidak ada elemen yang menyatakan kelompok ini dapat disebut paramiliter." Kaum politisi oposisi mengungkapkan kekhawatiran bahwa tentara swasta mulai membidik geng-geng obat-obatan di tengah kobaran kekerasan, seperti halnya dengan perang obat bius Kolombia. "Pembunuhan ekstra yudisial selalu mengarah kepada kekerasan yang lebih buruk lagi," kata senator kiri Pablo Gomez, yang meminta laporan tentang kemungkinan kegiatan paramiliter di Meksiko. Menteri Dalam Negeri Francisco Blanke menandaskan Selasa bahwa siapa pun "di luar hukum yang mencoba untuk menjadi pemberantas kejahatan...akan berhadapan dengan kekuatan negara." Zeta, yang didirikan pada 1990 oleh para bekas pasukan elit yang berubah menjadi para pembunuh bayaran, sedang memerangi bekas sekutunya di kartel Teluk dan lainnya di berbagai bagian Meksiko selama lebih dari satu tahun. Sejumlah analis menganggap kelompok baru itu bisa jadi geng obat bius lain yang sedang melakukan perang perebutan dengan Zeta. (K004) Editor: B Kunto Wibisono COPYRIGHT © 2011 Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com |
Polisi Mesir kembali serang kantor Al Jazeera Kairo Posted: 29 Sep 2011 06:31 PM PDT Kami terkejut ketika beberapa pejabat menyerang markas kami, menolak menunjukkan pada kami identitas dan menganiaya kami, menahan salah seorang wartawan kami," kata Ahmed Zein, yang memimpin Al Jazeera Mubasher di Kairo. Berita Terkait Video Markas besar Al Jazeera Mubasher Egypt (Live), yang menyiarkan kejadian-kejadian internasional secara langsung, telah diserang pada awal bulan ini oleh para pejabat keamanan yang mengatakan saluran itu tidak memiliki ijin yang layak. Kelompok-kelompok hak asasi manusia mengatakan tindakan itu merupakan bagian dari tindakan keras yang lebih luas terhadap media. Pemerintah membantah mereka berupaya menyensor media dan mengatakan saluran itu tidak memiliki dokumen yang diperlukan. "Kami terkejut ketika beberapa pejabat menyerang markas kami, menolak menunjukkan pada kami identitas dan menganiaya kami, menahan salah seorang wartawan kami," kata Ahmed Zein, yang memimpin Al Jazeera Mubasher di Kairo," pada Reuters, Ia mengatakan saluran itu telah menjelaskan mereka sudah mengajukan ijin baru berdasar alamat terpisah dari markasbesar Al Jazeera itu. Mereka mengharapkan ijin baru itu akan keluar Ahad, kata Zein. Sejak peluncurannya pada 1996, Al Jazeera telah menjadi saluran berita satelit paling menonjol di Timur Tengah. Mereka sering menghadapi kesulitan dengan pemerintah-pemerintah di kawasan itu, tempat media secara tradisional diawasi dengan ketat. Pada masa presiden Hosni Mubarak, Mesir sering mengganggu saluran itu. Mesir dengan singkat menutup operasinya pada Januari lalu, menuduhnya telah menghasut demonstrasi yang menggulingkan Mubarak. Menteri Informasi Osama Heikal mengatakan pada Reuters pekan lalu, pemerintah tidak memiliki masalah dengan Al Jazeera tapi bahwa Al Jazeera Mubasher mulai beroperasi tanpa ijin yang diperlukan. "Ini masalah yang menyentuh pada kedaulatan karena mereka beroperasi tanpa dasar hukum," katanya. Komite untuk Melindungi Wartawan mengatakan dalam sebuah pernyataan pada 13 September, mereka telah diperingatkan oleh langkah-langkah baru yang diambil terhadap wartawan, melukiskan serangan pertama sebagai "tindakan anti-pers". Pada Juli, kelompok hak asasi mencatat lebih dari enam kasus gangguan pada wartawan dan blogger karena berita atau pendapat yang mengkritik dewan militer yang berkuasa. Jumlah tersebut telah meningkat sejak itu. (S008) Editor: Ella Syafputri COPYRIGHT © 2011 Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com |
You are subscribed to email updates from ANTARA News - Internasional To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan