Sabtu, 3 September 2011

ANTARA - Mancanegara

ANTARA - Mancanegara


Pemimpin pemberontak ancam antek-antek Gaddafi

Posted: 03 Sep 2011 08:38 PM PDT

Pemimpin Libya Muammar Gaddafi (REUTERS/Mike Segar/Files/ox/11.)

Berita Terkait

Video

Kairo (ANTARA News) - Kepala Dewan Transisi Nasional (NTC) Libya Abdel Jalil Mostafa memberikan tempo sepekan kepada kota-kota yang setia kepada pemimpin Libya Muamar Gaddafi yang ditumbangkan sepekan untuk menyerah, kata laporan TV al-Jazeera yang berpusat di Doha Sabtu.

Jalil mengumumkan dalam konferensi pers yang diadakan di Benghazi bahwa pasukan NTC akan memberikan waktu seminggu kepada pasukan elit pro-Gaddafi di Sirte, Bani Walid dan kota-kota lain untuk meletakkan senjata mereka,

Dia menambahkan bahwa "pemberitahuan ini tidak berarti kita tidak menyadari apa yang para loyalis Muamar Gaddafi lakukan."

Dia mengatakan pasukan NTC berada dalam posisi yang kuat untuk menyebarkan pasukan di setiap kota atau kota kecil dan daerah-daerah pemberontak akan menggunakan cara-cara militer "sampai akhir ekstensi ini."

Namun, seorang komandan pemberontak mengatakan mereka telah memberikan pasukan pro-Gaddafi di Bani Walid, barat daya Tripoli ibu kota, sampai pada pukul 08:00 waktu setempat Minggu untuk menyerah, menurut al-Jazeera.

Jalil menambahkan bahwa belum ada keputusan yang dibuat oleh NTC mengenai pengumpulan senjata dari tentara di Tripoli. "NTC itu tidak mengeluarkan pernyataan yang menyerukan untuk melakukan gerakan revolusioner," kata Jalil.

Sementara itu, NTC mengumumkan pembentukan dewan keamanan tertinggi yang bertujuan untuk mempertahankan situasi keamanan di Tripoli.
(*)

Editor: AA Ariwibowo

COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Libanon hukum bekas jendral karena bocorkan informasi ke Israel

Posted: 03 Sep 2011 08:11 PM PDT

Beirut (ANTARA News) - Pengadilan militer Libanon pada Sabtu menjatuhkan hukuman dua tahun penjara pada seorang bekas jendral angkatan darat dan anggota senior sebuah partai Kristen yang bersekutu dengan Hizbullah karena membocorkan informasi ke Israel, kata sumber pengadilan.

"Penuntut militer Fadi Akiki membuktikan jendral purnawirawan Fayez Karam bersalah telah menghubungi musuh, intelijen (Israel) ... dan memberi mereka dengan informasi politik", sebagian besar mengenai Hizbullah dan sekutunya Gerakan Patriotik Bebas Kristen (FPM), kata sumber tersebut pada kantor berita AFP.

Karam, yang jatuh pingsan ketika hukuman dibacakan, juga telah dicabut dari semua hak sipilnya, kata sumber itu.

Putusan pengadilan itu, bagaimanapun, tidak menemukan kesalahan Karam melakukan mata-mata untuk Israel.

Penuntut itu juga menjatuhkan hukuman 10 tahun penjara secara in absentia pada pelarian Libanon Elias Karam, yang diduga telah memperkenalkan Fayez Karam pada para pejabat Israel di Paris.

Fayez Karam, anggota FPM, merupakan tokoh politik pertama yang akan ditahan di Libanon sebagai bagian dari penyelidikan yang dilancarkan pada 2009 terhadap jaringan mata-mata Israel.

Tokoh berusia 62 tahun itu memimpin unit anti-terorisme dan kontra-spionase militer Libanon pada 1980-an dan sekutu pemimpin FPM Michel Aoun, yang adalah pemimpin militer hingga akhir perang saudara 1975 - 1990.

Aoun, yang dengan setia anti-Suriah pada saat perang saudara, masuk ke aliansi kontroversial Hizbullah yang didukung oleh Iran dan Suriah pada 2006, setahun setelah kembali ke Libanon dari pengasingannya di Prancis.

Lebih dari 100 orang telah ditangkap karena dicurigai menjadi mata-mata untuk agen Israel, Mossad, sejak April 2009, termasuk sejumlah anggota pasukan keamanan dan pegawai perusahaan telkom.

Beberapa dari mereka sejak itu telah dijatuhi hukuman mati, termasuk seorang yang terbukti bersalah membantu Israel dalam perang yang menghancurkan dengan gerakan Syiah garis keras Hizbullah.
(*)

Editor: AA Ariwibowo

COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Tiada ulasan:

Catat Ulasan