KOMPAS.com - Regional |
Pimpinan Ponpes Umar Bin Khattab Ditangkap Posted: 15 Jul 2011 07:37 AM PDT JAKARTA, KOMPAS.com — Kepolisian berhasil menangkap Ustaz Abrori, pimpinan Pondok Pesantren Umar Bin Khattab yang berlokasi di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, Jumat (15/7/2011). Abrori ditangkap di rumah orangtuanya di Desa Khananga, Kecamatan Bolo, NTB, sekitar pukul 12.30 WITA. Yoga menjelaskan, Abrori diduga terlibat kasus meledaknya bom rakitan di dalam ponpes yang menewaskan Suryanto Abdullah alias Adnan Firdaus, pengurus ponpes. Dia juga diduga terlibat penusukan anggota Polsek Bolo. Demikian dikatakan Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen (Pol) Untung Yoga Ana melalui pesan singkat kepada wartawan, Jumat. Yoga menjelaskan, Abrori diduga terlibat kasus meledaknya bom rakitan di dalam ponpes yang menewaskan Suryanto Abdullah alias Adnan Firdaus, pengurus ponpes. "Dia juga diduga terlibat penusukan anggota Polsek Bolo," kata Yoga. Dikatakan Yoga, Abrori tengah diberangkatkan dari Bima menuju Polda Mataram untuk diperiksa secara intensif. Pihaknya masih memburu pihak lain yang terlibat kasus itu. Seperti diketahui, Brigadir Rokhmat Saefudin tewas ketika piket di Polsek Bolo. Polda NTB telah menahan Sa'ban Abdurrahman (18), santri Ponpes Umar Bin Khattab. Menurut Polri, Sa'ban mengaku diperintah Tuhan karena polisi menjalankan undang-undang yang tidak sesuai dengan syariat Islam. Kepolisian juga sudah menetapkan dua tersangka berinisial RH (22) dan S (38) terkait kepemilikan senjata tajam saat mengantarkan jenazah Firdaus ke pemakaman. Keduanya dijerat UU Darurat Nomor 12 Tahun 1951 dan ditahan di Polres Bima Kabupaten. Dalam penggeledahan terakhir di dalam ponpes, polisi menemukan dokumen berisi rencana penyerangan kantor Polsek Mada Pangga di Bima, lengkap dengan denah kantor polsek berikut daftar petugas jaga. Dokumen itu ditemukan di kamar Firdaus yang tewas Senin lalu. Selain itu, polisi juga menemukan 26 bom molotov, puluhan pedang, 150 anak panah, 1 senapan angin, golok, kapak, ponsel, satu rompi seragam laskar Jamaah Anshorud Tauhid, puluhan VCD bertema jihad, dan bahan-bahan merakit bom. Berdasarkan bukti-bukti tersebut, kepolisian akan menjerat pimpinan ponpes dengan UU Nomor 15 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Terorisme. Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price. |
TKW Asal Malang 5 Tahun Hilang di Bahrain Posted: 15 Jul 2011 07:36 AM PDT MALANG, KOMPAS.com - Kasus Tenaga Kerja Indonesia (TKI) masih terus menghantui warga Malang, Jawa Timur. Setelah Zaenab, warga Kabupaten Malang yang kerja di Arab Saudi disekap sama majikannya, kini kasus serupa menimpa Inamah (30), TKW yang juga asal Kabupaten Malang. Inamah sudah 5 tahun tak ada diketahui keberadaannya. Inamah adalah anak dari pasangan suami istri Marsu (61) dan Marsih (58), yang kini tinggal di Dusun Sumbergesing Kulon, RT 5 RW 8, Desa Gedangan, Kecamatan Gedangan, Kabupaten Malang. "Anak saya itu berangkat ke Arab saudi pada tahun 2000. Hingga kini belum diketahui keberadaannya. Tak pernah menghubungi saya dan keluarga lainnya. Saya tak tahu dia di mana sekarang," kata Marsih, Jumat (15/7/2011). Marsih mengaku, terakhir bertemu dan berkomunikasi dengan anaknya tersebut pada 2006 lalu, ketika Inamah pulang kampung. "Sampai hari ini, Inamah belum pernah memberikan kabar di mana posisinya berada," ujarnya. Di tahun yang sama, Inamah sempat mengirim surat saat masih berada di Arab Saudi. Pada surat yang diterima Marsih dan keluarganya itu, Inamah mengaku posisinya di Bahrain. "Sejak saat itu, Inamah sudah tidak bisa dihubungi lagi. Jangankan kirim uang, mengetahui kabarnya saja, saya dan keluarga di sini tak tahu harus mengadu ke mana," keluhnya. Di dalam keluarga Marsih, memang banyak yang mencari rupiah dengan menjadi TKI. "Saya masih mudanya memang juga kerja jadi TKW ke Arab Saudi. Ya, demi membantu keluarga," katanya. Inamah, kata Marsih, berangkat pada tahun 2000 melalui PT Panca Bayu Adi Sakti, yang berkantor di Jakarta Timur. Adapun petugas lapangan (PL) yang memberangkatkan Inamah adalah Leni, warga Desa Ringinsari, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang. "Saya sudah berkali-kali mendatangi rumah Leni itu. Tapi, dia mengatakan, kalau Inamah itu sudah berada di Jakarta, dan bukan tanggungjawab dia," katanya menirukan apa yang disampaikan Leni kepada dirinya. Marsih mengaku akan terus mendesak PT Panca Bayu, agar anaknya dipulangkan ke Indonesia. "Kami sudah berkali-kali mendesak pada PT Panca Bayu di Jakarta itu. Minimal kami diberi kabar bagaimana keberadaan anak saya itu, Dan kami mendesak agar anak saya dipulangkan," harapnya. Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price. |
You are subscribed to email updates from KOMPAS.com - Regional To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan