KOMPAS.com - Internasional |
Posted: 18 Jul 2011 04:23 AM PDT LONDON, KOMPAS.com - Skandal penyadapan telepon dan penyuapan terhadap polisi oleh jaringan media milik Rupert Mordoch di Inggris terus memakan korban. Setelah mantan editor News of the World, Rebekah Brooks, ditahan polisi, kabar paling akhir adalah pengunduran diri Kepala Polisi Metropolitan London, Paul Stephenson, pada Minggu (17/7/2011) malam. "Saya sore ini telah memberi tahu Istana, Menteri Dalam Negeri dan Walikota mengenai keinginan saya untuk mundur sebagai Komisaris Kepolisian Metropolitan," kata Stephenson, yang menjadi kepala Kepolisian Metropolitan London, yang juga dikenal sebagai Scotland Yard, dari tahun 2009. "Saya telah mengambil keputusan sebagai konsekuensi dari spekulasi yang beredar dan tuduhan yang berkaitan dengan hubungan kepolisian Metropolitan London dengan News International di tingkat senior," kata Stephenson. "Terutama sehubungan dengan Neil Wallis, yang anda tahu ditangkap sehubungan dengan Operation Weeting (nama sandi untuk operasi penyelidikan terkait skandal penyadapan itu) pekan lalu." Pengumuman Stephenson itu muncul beberapa jam setelah pihak berwenang menahan mantan editor News of the World, Rebekah Brooks, dalam lanjutan penyelidikan polisi terhadap skandal tersebut. Brooks dibebaskan sekitar Minggu tengah malam, tapi masih belum jelas apakah dia akan bersaksi pada Selasa besok, sesuai dengan jadwal sebelumnya, pada rapat dengar pendapat dengan parlemen Inggris. Pengumuman Stephenson itu datang sehari sebelum Menteri Dalam Negeri Inggris, Theresa May, dijadwalkan memberi pernyataan kepada anggota parlemen Inggris tentang hubungan Scotland Yard dengan mantan editor eksekutif News of the World, Neil Wallis, yang ditangkap pekan lalu terkait dengan skandal penyadapan itu. Wallis menjadi seorang konsultan komunikasi Scotland Yard setelah meninggalkan News of the World. Stephenson dikecam karena ia mempekerjakan Wallis. Stephenson juga diduga telah menghabiskan waktu di sebuah pusat kesehatan tempat Wallis bekerja sebagai konsultan Humas, setelah kaki Stephenson dioperasi sebelum Natal. Stephenson membantah tuduhan bahwa Scotland Yard telah mencurigai keterlibatan Wallis dalam kasus penyadapan itu ketika mereka mempekerjakan dia sebagai konsultan. "Saya tidak punya pengetahuan tentang keluasan praktik tercela itu serta sifat menjijikkan dari pemilihan korban yang kini mencuat, atau jangkauannya ke level senior," kata Stephenson. "Saya telah melihat tokoh-tokoh senior News International memberikan bukti bahwa perilaku tersebut terbatas pada beberapa oknum nakal dan tidak mengetahui keterlibatan para petinggi." Kepala Scotland Yard itu juga membantah pengunaan gratis spa mahal pada awal tahun ini ada hubungannya dengan koneksi Wallis dengan resor itu, Champneys. Dalam sebuah pernyataan pada Minggu pagi, Scotland Yard mengatakan, Stephenson bisa menikmati spa tersebut setelah diatur oleh direktur pengelolaan resor itu, yang merupakan teman keluarga. "Tidak ada ketidakwajaran dan saya sangat senang dengan apa yang saya lakukan dan alasan untuk melakukan hal itu," katanya. Perdana Menteri Inggris, David Cameron, mengeluarkan sebuah pernyataan pada hari Minggu yang memuji Stephenson atas "karier panjang dan terhormatnya". "Saya tahu bahwa saat ini menjadi kesempatan yang sangat menyedihkan baginya, saya menghormati dan memahami keputusannya untuk meninggalkan Met (kepolisian Metropolitan London), dan saya berharap yang terbaik bagi masa depannya," katanya. Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price. |
Wanita Oman Ditahan karena Setir Mobil Posted: 18 Jul 2011 02:47 AM PDT Wanita Oman Ditahan karena Setir Mobil Egidius Patnistik | Senin, 18 Juli 2011 | 09:47 WIB RIYADH, KOMPAS.com - Dua perempuan Oman ditahan karena mengemudikan mobil di Arab Saudi, tempat di mana perempuan tidak diperbolehkan menyetir mobil. Polisi menahan kedua perempuan pengemudi itu yang sedang melakukan perjalanan bersama keluarga mereka di jalan yang menghubungkan kota Riyadh dengan kota Taef, di Saudi barat. "Seorang warga memberi informasi kepada patroli polisi bahwa kedua perempuan itersebut mengendarai mobil dengan SIM Oman, " lapor harian Al-Hayat. Harian itu menambahkan, "Kedua perempuan itu ditahan dan diberi tahu bahwa perempuan tidak berhak untuk mengemudikan mobil. Mereka telah menandatangani komitmen untuk tidak melakukan kesalahan itu lagi." Akhir Juni lalu, Arab Saudi menangkap lima perempuan Saudi yang menyetir mobil. Para perempuan tersebut melakukan pembangkangan yaitu sengaja menyetir mobil di kerajaan Saudi yang sangat konservatif itu. Tindakan mereka merupakan tanggapan atas seruan di internet kepada para perempuan di Riyadh untuk menyetir mobil, setelah aksi protes pada 17 Juni dimana 42 perempuan turun ke jalan. Sejak itu "perempuan setiap hari menantang larangan itu di kota-kota yang berbeda di kerajaan tersebut", kata seorang aktivis yang tidak mau disebut namanya kepada AFP. Ia mengatakan, ibunya sendiri telah melakukan hal seperti itu di Riyadh. Tidak ada undang-undang yang secara resmi melarang perempuan mengemudikan mobil di Arab Saudi. Namun sebuah fatwa keagamaan telah menetapkan bahwa perempuan harus diantar oleh seorang sopir atau anggota keluarga laki-laki ketika bepergian dengan menggunakan mobil. |
You are subscribed to email updates from KOMPAS.com - Internasional To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan