detikcom |
Wajar Ada Pro Kontra TNI Batal Beraksi di Somalia Posted: 01 May 2011 01:13 PM PDT Senin, 02/05/2011 03:13 WIB "Pro dan kontra itu wajar saja. Segala kritik itu biasa terjadi. Yang penting, peristiwa ini harus dijadikan pelajaran ke depan harus ada satuan tugas khusus," ujar Ketua Pokja Antiteror Dewan Ketahanan Nasional, Wawan Purwanto kepada detikcom, Minggu (2/5/2011). Wawan menjelaskan pilihan pemerintah untuk mengedepankan negosiasi sudah tepat. Menurutnya, saat kapal sudah berada di pelabuhan yang dikuasai perompak, operasi militer jauh lebih sulit dilakukan. Resiko jatuhnya korban juga sangat besar. "Kalau sudah masuk ke perairan mereka ini bisa menjadi pelik. Berbeda dengan saat masih berada di perairan internasional," katanya. Menurutnya hal yang utama adalah para sandera telah selamat. Hal itu sudah tercapai. Ke depannya, pemerintah perlu melakukan tindakan agar kasus ini tidak terulang. "Ini harus jadi perhatian serius," pesan pengamat militer dan intelijen ini. Sebelumnya TNI menjelaskan telah mengirim kapal perang dan pasukan elit ke perairan Somalia. Ada 800 personel TNI, termasuk 300 pasukan elit di dalamnya dari Marinir, Kopassus dan Kostrad. Kapuspen TNI, Laksda Iskandar Sitompul menceritakan, Presiden SBY telah memerintahkan Panglima TNI untuk melakukan operasi militer. Namun karena keadaan selalu berubah dan pemerintah serta perusahaan pemilik kapal, PT Samudra Indonesia memprioritaskan keselamatan Anak Buah Kapal, operasi militer ditangguhkan. "Sandera tidak dijadikan satu dan selalu dipindah-pindah. Ini satu kendala kenapa operasi militer tidak dilakukan," katanya dalam jumpa pers. (rdf/ahy) Tetap update informasi di manapun dengan http://m.detik.com dari browser ponsel anda! Redaksi: redaksi[at]staff.detik.com |
Ayo Sama-sama Perangi Perompak Somalia! Posted: 01 May 2011 12:30 PM PDT Senin, 02/05/2011 02:30 WIB "Pemerintah juga harus berpartisipasi dalam upaya masyarakat internasional memerangi perompak Somalia dan para pengendalinya baik yang berada di Somalia atau di luar Somalia," ujar Guru Besar Hukum Internasional UI, Hikmahanto Juwana dalam keterangan pers kepada detikcom, Minggu (1/5/2011) malam. Anggota Komisi I DPR, Ahmad Muzani menegaskan hal yang sama. Menurutnya Indonesia perlu segera bergabung dengan negara-negara lain yang sebelumnya telah bersiaga lebih dulu di sekitar Teluk Eden. Indonesia harus bahu membahu dengan mereka untuk memerangi teroris. "Dengan bekerja sama dengan mereka, setiap ada ancaman kan bisa berkoordinasi. Bisa saling calling kalau ada masalah," jelasnya. Selain itu harus ada gugus tugas yang benar-benar siap saat diperlukan. Jangan sampai setelah ada peristiwa perompakan baru sibuk membuat persiapan. "Harus ada satgas yang selalu siaga," tegas Muzani saat dihubungi detikcom. Sementara itu Ketua Pokja Antiteror Dewan Ketahanan Nasional, Wawan Purwanto menilai Indonesia harus belajar dari negara-negara yang mempunyai permasalahan serupa di perairan Somalia seperti Malaysia, Korea Selatan dan AS. Indonesia pun harus bergabung untuk melawan aksi teror para bajak lau itu. "Apalagi dengan kepemimpinan Indonesia di Asean sekarang. Indonesia harus lebih bisa memainkan peran untuk memerangi teroris," jelas Wawan. (rdf/ahy) Tetap update informasi di manapun dengan http://m.detik.com dari browser ponsel anda! Redaksi: redaksi[at]staff.detik.com |
You are subscribed to email updates from detiknews To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan