KOMPAS.com - Internasional |
Bom Boston Dikemas dalam Panci Presto Posted: 17 Apr 2013 03:42 AM PDT BOSTON, KOMPAS.com — Para agen federal AS, Selasa (16/4/2013), memusatkan perhatian pada bagaimana pengeboman di dekat garis finis Maraton Boston, Senin lalu, dilakukan. Mereka telah mengetahui bahwa panci presto digunakan untuk mengemas bahan peledak, paku, dan pecahan peluru mematikan lainnya dalam ledakan itu. Namun, mereka masih tidak tahu siapa pelakunya dan apa motifnya. Kantor berita AP melaporkan, sebuah buletin intelijen yang diterbitkan untuk aparat penegakan hukum dan diedarkan pada Selasa malam memuat sebuah foto panci presto yang hancur dan tas hitam yang robek, yang menurut para agen FBI merupakan bagian dari sebuah bom. "Dugaan tentang tersangka dan motifnya tetap terbuka lebar," kata Richard Deslauriers, agen FBI yang bertugas di Boston, dalam sebuah konferensi pers. Dia bersumpah untuk "mengejar sampai ujung bumi subyek atau orang yang bertanggung jawab atas kejahatan tercela ini." FBI dan sejumlah lembaga penegak hukum AS lainnya berulang kali memohon kepada warga masyarakat untuk memberikan foto-foto, video, atau sesuatu yang mencurigakan yang mereka mungkin lihat atau dengar. Deslauriers meminta masyarakat untuk memberitahukan sesuatu yang mencurigakan, seperti mendengar seseorang yang mengungkapkan minat akan bahan peledak atau keinginan untuk menyerang lomba lari maraton itu, atau melihat seseorang yang membawa tas berat warna gelap di lomba itu atau mendengar ledakan misterius baru-baru ini. FBI mengatakan, pihaknya sedang memeriksa apa yang stasiun televisi Boston, WHDH, klaim sebagai foto yang dikirim oleh para pemirsa yang menunjukkan tempat kejadian tepat sebelum dan sesudah bom meledak. Foto itu menunjukkan ada sesuatu dekat dengan kotak surat yang tampaknya sebuah tas, tetapi tidak jelas apa nilainya foto itu. "Kami sedang melihat ratusan foto, dan itu salah satu dari foto-foto tersebut," kata juru bicara FBI, Jason Pack. Presiden Barack Obama menyebut serangan itu sebagai aksi terorisme, tetapi dia mengatakan, para pejabat tidak tahu "apakah serangan itu direncanakan dan dilaksanakan oleh sebuah organisasi teroris asing atau domestik, atau apakah itu (merupakan) aksi individual." Puluhan korban ledakan masih berada di rumah sakit, banyak yang mengalami luka menyedihkan, sehari setelah ledakan kembar di dekat garis finis maraton itu menewaskan tiga orang, melukai lebih dari 170 orang lainnya, dan membangkitkan kembali ketakutan akan terorisme. Seorang gadis usia 9 tahun dan anak laki-laki usia 10 tahun termasuk di antara 17 korban yang dalam kondisi kritis. Para aparat penegak hukum menemukan bahwa bom-bom di Boston itu terdiri dari bahan peledak yang dimasukkan ke dalam panci presto ukuran 1,6 galon. Satu bom berisi pecahan logam dan gotri, yang lainnya berisi paku, kata seorang yang dekat dengan penyelidikan, seperti dikutip Washington Post.com. Orang itu tidak mau disebut jati dirinya karena penyelidikan masih berlangsung. Bom-bom itu, kata sumber tersebut, dimasukkan ke dalam tas ransel hitam dan ditinggalkan di tanah. Deslauriers menegaskan, para penyidik telah menemukan potongan-potongan nilon hitam dari sebuah tas atau ransel dan fragmen gotri dan paku, yang mungkin dimasukkan ke dalam panci pesto. Ia mengatakan, barang-barang itu telah dikirim ke laboratorium FBI di Quantico, Virgina, untuk dianalisis. Para penyelidik mengatakan, mereka belum menentukan apa yang digunakan untuk meledakkan bahan peledak tersebut. Ledakan dengan panci presto telah digunakan dalam terorisme internasional dan telah direkomendasikan untuk operasi individu atau seorang diri (lone wolf) oleh Al Qaeda cabang Yaman. Namun, informasi tentang cara membuat bom itu dengan mudah ditemukan secara online. Para pejabat AS telah meminta warga Amerika untuk tidak terburu-buru menghubungkan serangan itu dengan teroris di luar negeri. Deslauriers mengatakan, sejauh ini belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu. Ledakan dengan menggunakan panci presto telah digunakan di Afganistan, India, Nepal, dan Pakistan. Demikian menurut sebuah laporan intelijen pada Juli 2010 yang dibuat FBI dan Departemen Keamanan Dalam Negeri. Salah satu dari tiga perangkat yang digunakan dalam upaya pengeboman di Times Square, New York, pada Mei 2010 adalah panci presto, kata laporan itu. Taliban Pakistan, yang mengaku bertanggung jawab atas upaya serangan di Times Square tahun 2010 itu, telah membantah terlibat dalam serangan di Maraton Boston. Al Qaeda cabang Yaman memberikan penjelasan rinci tentang bagaimana membuat bom dengan menggunakan panci presto dalam Inspire edisi 2010. Inspire adalah publikasi online berbahasa Inggris yang ditujukan untuk calon teroris yang akan bertindak sendiri. Dalam sebuah bab berjudul "Membuat Bom di Dapur Ibumu" disebutkan "panci presto adalah metode yang paling efektif" untuk membuat bom sederhana. Di situ juga diberikan panduan untuk membuatnya. Naser Jason Abdo, seorang mantan tentara AS, dijatuhi hukuman penjara seumur hidup tahun lalu setelah didakwa berencana untuk menggunakan sepasang bom yang terbuat dari panci presto dalam serangan terhadap sebuah restoran di Texas yang sering dikunjungi tentara dari Fort Hood. Dia menyimpan artikel terbitan Inspire itu. Berita lainnya baca di: Teror Bom di Boston Sumber : AP, Washington Post Editor : Egidius Patnistik |
Ben Ali Dihukum Lima Tahun Penjara Posted: 17 Apr 2013 01:56 AM PDT TUNIS, KOMPAS.com — Presiden terguling Tunisia, Zine El Abidine Ben Ali, dijatuhi hukuman lima tahun penjara secara in absentia dan denda 3,5 juta euro karena kasus korupsi. "Hukuman itu menambah dua putusan hukuman seumur hidup yang dijatuhkan sebelumnya," kata Pengadilan Tunis, Selasa, seperti dirilis AFP pada Rabu (17/4/2013). Pengadilan Tunis memutuskan, Ben Ali dihukum karena mengeksploitasi posisinya "demi kepentingan dirinya sendiri atau pihak ketiga, yang menyebabkan kerugian bagi negara". Ben Ali saat ini tinggal di pengasingan di Jeddah, setelah melarikan diri ke Arab Saudi dengan istrinya selama pemberontakan massa prodemokrasi terhadap rezimnya pada Januari 2011. Terkait perannya dalam kasus yang sama, Khaled Kobbi, seorang pengusaha yang ditahan sejak Juli 2011, pun dijatuhi hukuman dua tahun penjara dan didenda 3,5 juta euro. Kasus ini berkaitan dengan akuisisi lebih dari 20 hektar lahan untuk membangun kawasan industri dengan dana publik, sebelum dijual dalam keadaan kontroversial. Ben Ali telah dijatuhi hukuman dua kali penjara seumur hidup karena memimpin aksi keras berdarah terhadap pemberontakan yang akhirnya menumbangkan dirinya dan memicu gelombang musim Semi Arab. Dia juga secara terpisah dijatuhi hukuman puluhan tahun penjara bersama istrinya, Leila Trabelsi, karena penggelapan, kepemilikan ilegal narkotika, penipuan perumahan, dan penyalahgunaan kekuasaan. Keluarga Ben Ali, dan keluarga istrinya pada khususnya, memiliki pengaruh bisnis yang luas di Tunisia dan dituduh menjalankan negara dengan gaya mafia. Pasangan ini mengklaim mereka adalah korban pascarevolusi. |
You are subscribed to email updates from KOMPAS.com - Internasional To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan