Rabu, 29 Ogos 2012

KOMPASentertainment

KOMPASentertainment


Album "Unity" Kelar, Netral Lega

Posted: 29 Aug 2012 05:17 PM PDT

JAKARTA, KOMPAS.com -- Personel band Netral, Bagus (bas/vokal), Choky (gitar), dan Eno (drum), akhirnya bisa bernapas lega. Penantian selama tiga tahun untuk "melahirkan" album ke-11 mereka berakhir sudah. April lalu, Netral melepas album terbaru mereka, Unity.

"Sekarang kami lagi promo. Rilisnya baru 30 April, terus kepotong puasa. Jadi, kami baru promo di televisi dan radio-radio di Jakarta," tutur Bagus mewakili Choky dan Eno.

Menurut Bagus, Netral butuh waktu sekitar tiga tahun untuk mempersiapkan Unity karena kesibukan manggung yang tak putus-putus. Lagu "Garuda Di Dadaku" dalam album sebelumnya meledak di pasaran sehingga jadwal manggung Netral sangat padat.

"Kalau enggak disempet-sempetin, enggak dipaksa-paksain masuk studio, sampai batalin jadwal manggung kami, bisa enggak kelar (album Unity)," cerita Bagus.

Tentang musik mereka, Bagus mengungkapkan, Netral cenderung mengarah ke progressive. "Rock tetap, tetapi dalam album ini musik kami lebih variatif. Kami lebih banyak bermain dalam middle tempo," ujarnya.

Hal yang istimewa, dalam album ini ada lagu tentang nasionalisme berjudul "Demi Indonesia". Ada juga lagu tentang korupsi dan kekerasan yang terjadi di Tanah Air berjudul "Budaya dan Tradisi". Dua lagu lagi dipersembahkan untuk penggemar Netral, yakni "Netralizer" dan "Bleed For You".

(DOE)

Minat Anak Muda Bikin Film Meningkat

Posted: 29 Aug 2012 05:17 PM PDT

JAKARTA, KOMPAS.com -- Industri perfilman nasional memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi industri kreatif, mengingat animo anak muda terhadap produksi film begitu tinggi. Di berbagai pelosok daerah muncul kantong-kantong komunitas anak muda pembuat film.

Sekarang ini semua orang bisa menjadi sutradara dan penata kamera. Tanpa ada aturan tertentu

"Komunitas film tidak hanya tumbuh di kota besar, tetapi juga di kota-kota kecil, seperti Purbalingga, Wonosobo, dan Salatiga. Mereka memiliki potensi, hanya saja perlu diberi pembekalan agar karya mereka menjadi lebih berkualitas," ungkap Dekan Fakultas Film Institut Kesenian Jakarta (IKJ) Gotot Prakosa, Rabu (29/8), di kantor Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Kebudayaan Wiendu Nuryanti.

Sejak masa reformasi tahun 1998, terjadi semacam gebrakan terhadap produksi film Indonesia. Pada masa Orde Baru, menurut Gotot, orang baru dipercaya untuk memproduksi film setelah melalui tahapan begitu panjang, seperti menjadi asisten sutradara sebanyak tujuh kali, baru kemudian bisa coba menjadi sutradara. Tahapan serupa terjadi pada penata kamera.

"Sekarang ini semua orang bisa menjadi sutradara dan penata kamera. Tanpa ada aturan tertentu," ujar Gotot.

Untuk meningkatkan kualitas karya anak muda ini, IKJ berencana membuat workshop di sembilan kota, yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Makassar, Balikpapan, dan Batam. Peserta dari berbagai pelosok daerah dapat memilih lokasi workshop yang dekat dengan kota mereka.

Alat seadanya

Sineas Haryanto Corah, pada pertemuan itu, mengatakan, di daerah, anak muda membuat film menggunakan alat seadanya, seperti kamera foto, telepon genggam, atau perekam video biasa.

"Diperkirakan jumlah anak muda yang membuat film di daerah-daerah mencapai 10.000 orang," kata Haryanto.

Antusiasme anak muda, baik dari sisi penonton maupun pembuat film, juga terlihat dari larisnya acara festival film lokal. Gotot pernah mengadakan festival film independen pada 2002-2003 dan mampu mengumpulkan sekitar 3.000 produksi film independen yang dibuat oleh peserta yang umurnya sangat variatif, yaitu 7-70 tahun.

Wiendu Nuryanti mengungkapkan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memiliki tugas membenahi bagian hulu perfilman, termasuk meningkatkan kualitas produksi film. Wiendu berharap, pelatihan produksi film ini nantinya juga dikenalkan di sekolah-sekolah.

(IND)

Tiada ulasan:

Catat Ulasan