Republika Online |
Pertamina Gas: Pemerintah Jangan Pergi Setelah Tender Posted: 29 May 2012 11:09 PM PDT REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - PT Pertamina Gas, anak perusahaan PT Pertamina (Persero), mengharapkan dukungan pemerintah dalam pembangunan jaringan gas di Pulau Jawa, termasuk dalam ketersediaan gas. "Kami mengharapkan dukungan pemerintah. Jangan dilepaskan begitu saja, setelah tender dilepas begitu, karena eksekusinya tak sekedar membangun (jaringannya). Secara teknis masuk tidak, secara komersial, masuk tidak," kata Direktur Utama Pertamina Gas, Gunung Sardjono Hadi, dalam acara diskusi kelompok fokus (FGD) di Jakarta, Rabu (30/5). Gunung Sardjono menambahkan untuk pembangunan energi gas, khususnya di Jawa, diharapkan ada komitmen tentang ketersediaan pasokan atau alokasi gas. Pasalnya, itu adalah aspek tanggung jawab bisnis dari perusahaannya. Dalam hal itu, diharapkan komitmen dari pemerintah. Selain itu, katanya, pemerintah diharapkan juga mendukung pembangunan infrastrukturnya. Perusahaan memiliki keterbatasan bila harus menghadapi sendiri kebutuhan investasi untuk pembangunan infrastruktur. "Jangan urusannya menjadi ayam dulu, atau telur dulu, kalau begitu sulit terwujud," katanya. Terkait itu, Gunung Sardjono menggarisbawahi pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat menyampaikan pidato tentang kebijakan penghematan di Istana Negara, Jakarta, Selasa malam (29/5). Ia antara lain menegaskan pemerintah akan memprioritaskan produksi LNG untuk kebutuhan domestik. Pada 23 Februari 2007, Pertamina mendirikan anak perusahaan PT Pertagas atau PT Pertamina Gas. PT Pertamina Gas bergerak di bidang transportasi, niaga, dan pemrosesan gas. Itu merupakan implementasi UU No. 22 Tahun 2001. Dalam kegiatan transmisi gas, Pertamina telah memiliki jaringan pipa kurang lebih 1.600 km yang terletak di Sumatera Bagian Utara, Sumatera Bagian Tengah, Sumatera Bagian Selatan, Jawa Bagian Barat, Jawa Bagian Timur, dan Kalimantan Timur. Pada Januari 2008 PT Pertamina Gas mendapatkan Izin Transportasi dan Niaga, dan pada Februari 2009 PT Pertamina Gas memperoleh Hak Khusus dari BPH Migas untuk pengangkutan gas bumi melalui pipa di 43 ruas transmisi. Dengan izin usaha dan hak khusus tersebut, PT Pertamina Gas telah memiliki landasan regulasi untuk menjadi pemain utama dalam bisnis gas di Indonesia. Saat ini PT Pertamina Gas tengah mengembangkan pekerjaan terbesarnya di bidang transportasi gas yakni pembangunan pipa gas Semarang - Gresik sepanjang 271 km yang diharapkan nantinya jalur pipa gas di pulau Jawa akan terkoneksi. Dengan demikian dapat menjadikan PT Pertamina Gas sebagai perusahaan gas terbesar di kelasnya. Selain transportasi gas PT Pertamina Gas juga menjalankan bisnis transportasi minyak. Saat ini perusahaan sedang melaksanakan pembangunan pipa minyak Tempino - Plaju sepanjang 265 km sebagai pengganti pipa yang sudah ada yang sdah tua dan sering bocor. |
Bayi Sering Gumoh? Lakukan Hal Berikut Ini Posted: 29 May 2012 11:09 PM PDT REPUBLIKA.CO.ID, Bayi Anda gumoh? Jangan cemas dulu. Lebih baik kenali dulu gejalanya. Menurut Profesor Yvan Vandenplas, spesialis pencernaan anak dari University Brusel, Belgia, gumoh atau bahasa kedokterannya, regurgitasi, adalah gejala fisiologis karena klep pada lambung belum mampu menutup sempuran dan kondisi ini hampir diderita seluruh bayi di dunia. Berdasarkan riset, di beberapa negara termasuk Indonesia, 77 persen bayi di bawah usia tiga bulan di seluruh dunia menderita gumoh. Menurut Yvan, gumoh itu sama sekali tak bisa dicegah namun yang bisa dilakukan adalah mengurangi frekuensi gumohnya. Salah satu cara yang paling ampuh menurut Yvan adalah dengan memberikan ASI eksklusif pada bayi. Berdasarkan penelitian di seluruh dunia, bayi yang mendapat ASI eksklusif, frekuensi gumohnya makin berkurang. Sehingga ia amat menyarankan bagi para ibu untuk selalu memberikan ASI eksklusif. Pemberian obat, ujar dia, sama sekali tak memberikan efek positif pada bayi bahkan bisa membuat bayi sering sakit akibat bakteri, khususnya pnemounia. Hal ini terjadi karena obat anti asam bisa mengurangi jumlah asam lambung, padahal asam diperlukan untuk membunuh bakteri. Untuk itu, ujar dia, orangtua harus banyak membaca dan belajar, serta berpikir objektif mengenai kondisi bayi. Karena meski gumoh termasuk biasa namun jika sama sekali tak diperhatikan maka ada kemungkinan, pada kasus-kasus tertentu, terjadi hingga dewasa. ''Penelitian di Australia membuktikan beberapa anak terus mengalami gumoh hingga sembilan tahun akibat ketidakpedulian orangtua,'' tutur dia. Senada dengan Yvan, menurut Dokter Anak Gastroenterologi, Badriul Hegar Syarif, orangtua harus banyak mencari tahu dan menggali informasi mengenai gumoh. Sehingga ke depan, menurut dia tidak ada lagi, kepanikan berlebihan atau malah cuek sama sekali karena menganggap gumoh hal wajar. Orang tua patut curiga, ujar Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ketika frekuensi gumoh lebih dari lima kali, kemudian si bayi rewel atau terus menangis dan kemudian berat badannya tak normal atau bahkan turun. Berdasarkan penelitian di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo pada tahun 2004, bayi yang mengalami regurgitasi lebih dari empat kali dalam sehari, akan mengalami kenaikan berat badan yang lebih rendah pada empat bulan pertama usia bayi. ''Selain itu iritasi pada tenggorokan juga bisa terjadi dan menyebabkan bayi emoh untuk menyusu,'' ujar dia. Jika orangtua mengetahui kondisi ini, sebaiknya yang pertama dilakukan adalah dengan mengetahui teknik mengurangi frekuensi gumoh. Teknik yang paling mudah, ujar Badriul, dengan sendawakan bayi setiap usai menyusui dan kemudian tidurkan ia di alas sebuah bantal. Pada saat akan menidurkan, pastikan posisi tubuh anak setinggi kurang lebih 60 derajat. ''sering ditafsirkan kepala anak harus lebih tinggi, padahal yang patut diketahui tubuh anak keseluruhan, karena berpengaruh pada lambung,'' tutur dia. Untuk waktunya, ia menyarankan kurang lebih 2 jam dan harus selalu diawasi. Selain itu ia juga menyarankan agar tak mengurangi jumlah asupan si kecil. Hal ini dilakukan agar bayi tak kekurangan nutrisi. Selain itu tidak ada jaminan bahwa mengurangi asupan berpengaruh pada hilangnya gumoh pada bayi. |
You are subscribed to email updates from Republika Online RSS Feed To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan