KOMPAS.com - Regional |
20 Tahun Bekerja, Kini Basuki Dirumahkan Posted: 15 Jun 2011 07:54 AM PDT Nasib Karyawan Sri Ratu 20 Tahun Bekerja, Kini Basuki Dirumahkan K7-11 | Glori K. Wadrianto | Rabu, 15 Juni 2011 | 14:54 WIB SEMARANG, KOMPAS.com - "Mama, papa di mana? Rayhan mau jajan," kata Rayhan (5) dalam gendongan mamanya. "Sabar ya sayang, papa sedang ngurusin kerjaan, biar dapat pesangon, nanti buat beli jajanan Rayhan," kata Lastri menenangkan. Percakapan itu terekam saat berlangsung unjuk rasa 78 karyawan Pasaraya Sri Ratu di kantos Disnakertrans Kota Semarang, Rabu (15/6/2011). Rayhan Ramadhani adalah anak semata wayang pasangan Basuki dan Lastri. Keduanya karyawan Sri Ratu. Beruntung, yang terkena perumahan karyawan adalah Basuki, sehingga tidak mengganggu stabilitas ekonomi keluarga. "Saya kebetulan di Sri Ratu Jalan Pemuda, dan menjadi SPG produk. Jadi tidak terkena perumahan," kata Lastri. Basuki menjadi karyawan Sri Ratu sudah 20 tahun. Lebih dari separuh hidupnya diabdikan untuk Sri Ratu. "Dulu sebelum terkena kebijakan perumahan, papanya Rayhan punya gaji Rp 915 ribu. Lumayan," kata Lastri. Saat berbincang, Basuki keluar dari ruangan penyelesaian masalah hubungan industrial. "Perusahaan cuma bersedia menaikkan plafon sampai lima ratus ribu dik," katanya lesu. "Pa, pulang yuk. Aku mau jajanan," kata Rayhan. "Sebentar ya sayang. Rayhan anak pinter kan? Besok mau sekolah di mana?" kata Basuki. "Aku mau sekolah di sekolah yang ada prosotan sama ayunannya," jawab Rayhan lugu. Basuki kemudian menjelaskan bahwa sejak dirumahkan, Rayhan kebetulan agak rewel. Sering minta jajanan. "Padahal kami tak punya kejelasan status. Digaji gak, dipecat juga tidak, apalagi usia tambah terus. Kan susah nyari kerjaan. Setidaknya kalau sudah pasti dipecat kan mau cari kerja juga lebih mantap," katanya. Basuki dan Lastri hanyalah salah satu contoh kecil, kompetisi antar pasar modern yang menjadi korban tetap juga orang kecil. Setidaknya itulah pengakuan Basuki. |
Jasad Bayi Ditemukan di Kantong Plastik Posted: 15 Jun 2011 07:36 AM PDT Jasad Bayi Ditemukan di Kantong Plastik K4-11 | Glori K. Wadrianto | Rabu, 15 Juni 2011 | 14:36 WIB GUNUNGKIDUL, KOMPAS.com - Sesosok mayat bayi berjenis kelamin laki-laki, ditemukan di bawah jembatan Kali Pentung, jalur Yogyakarta-Wonosari, tepatnya di Dusun Karangsari, Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Rabu (15/6/2011) pagi. Mayat bayi yang masih lengkap dengan ari-ari dan tali pusarnya tersebut, awalnya ditemukan Suatminah (30), warga setempat yang hendak mencuci pakaian di bawah jembatan Kali Penthung. Saat ditemukan bayi berjenis kelamin laki-laki ini, dalam kondisi mengenaskan. Selain pada bagian kepala sudah hancur yang dimungkinkan terbentur batu saat dilempar ke sungai, tubuh bayi malang ini juga sudah dipenuhi belatung. Diperkirakan bayi ini merupakan hasil hubungan gelap, dan oleh ibunya dibuang ke bawah jembatan sejak 3 hari yang lalu. Salah satu saksi, Suatminah (30) mengatakan, bungkusan plastik berwarna hitam tersebut, sudah diketahuinya sejak tiga hari yang lalu. Baru saat akan mencuci pakaian di kali bawah jembatan, ia mencium bau busuk yang menyengat. "Saya kawatir akan mengotori air yang akan digunakan untuk mencuci pakaian, kemudian saya memindahkan bungkusan plastik tersebut ke lokasi lain. Karena penasaran, saya buka tas plastik tersebut dan ternyata berisi mayat bayi, lengkap dengan ari-ari dan tali pusarnya," kata Suatminah. Tersiarnya kabar ditemukannya mayat bayi ini, spontan menjadi tontonan warga yang kebetulan melintas. Sampai saat ini belum diketahui siapa ibu yang tega membuang bayinya di bawah jembatan ini. Usai dilakukan pemeriksaan oleh tim medis, dan olah TKP dari kepolisian mayat bayi tersebut dikirim ke Rumah Sakit Sarjito Yogyakarta, untuk dilakukan otopsi. |
You are subscribed to email updates from KOMPAS.com - Regional To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan