KOMPAS.com - Internasional |
100 Perempuan Jadi Korban Pemerkosaan Posted: 24 Jun 2011 02:27 AM PDT Republik Demokratik Kongo 100 Perempuan Jadi Korban Pemerkosaan Kistyarini | Jumat, 24 Juni 2011 | 09:27 WIB www.africanwireless.com Peta Republik Demokratik Kongo TERKAIT: KINSHASA, KOMPAS.com — Sebanyak 100 wanita menjadi korban pemerkosaan massal yang diduga dilakukan oleh pemberontak di Republik Demokratik Kongo (DRC) timur, pekerja bantuan internasional dan media setempat melaporkan, Kamis (23/6/2011). Serangan itu terjadi antara 10 dan 12 Juni di sejumlah desa sekitar 40 kilometer di utara kota Fizi di South Kivu, kata yayasan medis Dokter Tanpa Perbatasan (MSF) kepada Reuters melalui telepon. "Kami memiliki tim medis di daerah itu. Kami baru saja mau memulai program vaksinasi massal ketika kami mulai mendengar kisah-kisah mengenai pemerkosaan terkait dengan beberapa kejadian," kata Megan Hunter, kepala misi medis di South Kivu dari MSF cabang Belanda. "Kami memang merawat 100 lebih wanita yang mengatakan mereka telah diperkosa atau menderita trauma," kata dia. Ia menambahkan bahwa mereka yang bekerja bersama dengan pejabat-pejabat Kementerian Kesehatan Kongo akan memastikan jumlah korban. Perkosaan massal itu diduga dilakukan sekitar 200 pemberontak yang telah diintegrasikan ke dalam militer Kongo sebelum melarikan diri bulan ini, kata Radio Okapi yang didukung PBB. Pada Senin (20/6/2011) Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) mengatakan bahwa tentara-tentara itu dilaporkan telah menjarah pusat-pusat kesehatan dan ternak di daerah yang sama tempat pemerkosaan itu terjadi. Misi penjaga perdamaian PBB di negara itu, MONUSCO, tidak dapat mengonfirmasi pemerkosaan itu, tetapi menyatakan mereka sedang menyelidiki laporan tersebut, kata seorang juru bicara. Kongo timur masih sangat tidak stabil setelah berakhirnya perang pada 2003 yang menyebabkan lebih dari lima juta orang tewas. Banyak kelompok bersenjata beraksi di wilayah itu serta pemberontak dan pasukan bersenjata Kongo dituduh telah melakukan kekejaman terhadap warga sipil. Awal tahun ini, seorang kolonel dalam militer Kongo dipenjarakan selama 20 tahun karena memerintahkan orang-orangnya untuk memerkosa lebih dari 60 wanita di kota Fizi.
|
Posted: 24 Jun 2011 01:44 AM PDT WASHINGTON, KOMPAS.com — David H Petraeus, komandan Amerika Serikat dalam perang di Afganistan, Kamis (23/6/2011), mengatakan, keputusan Presiden AS Barack Obama untuk mengurangi jumlah tentara di Afganistan "lebih agresif" dibandingkan dengan yang telah disarankan militer. Namun, Petraeus mengesampingkan kemungkinan ia akan mengundurkan diri sebagai protes. "Keputusan akhir tersebut adalah rumus yang lebih agresif, dalam masalah waktu dibandingkan yang telah kami sarankan," kata Petraeus, calon selanjutnya yang diajukan Obama sebagai Direktur Badan Intelijen Pusat AS (CIA), dalam konfirmasi saat dengar pendapat di Senat. Berdasarkan rencana Obama, 10.000 prajurit akan ditarik dari Afganistan paling lambat sampai akhir tahun ini, dan sebanyak 33.000 prajurit akan keluar pada musim panas mendatang, semuanya mencakup jumlah tentara yang diumumkan Obama pada penghujung 2009. Petraeus, bersama para komandan lain militer dan pejabat Pentagon, dilaporkan memilih penarikan yang "jauh lebih sederhana" dari Afganistan guna melindungi prestasi keamanan yang sudah diperoleh di negeri itu, demikian laporan Xinhua. Namun, tetap saja Pertraeus mengatakan, ia akan melakukan semua yang dapat ia kerjakan untuk melaksanakan keputusan Obama tersebut selama sisa tiga bulan masa jabatannya di Afganistan. Selama perubahan besar tim keamanan nasional Obama, Petraeus dicalonkan untuk menggantikan Leon Panetta sebagai pemimpin selanjutnya CIA, sementara Panetta diajukan untuk menggantikan Robert Gates sebagai Menteri Pertahanan. Panetta disahkan dengan suara bulat oleh Senat, Rabu (22/6/2011). Ketika ditanya Senator Carl Levin apakah ia siap mundur sehubungan dengan kebijakan perang Obama, Petraeus mengatakan, "Saya kira bukan tempatnya buat seorang komandan untuk mempertimbangkan tindakan semacam itu, kecuali jika Anda berada dalam situasi yang amat, sangat mengerikan." Petraeus menyatakan ia telah menerima beberapa surat elektronik yang menyarankan ia mesti mengundurkan diri sebagai protes. Akan tetapi, dengan suara meninggi, Petraeus mengatakan, "Saya merasa sangat kuat mengenai itu. Tentara kita tak perlu mengundurkan diri. Dan saya kira para komandan tak perlu mempertimbangkan itu sebagai jenis tindakan waktu senggang." Jenderal berbintang empat tersebut, yang dipuji banyak anggota parlemen karena perannya dalam menyelamatkan perang di Irak, mengatakan, Obama akhirnya mengambil keputusan yang "lebih agresif" mengenai penarikan tentara dari Afganistan dibandingkan dengan yang ia dan rekan-rekannya sarankan. Sumber : ANT, XINHUA, OANA, AFP |
You are subscribed to email updates from KOMPAS.com - Internasional To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan