Ahad, 12 Mei 2013

Republika Online

Republika Online


Pijatan Wanita Bali Disukai Pria-pria Rusia

Posted: 12 May 2013 05:32 AM PDT

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Spa Bali kini menjadi bisnis jasa yang cepat berkembang di kota-kota Rusia dan kini sedikitnya 140 pemijat asal Bali bekerja di negeri Beruang Merah itu.

"Pijatan wanita Bali disukai pria-pria Rusia," kata Sekretaris I KBRI Moskow Lailal Khairiyah Yuniarti saat meninjau 7Krapcok, fasilitas spa Bali di Moskow, Rusia, Ahad (12//5).

7Krapcok dalam bahasa Rusia berarti "Tujuh Kecantikan". Spa ini tersebar di sejumlah kawasan di Moskow, termasuk di Bandara Internasional Domodedovo.

Menurut Lailal, sekarang ini makin banyak spa-spa Bali di Moskow, St Petersburg dan kota lain. Ini peluang baru tenaga kerja terlatih Indonesia di Rusia.

"Kalau 17 Agustus mereka diundang ke KBRI. Mereka tampak senang karena gajinya besar," ujar Lailal.

Jika datang ke KBRI, mereka membawa Ipad, Iphone, dan peralatan mahal lain yang membuktikan mereka sukses dalam pekerjaan.

Ni Komang Kertiani, pemijat asal Karangasem, mengaku dapat gaji 10 juta per bulan. "Selain itu dapat bonus dan tips dari pelanggan," katanya seraya mengatakan tipsnya bisa lebih besar dari gajinya.

"Orang Rusia royal-royal," katanya seraya menyebut angka 50 sampai 100 dolar untuk tips dari pelanggan yang puas.

Suryani, pekerja yang lain, mengatakan tarif pijat untuk satu jam sekitar 100-150 dolar untuk macam-macam layanan. "Saya sudah cukup mengumpulkan uang selama bekerja di sini. Saya mau pulang ke Bali untuk bikin usaha spa sendiri," ujarnya.

Kapal Pinisi Miliaran Rupiah Lahir di Tanah Beru Bulukumba

Posted: 12 May 2013 03:41 AM PDT

REPUBLIKA.CO.ID,BULUKUMBA -- Kelurahan Tanah Beru, Kecamatan Bontobahari di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan dikenal sebagai tempat pembuatan perahu pinisi, perahu khas Makkassar. Pembuatan kapal pinisi dilakukan secara tradisional yang membuat harganya bisa mencapai miliaran rupiah.

Kampung kapal pinisi tersebut bisa dijumpai setelah menempuh perjalanan sekitar empat jam dari Kota Makassar. Kesibukan orang membuat kapal terlihat dari kedua sisi jalan kampung menuju Tanah Beru. Kayu-kayu bahan membuat kapal menumpuk di beberapa tempat.

Perahu Pinisi biasanya dibuat dengan kayu besi atau kayu jati. Warga Tanah Beru, Andi Masut menuturkan kayu-kayu itu didatangkan dari Kendari, Sulawesi Tenggara. Kapal Pinisi tersebut bisa digunakan untuk berbagai keperluan seperti kapal penumpang hingga kapal kargo.

Pembuatan Kapal Pinisi bisa memakan waktu bulanan hingga tahunan. Untuk membuat kapal dengan tinggi 2,5 meter dan panjang 15 meter, membutuhkan waktu hingga enam bulan. Berat kapal dengan ukuran tersebut  bisa mencapai 80 ton.

Soal harga, Kapal Pinisi Bulukumba cukup fantastis. Dengan ukuran panjang 15 meter dan tinggi 2,5 meter tersebut, harganya bisa mencapai Rp 1,2 miliar.

Teknik pembuatan Kapal Pinisi tidak didapat dari pendidikan umum. Namun, pengetahuan tentang pembuatan kapal pinisi diturunkan dari generasi ke generasi. "Tahu kapal ini dari pengalaman saja," ujar Masut ditemui di Bulukumba, Ahad (12/5).

Pembuatan kapal pinisi juga tergolong unik. Untuk mempersiapkan lunas kapal, terlebih dahulu dilakukan semacam ritual adat. Setelah lunas siap, lambung kapal dibuat kemudian.
"Kami buat lambung kapal dulu, biar kuat," ungkap Masut.

Jika lambung kapal sudah siap, maka tulang dalam disiapkan. Kelengkapan kapal seperti dek dan kamar untuk penumpang dibuat setelahnya. Namun, kelengkapan kapal ini bisa juga tidak dibuat di Bulukumba. Setelah kapal siap, kelengkapan sering dibuat di Surabaya. Hal itu tergantung dari permintaan pemesan.

Peminat kapal pinisi Bulukumba tidak hanya warga lokal. Warga asing seperti dari Spanyol dan Prancis kerap memesan kapal dari Bulukumba. Namun, warga sekitar juga memanfaatkan kapal untuk mencari penghasilan. Andi Ariawan contohnya, salah satu warga Bulukumba yang membuat kapal kargo dengan ukuran panjang 50 meter dan tinggi 12 meter.

Untuk membuat kapal tersebut, dibutuhkan waktu sekitar satu tahun. Kapal kargo itu dikerjakan 10 orang. Dengan ukuran kapal sebesar itu, harganya bisa mencapai lebih dari Rp 6 miliar. "Tapi sudah dipesan Rp 6 miliar ini tidak dikasih," ujar Andi Suting, salah satu pekerja kapal di Bulukumba. N Nur Aini

Tiada ulasan:

Catat Ulasan