KOMPAS.com - Regional |
Posted: 13 Mar 2013 12:20 PM PDT Pelabuhan Benoa Masih Sepi Penulis : Cokorda Yudhistira | Rabu, 13 Maret 2013 | 19:20 WIB DENPASAR, KOMPAS.com - Aktivitas di Pelabuhan Benoa, Denpasar, Bali, masih sepi pada Rabu (13/3/2013), atau hari pertama setelah Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1935. Hal itu disampaikan General Manager PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III Benoa, Iwan Sabatini, Rabu tadi. Iwan menyebutkan, kegiatan di Pelabuhan Benoa sudah dimulai sejak Rabu pagi namun aktivitas di pelabuhan itu terlihat masih sepi. "Di Dermaga Selatan hanya satu kapal sedang memuat perlengkapan logistik untuk melaut, sementara di Dermaga Timur hanya satu kapal cruise lokal yang sandar," tutur Iwan. Pelabuhan Benoa dan seluruh gerbang masuk dan keluar Pulau Bali lainnya, termasuk bandara, ditutup sementara sejak Selasa (12/3/2013) pagi sampai Rabu pagi. Penutupan sementara itu diberlakukan serangkaian pelaksanaan Nyepi di Bali. Iwan menerangkan, sarana dan prasarana di Pelabuhan Benoa sedang dan terus dibenahi agar Pelabuhan Benoa dapat menerima kedatangan kapal-kapal pesiar besar dengan ukuran panjang mencapai 300 meter. Perbaikan sarana dan prasarana pelabuhan antara lain berupa pendalaman kolam pelabuhan dan alur masuk pelabuhan dan perkuatan konstruksi dermaga. Kedalaman pelabuhan saat ini mencapai 10 meter. "Tahun ini pelabuhan akan diperdalam lagi sehingga kedalamannya 11 meter," ujar Iwan. Iwan menyebutkan, Pelabuhan Benoa pernah disinggahi kapal pesiar Legend of Sea yang panjangnya mencapai 264 meter. Pelabuhan Benoa direncanakan akan disinggahi kapal pesiar Seabourn Odyssey pada Jumat (15/3/2013). |
Kasus Peluru Nyasar, "Ortu" Fathir Kecewa pada Polisi Posted: 13 Mar 2013 12:18 PM PDT JAKARTA, KOMPAS.com -- Fikar (23) dan Nur Hikmah (24) mengaku kecewa pada kepolisian. Kasus putra bungsunya, Fathir (14 bulan), yang tewas terkena peluru nyasar di rumahnya, Jalan Baji Gau Raya, Nomor 3F, Mamajang, Makassar, Sulawesi Selatan, seakan mentok di kepolisian. Nur Hikmah menuturkan, usai kejadian kepala belakang Fathir tertembus timah panas 30 mm, orangtua telah melaporkan kasus itu ke Polsek Mamajang. Namun, kepolisian baru menyambangi orangtua korban satu minggu setelah pelaporan untuk membuat berita acara pemeriksaan (BAP). "Itu pun setelah saya broadcats massage dulu, setelah media memberitakan juga, pas Fathir sudah di rumah sakit, baru polisi datang buat BAP," ujarnya kepada wartawan saat testimoni di kantor Komisi Nasional Perlindungan Aanak (Komnas PA), Jakarta, Rabu (13/3/2013). Hingga setelah Fathir meninggal, kedua orangtua korban baru menjalani dua kali pemeriksaan kepolisian. Itu pun penyidik Polsek Mamajang hanya bertanya soal kronologi kejadian serta arah datangnya peluru tajam tersebut hingga sampai bersarang di otak belakang bocah malang itu. Tak hanya penanganan yang lamban, orangtua Fathir juga mencium sejumlah kejanggalan atas kasus peluru nyasar yang menewaskan putra kesayangannya itu. Kejanggalan pertama yakni saat salah satu penyidik polisi melarang orangtua untuk meminta bantuan ke Lembaga Bantuan Hukum (LBH) setempat. "Kata penyidik, ini kasus kan sudah dilaporkan, sedang diselidiki. Jadi ngapain lapor-lapor LBH, nggak usah. Saya bingung," lanjut Nur yang sehari-hari sebagai ibu rumah tangga itu. Oleh sebab itu, keluarga berharap dengan melaporkan ke Komnas PA, kasus tersebut dapat terang benderang. Pelaku penembakan bisa diketahui dan diminta bertanggung jawab. Ketua Komnas PA, Arist Merdeka Sirait menegaskan, kepolisian harus bekerja sesuai dengan azas profesionalisme dan tak pandang bulu dalam mengurus sebuah kasus. Komnas PA telah menyurati Kapolda Makassar untuk mendorong agar kasus tersebut diselidiki secara serius. Fathir, putra bungsu dari tiga bersaudara buah hati pasangan Fikar (23) dan Nur Hikmah (24), warga Jalan Baji Gau Raya, Nomor 3F Mamajang, Makassar, Sulawesi Selatan, meninggal dunia, Kamis (7/3/2013). Bayi 14 bulan tersebut menjadi korban peluru nyasar di rumahnya. Kejadian itu bermula pada Jumat (1/2/2013) saat Fathir tengah bermain dengan kakaknya, Putra (2) dan Fadel (4), di ruang tengah rumah. Tiba-tiba, terdengar suara letusan berasal dari luar rumah. Sang ibu sempat mengira suara itu adalah lampu yang meletus hingga ia panik lantaran melihat kepala Fathir mengucurkan darah segar. Bayi malang tersebut pun dibawa ke rumah sakit. Namun, karena peralatan rumah sakit minim, Fathir sempat berpindah-pindah hingga akhirnya dirawat di RSUP Wahidin Sudirohusodo. Fathir sempat menjalani operasi pengangkatan proyektil peluru yang bersarang di otaknya. Namun, setelah proyektil diangkat, kondisinya kian menurun hingga akhirnya meninggal dunia. Meski kasus itu ditangani langsung oleh tim gabungan dari TNI Kodam Wirabuana dan Polri, hingga kini, kasus peluru nyasar itu belum terungkap. |
You are subscribed to email updates from KOMPAS.com - Regional To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan