KOMPAS.com - Internasional |
Oposisi Australia perketat visa pencari suaka Posted: 09 Jun 2012 03:31 AM PDT CANBERRA, KOMPAS.com - Pihak oposisi di Australia akan bersikap lebih keras terhadap para pencari suaka yang tidak memiliki identitas atau sengaja menghilangkan paspor mereka ketika mendarat di Australia.Demikian pengumuman kebijakan terbaru yang disampaikan oleh pemimpin partai oposisi Tony Abbot di Canberra, hari Sabtu (9/6). Menurut pihak oposisi, banyak para pencari suaka sengaja menghilangkan dokumen perjalanan mereka, guna mengelabui petugas imigrasi yang menangani mereka. "Segera setelah kami berkuasa, kami akan menetapkan tiga aturan tambahan, dari kebijakan yang sudah ada sebelumnya," kata Abbot kepada para wartawan. Menurut laporan koresponden Kompas di Australia, L. Sastra Wijaya, kebijakan pihak oposisi ini dikeluarkan setelah adanya laporan program televisi ABC Four Corners bahwa gembong penyeludup manusia beroperasi dari Australia. Salah seorang diantara yang dituduh yaitu Kapten Emad meninggalkan Australia hari Selasa, namun polisi tidak menahannya karena tidak memiliki bukti kuat. Tayangan ABC ini menimbulkan perdebatan sengit di Australia mengenai kebijakan yang bisa diandalkan untuk menghentikan gelombang pencari suaka yang kebanyakan menggunakan Indonesia sebagai tempat perberhentian terakhir sebelum menuju ke Australia. "Asumsi yang kuat adalah bahwa pendatang ilegal yang menghilangkan dokumen mereka tidak akan diberi status pengungsi," kata Tony Abbot. Menteri juga bisa mengajukan banding atas keputusan yang sudah diberikan bagi pengungsi, hak yang tidak pernah digunakan oleh pemerintah yang sekarang. "Kita juga akan mengangkat komisioner integritas yang akan melapor tiap enam bulan kepada menteri imigrasi mengenai proses imigrasi mereka, karena yang terjadi sekarang ini 90 persen mereka yang tiba di sini mendapatkan status pengungsi. "Ini berarti para penyelundup berhasil menetapi janji mereka kepada pendatang ilegal tersebut," tambah Abbot. Sebelumnya pihak oposisi sudah menyatakan tiga kebijakan utama mereka yaitu membuka pusat pemrosesan pencari suaka di Nauru, memberikan visa perlindungan sementara, dan mengusir kembali kapal-kapal yang memasuki wilayah Australia bila memungkinkan. Pemerintah pimpinan partai Buruh sendiri menginginkan pusat pemrosesan itu juga dibuka di Nauru, namun mereka juga ingin adanya pertukaran pengungsi dengan Malaysia, hal yang tidak disetujui oleh pihak oposisi. Dengan tidak adanya kebijakan yang jelas, jumlah kapal yang membawa pencari suaka asal Indonesia semakin meningkat. Dalam empat hari terakhir, angkatan laut Australia berhasil mencegat 4 kapal, sehingga jumlah pencari suaka mencapai 3700 orang. Dengan demikian, sudah ada 48 kapal yang tiba di Christmas Island sejauh ini di tahun 2012, dengan rata-rata 570 orang datang setiap bulannya. Padahal pemerintah Australia hanya menganggarkan biaya untuk memproses 450 orang setiap bulannya.
|
Timothy Brown 46 Dinyatakan Sembuh Posted: 09 Jun 2012 03:17 AM PDT BERLIN, KOMPAS.com -- Seorang pria yang 17 tahun lalu didiagnosa mengidap penyakit yang menyerang sistm kekebalan tubuh manusia (AIDS) dinyatakan sembuh. Timothy Brown (46) dinyatakan sehat dan menjadi satu-satunya orang di dunia sekarang ini yang berhasil sembuh dari penyakit mematikan, yang sampai sekarang belum ada obatnya itu. Brown dinyatakan sembuh setelah sebelumnya menjalani terapi pencangkokan sel punca darah dari seorang donor dengan mutasi genetis khusus. Terapi itu dilakukan untuk mengobati penyakitnya yang lain, leukemia, yang dideritanya dan didiagnosa setahun lebih dahulu sebelum kemudian dia diketahui menderita AIDS. Kondisi Brown, yang kerap dipanggil "Pasien dari Berlin" itu tentu saja semakin memicu harapan yang lebih besar bagi dunia kedokteran dunia kalau penyakit AIDS ternyata memang bisa disembuhkan. "Saya merasa sehat, saya tidak pernah menderita penyakit serius, hanya flu biasa seperti orang lain" katanya pada ABC News, Jumat (8/6). Brown memang sangat beruntung lantaran menerima sel induk darah, yang berasal dari donor dengan mutasi genetis khusus. Mutasi khusus itu membuatnya resisten terhadap virus HIV. Sebelum Brown melakukan transplantasi pada tahun 2007, dokter telah menguji hampir 70 donor untuk mutasi genetis ini hingga akhirnya menemukan satu pendonor yang sesuai. Mutasi genetis itu hanya terjadi pada kurang dari 1 persen ras kulit putih. Kemungkinan hal sama terjadi di ras lain diketahui jauh lebih kecil. Direktur medis dari sebuah bank darah tali pusat, StemCyte, dr Lawrence Petz, mengatakan meskipun Brown telah sembuh berkat transplantasi itu, prosesnya sendiri masih sangat rumit lantaran sel darah induk yang dipakai berasal dari donor dewasa. Menurut Petz, metode transplantasi darah tali pusat diperkirakan jauh lebih mudah dilakukan untuk menemukan donor yang sesuai. Namun begitu secara praktik hal itu membutuhkan proses yang sangat rumit. Sejauh ini Petz dan koleganya telah melakukan tes terhadap 17,000 sampel darah tali pusat, dan hanya menemukan 102 sampel dengan mutasi resisten HIV genetis. Tim dokter kemudian melakukan transplantasi darah tali pusat pada pasien terinfeksi HIV beberpa minggu yang lalu, dan akan melakukan hal yang sama pada seorang pasien di Madrid, Spanyol akhir tahun ini. Namun begitu diperlukan waktu berbulan-bulan sebelum dapat diketahui apakah metode transplantasi itu dapat berdampak positif pada pasien HIV. |
You are subscribed to email updates from KOMPAS.com - Internasional To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan