KOMPAS.com - Regional |
Merasa Ditipu PT KAI, Pedagang Demo Posted: 18 Aug 2011 07:47 AM PDT Pembangunan Minimarket Merasa Ditipu PT KAI, Pedagang Demo K14-11 | Glori K. Wadrianto | Kamis, 18 Agustus 2011 | 14:47 WIB SEMARANG, KOMPAS.com - "Pak untuk kelangsungan hidup kami. Pendirian minimarket Alfa Mart di Stasiun Poncol harus dibatalkan. Jika tidak, sama saja Kadaop membunuh kami," ungkapan bernada kecewa, disampaikan Yuli perwakilan pedagang stasiun Poncol saat menggelar aksi demo penolakan pembangunan minimarket di komplek stasiun, Kamis (18/8/2011). Dalam janji yang disampaikan pada pertemuan antara pedagang dan pihak properti Daop IV Semarang, pengelola jasa kereta api itu berjanji tidak akan mengijinkan pendirian minimarket di stasiun yang khusus melayani penumpang kelas ekonomi itu. "Saat transaksi pembayaran uang sewa, pedagang tidak boleh menawar harga sewa lahan senilai Rp 12 juta lebih per lahan dengan konsekuensi pembayaran diberi jangka waktu hingga Desember 2011 dan tidak ada pembangunan minimarket di stasiun. Tapi kenyataannya mereka memberi ijin dan ada pembangunan Alfa Mart," ujarnya. Keluhan senada diungkapkan, Rumiyati pemilik kios makanan dan minuman. Di sela aksi, pedagang yang sudah belasan tahun berjualan di Stasiun Poncol itu mengaku, pendirian minimarket yang tepat berada di samping pintu masuk komplek stasiun bisa mengancam kelangsungan hidup sebanyak 163 pemilik kios dan asongan. "Kami akan terus menolak sampai minimarket yang banyak dikeluhkan dan membunuh pedagang kecil di kota Semarang, tidak berdiri di sini seperti di Stasiun Tegal dan di Jawa Timur," tambahnya. Ancaman serupa diungkapkan Heri Yulianto, dalam orasinya pedagang dan asongan yang selama ini terpinggirkan dengan pembatasan jam jualan siap melakukan perlawanan. "Tidak saja demo dan meminta pekerja bangunan berhenti sementara, tapi kami juga melakukan penolakan karena mendirikan minimarket di sini sama saja membunuh pedagang," ujarnya. Aksi demo berjalan tertib di bawah pengawasan tim dari Polsek Semarang Utara dan Polsuska. Masa aksi menggelar orasi dan sepanduk penolakan seperti "Kenapa jatah makan wong cilik kamu embat juga alfamart ????". Kendati terjadi aksi demo, aktivitas di stasiun tidak terganggu dan ratusan calon penumpang tetap bisa antri dengan tertib untuk membeli tiket dan perjalanan kereta api tetap lancar. |
Ledakan Diduga Terkait Pelantikan Bupati Posted: 18 Aug 2011 07:45 AM PDT Morotai Ledakan Diduga Terkait Pelantikan Bupati Antonius Ponco A. | Marcus Suprihadi | Kamis, 18 Agustus 2011 | 14:45 WIB AMBON, KOMPAS.com- Wakil Ketua DPRD Morotai Ajan Jaguna mengatakan, ledakan yang merusakkan gedung untuk rapat paripurna DPRD Morotai pada pukul 03.00 WIT, Kamis (18/8/2011) tadi, diduga terkait dengan rencana pelantikan Bupati dan Wakil Bupati Morotai tanggal 27 Agustus mendatang. "Kemungkinan masih ada orang-orang yang tidak setuju dengan keputusan Mahkamah Konstitusi yang menjadi dasar bagi Menteri Dalam Negeri dan Gubernur Maluku Utara untuk melantik Rusli Sibua dan Weni Paraisu sebagai Bupati dan Wakil Bupati Morotai," ujar Ajan Jaguna yang dihubungi dari Ambon, Kamis. Keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) pada sengketa pemilihan kepala daerah Morotai telah menetapkan pasangan Rusli Sibua dan Weni Paraisu sebagai pemenang dalam Pilkada Morotai. Ini berbeda dengan hasil rapat pleno KPUD Morotai yang memutuskan pasangan Arsad Sardan-Demianus Ice sebagai pemenangnya. Keputusan dari MK itu lalu menjadi dasar bagi Menteri Dalam Negeri yang kemudian dilanjutkan oleh Gubernur Maluku Utara untuk melantik Rusli Sibua dan Weni Paraisu. "Seharusnya setelah keputusan MK keluar, perbedaan politik yang muncul selama proses pilkada bisa berakhir," kata Ajan seraya berharap polisi meningkatkan pengamanan pasca kejadian ledakan hingga pelantikan tanggal 27 Agustus mendatang. Memanasnya situasi di Morotai akibat pilkada tidak terjadi kali ini saja. Catatan Kompas, tanggal 21 Desember 2010 lalu, rumah Ketua DPRD Kabupaten Morotai Ali Sangadji dilempar bom molotov. Kemudian tanggal 21 Mei 2011, massa pendukung salah satu calon bupati/wakil bupati mengamuk setelah melihat hasil pilkada mengecewakan mereka sehingga mengakibatkan tiga orang cedera terkena pantulan peluru oleh polisi. Pilkada yang digelar tanggal 16 Mei 2011 itu merupakan pilkada pertama warga Kabupaten Morotai setelah Morotai dimekarkan dari Kabupaten Halmahera Utara tahun 2008 lalu. |
You are subscribed to email updates from KOMPAS.com - Regional To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan