KOMPAS.com - Regional |
Pengemudi Juke Maut Tak Gunakan Narkoba Posted: 08 Apr 2013 08:06 AM PDT BANDUNG Pengemudi Juke Maut Tak Gunakan Narkoba Penulis : Kontributor Bandung, Putra Prima Perdana | Senin, 8 April 2013 | 15:06 WIB Foto: BANDUNG, KOMPAS.com - Pengemudi Nissan Juke maut Muhammad Dwigusta Cahya (18), yang terlibat tabrakan dengan Daihatsu Xenia di Tol Purbaleunyi, Minggu (7/4/2013) kemarin dinyatakan tak dalam pengaruh narkoba, zat psikotropika dan alkohol sebelum kejadian. "Dari hasil tes urin negatif. Pengemudi terbukti tidak mengkonsomsi narkoba dan alkohol. Dari pengakuan, dia meu berangkat dari rumah menuju ke ITT Telkom," ujar Kasatlantas Polres Bandung AKP Lukman Syarief saat ditemui di Kantor Unit Pelayanan Terpadu Laka Lantas Polres Bandung, Cileunyi Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Senin (8/4/2013). Untuk saat ini, lanjut Lukman, kecelakaan maut tersebut diduga kuat akibat Dwigusta memacu kendaraannya di atas batas wajar kecepatan. "Yang bersangkutan terindikasi memacu kendaraan melebihi batas maksimum kecepatan di tol. Kalau maksimal biasanya hanya 80 kilometer per jam," tuturnya. Ketika ditanya kemungkinan Dwigusta sedang menggunakan alat komunikasi saat memacu kendaraannya, Lukman belum dapat memastikan hal tersebut. "Apakah dia (Dwigusta) menggunakan alat komunikasi atau tidak ketika kejadian berlangsung sedang kita dalami," ucapnya. Seperti diberitakan sebelumnya, kecelakaan maut terjadi di Jalan Tol Purbaleunyi, Km 135, di jalur A (Jakarta arah Bandung) masuk ke jalur B (Bandung arah Jakarta), sekitar pukul 13.15 WIB, Minggu siang. Mobil Nissan Juke AB 421 TA tabrakan dengan Daihatsu Xenia R 8181 NK. Editor : Glori K. Wadrianto |
Sakit, Bupati Karanganyar Dua Kali Mangkir Posted: 08 Apr 2013 08:00 AM PDT SEMARANG, KOMPAS.com - Bupati Karanganyar, Jawa Tengah, Rina Iriani kembali mangkir pada pemeriksaan oleh Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah, Senin (8/4/2013). Pemanggilan kali ini merupakan yang kedua untuk pemeriksaan sebagai saksi. Kepala Seksi Penerangan Hukum Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah, Eko Suwarni mengatakan Rina tidak datang dengan alasan sakit. "Panggilan memang hari ini, tapi belum jadi diperiksa karena sakit, ada surat keterangan dokternya," terangnya. Berdasarkan informasi Rina memang belum lama ini melakukan operasi penyambungan tulang. "Sakit tulang, ya nanti akan melayangkan lagi surat panggilan yang ketiga," tambah Eko. Sebelumnya pada Rabu (3/4/2013) lalu, Rina juga dijadwalkan untuk menjalani pemeriksaan sebagai saksi. Ketika itu Rina juga batal diperiksa dengan alasan bertepatan agenda kontrol operasi penyambungan tulang yang pernah dilakukan. Pemeriksaan terhadap Rina ini terkait dengan penyelidikan keterlibatannya dalam kasus korupsi subsidi perumahan Griya Lawu Asri (GLA) Kabupaten Karanganyar tahun 2007-2008. Akhir Februari lalu, Kejati memperpanjang penyelidikan. Berdasarkan data Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Perwakilan Jawa Tengah, terdapat kerugian negara pada pembangunan perumahan bersubsidi GLA di Dukuh Jeruk Sawit, Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar. Kerugian negara diperkirakan mencapai Rp21,9 miliar. Proyek tersebut merupakan subsidi dari Kementrian Negara Perumahan Rakyat (Kemenpera) dengan mengucurkan dana Rp35 miliar pada 2007-2008. Namun dari jumlah tersebut hanya Rp13,1 miliar yang sesuai peruntukan. Penyaluran bantuan dari Kemenpera itu harus melalui lembaga keuangan. Kemudian ditunjuklah KSU Sejahtera melalui rekomendasi bupati. Rina Iriani diduga terlibat korupsi atas dana yang disalurkan melalui KSU Sejahtera yang dikelola mantan suaminya Tony Haryono. Anggaran tersebut seharusnya digunakan untuk pembangunan rumah sederhana GLA dan untuk renovasi rumah sederhana. Seluruh dana diperuntukkan bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah. Kenyataannya, tidak semua dana difungsikan dan perumahan tersebut kini justru mangkrak. Tiga orang telah mendapatkan vonis dalam kasus ini. Ketua KSU Sejahtera tahun 2007 Fransiska Riyana Sari divonis dua tahun, Ketua KSU Sejahtera tahun 2008 Handoko Mulyono dihukum empat tahun, sedangkan Ketua Dewan Pengawas KSU Sejahtera Toni Haryono dijatuhi hukuman lima tahun 10 bulan penjara. Berdasar fakta persidangan dari ketiga terpidana, terungkap bahwa sebagian uang justru digunakan oleh Rina untuk biaya kampanye pilkada dan membayar utang pribadi. Rina juga yang memberi persetujuan agar KSU menjadi penyalur bantuan tersebut. Penyelidikan terhadap dugaan keterlibatan Rina pada kasus ini sudah dibuka sejak Oktober 2012 dan telah mengalami beberapa kali perpanjangan. Hal ini menuai kritik dari sejumlah pihak karena penanganan kasus Rina dinilai lambat. "Penyelidikan terhadap Rina ini harus terus dikawal. Jika tidak, Kejaksaan dan Rina bisa main mata dan mengaburkan perkara," ujar Presidium Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI) Boyamin Saiman. Editor : Glori K. Wadrianto |
You are subscribed to email updates from KOMPAS.com - Regional To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan