KOMPAS.com - Internasional |
Aparat Malaysia dan Tentara Sultan Sulu, Baku Tembak Posted: 01 Mar 2013 03:45 AM PST MANILA, KOMPAS.com - Baku tembak terjadi, Jumat (28/2/2013), di sebuah desa yang menjadi pusat "sengketa" antara kelompok bersenjata yang mengaku sebagai Tentara Kesultanan Sulu dan aparat keamanan Negara Bagian Sabah, Malaysia. Demikian Kementerian Luar Negeri Filipina. Duta besar Malaysia untuk Filipina mengabarkan kepada Menlu Filipina Albert del Rosario bahwa baku tembak sudah berakhir dan tidak jatuh korban. Kabar ini disampaikan juru bicara Kemenlu Filipina, Raul Hernandez. "Apa yang dilaporkan duta besar kepada Menlu adalah insiden yang terjadi sebelumnya. Syukurlah tidak ada korban jatuh," kata Hernandez kepada stasiun televisi ABS-CBN. Sejumlah pengikut seseorang yang mengaku keturunan Sultan Sulu berhadap-hadapan dengan aparat keamanan Malaysia di desa Lahad Datu, Sabah selama hampir dua pekan. Kelompok yang termasuk 30-an orang bersenjata itu, menurut pemerintah Filipina, berlayar dari sebuah pulau terpencil di Filipina Selatan menuju ke Lahad Datu pada 12 Februari lalu dan menimbulkan masalah teritorial dengan Sabah. Jamalul Kiram, yang memproklamirkan diri sebagai Sultan Sulu, kepada para wartawan di kediamannya di Manila mengatakan dia belum menerima laporan soal korban di antara pengikutnya. Meski sempat terlibat baku tembak dengan aparat Malaysia, Jamalul Kiram menegaskan para pengikutnya tidak akan meninggalkan Lahad Datu. |
Apartemen Seukuran "Peti Mati" Sewanya Rp 5,8 Juta Sebulan Posted: 01 Mar 2013 03:13 AM PST Apartemen Seukuran "Peti Mati" Sewanya Rp 5,8 Juta Sebulan Jumat, 1 Maret 2013 | 11:13 WIB TOKYO, KOMPAS.com — Apartemen-apartemen itu hampir tidak cukup besar untuk menampung tubuh satu orang. Namun, apartemen sangat mini seukuran peti mati di pusat kota Tokyo itu tarif sewanya mencapai Rp 5,8 juta per bulan. Tokyo merupakan salah satu kota terpadat di dunia. Untuk mengakali masalah perumahan yang kronis, para pemilik rumah telah mengembangkan apa yang dikenal sebagai "geki-sema" atau berbagi rumah. Apa yang disebut apartemen itu sedikit lebih besar dari lemari. Bentuknya berupa bilik-bilik kecil yang ditumpuk satu di atas yang lain dengan ruang cukup untuk satu orang dan beberapa barang milik mereka. Bahkan, banyak yang tidak memiliki jendela dan pintu. Orang yang tingginya lebih dari 1,8 meter akan kesulitan untuk meregangkan kaki mereka. Kebanyakan tempat-tempat itu digunakan para profesional muda yang menghabiskan sebagian besar waktunya di tempat kerja dan di luar rumah. Mereka menggunakan akomodasi kecil ini hanya untuk tidur. Foto-foto tentang apartemen di distrik Shibuya, Tokyo, itu bersumber dari sebuah program berita baru-baru ini di Jepang. Editor : Egidius Patnistik |
You are subscribed to email updates from KOMPAS.com - Internasional To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan