Rabu, 11 Julai 2012

ANTARA - Peristiwa

ANTARA - Peristiwa


LSI: Jokowi Punya Kemampuan Menarik Keragaman di Jakarta

Posted: 11 Jul 2012 07:17 AM PDT

Jokowi-Ahok (ANTARA/Prasetyo Utomo)

Berita Terkait

Jakarta, (ANTARANews) - Peneliti Lembaga Survei Indonesia Saiful Mujani mengatakan solidnya partai politik pengusung Jokowi-Ahok menjadi faktor kemenangan pasangan itu.

"Mengenai mesin politik partai, saya tidak tahu persisnya, tapi jika melihat kesolidan partai itu terlihat mesin politiknya berjalan," kata Saiful Mujani, di Jakarta, Rabu.

Saiful menguraikan faktor lain yang menjadi mendukung pasangan dengan nomor urut tiga tersebut.

Jokowi-Ahok dinilainya bisa mengambil semua kelas, baik di tingkat atas maupun melakukan penetrasi ke bawah.

Basis dukungan PDI Perjuangan yang kuat di tingkat bawah menurut dia turut berperan melakukan penetrasi itu.

"Dari sisi agama, Islam yang mayoritas suaranya 85 persen, separuhnya memilih Jokowi. Lalu Nonmuslim, 15 persen hampir semuanya ke pasangan ini," katanya.

Dia juga mencontohkan, pasangan ini mampu menarik basis dukungan hampir 100 persen dari etnis Tionghoa. Artinya, pasangan ini mendapatkan suara 6 persen dari etnis Tionghoa itu.

Saiful menyimpulkan pasangan ini punya kemampuan menarik keragaman yang ada di Jakarta.

(SDP-53)

Editor: Aditia Maruli

COPYRIGHT © 2012

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Komentar Pembaca

Kirim Komentar

Bengong dan bangga selimuti para penakluk Everest

Posted: 11 Jul 2012 07:13 AM PDT

yang keluar adalah rasa takut dan ingin segera pulang"

Berita Terkait

Jakarta (ANTARA News) - Nurhuda dan Fajri Al Luthfi, dua pendaki yang menaklukan puncak tertinggi dunia, Puncak Everest, yang menjadi rangkaian pendakian puncak-puncak tertinggi dunia, mengungkapkan ekspresi berbeda kala mereka berhasil menaklukan Everest dan menancapkan Merah Putih di puncak ini.

"Paling klimaks mungkin di Everest. Perjalanannya sendiri hampir dua bulan. Tapi setelah di puncak, eforianya malah bengong, tidak bisa berbuat apa2, kacau pikiran," kata Nurhuda dalam dialog "Merah Putih" yang ditayangkan TVRI bekerjasama dengan LKBN Antara dan RRI, Rabu, mulai pukul 20.00 WIB.

Nurhuda merasa seakan tidak percaya telah menaklukan puncak tertinggi dunia yang pertama kali ditaklukan Sir Edmund Hillary pada Mei 1953 atau lebih dari setengah abad lalu.

Sebaliknya, Fajri mengaku bangga meliputi dirinya begitu sampai di puncak tertinggi dunia itu.  Dia bangga karena telah membawa nama bangsa dengan menaklukan puncak tertinggi dunia yang selalu menjadi obsesi pendaki gunung manapun di dunia ini.

"Tapi kemudian (setelah berada di Puncak Everest) yang keluar adalah rasa takut dan ingin segera pulang," sambung Fajri diiringi senyum simpul.

Sementara Nurhuda memaparkan, pendakian-pendakian mereka sebelumnya bisa disebut sebagai persiapan untuk menaklukan Puncak Everest.

Sebelum menaklukan Everest, mereka dan tim telah berupaya menaklukan beberapa puncak dunia, diantaranya Puncak Cartenz di Indonesia, Puncak Elbrus di Eropa, Kilimanjaro di Afrika, dan Aconcagua di Amerika.

"Pendakian Cartenz bisa dibilang persiapan untuk (mendaki) Everest," kata Nurhuda sembari mengatakan untuk menaklukan Cartenz yang lebih berbatu dibutuhkan keahlian khusus.

Tuntutan serupa juga mesti dipenuhi ketika mendaki puncak-puncak yang lain seperti Elbrus meski puncak yang satu ini disebut Nurhuda bisa didaki dalam waktu sehari.

Nurhuda menyatakan kekagumannnya kepada pendaki senior Sabar Gorky yang walau tuna daksa mampu menaklukan Elbrus yang disebutnya bermedan berat.

Seperti halnya Fajri dan Nurhuda, Sabar juga menjadi narasumber dalam dialog Merah Putih kali ini.  Nurhuda dan Fajri berada di studio TVRI, sedangkan Sabar tampil di studio TV ANTARA. (*)

Editor: Jafar M Sidik

COPYRIGHT © 2012

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Komentar Pembaca

Kirim Komentar

Tiada ulasan:

Catat Ulasan