Selasa, 1 Mac 2011

Republika Online

Republika Online


Tersangka Kasus Insiden Ahmadiyah Cikeusik Dilimpahkan

Posted: 02 Mar 2011 06:03 AM PST

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kepolisian RI kembali melimpahkan tiga berkas tersangka kasus bentrok warga dengan jamaah Ahmadiyah di Kecamatan Cikeusik, Kabupaten Pandeglang, Banten pada Minggu (6/2). "Polri sudah melimpahkan berkas tiga tersangka kasus Cikeusik yakni S, I dan A," kata Kepala Divisi Hubungan Masyarakat (Kadiv Humas) Polri, Irjen Pol Anton Bachrul Alam di Jakarta, Rabu (2/3).

Saat ini jumlah berkas yang telah dilimpahkan ke kejaksaan untuk diperiksa yakni delapan berkas. "Sudah delapan berkas dilimpahkan ke kejaksaan," kata Anton. Sebelumnya, penyidik telah melimpahkan berkas perkara lima tersangka berinisial M, E, M, U, dan Y ke kejaksaan.

Sementar tersangka yang ditahan yakni O, UJ, S, E, Y, M, M, U, D, AD, R dan D. Mereka dijerat Pasal 160 KUHP tentang penghasutan maupun Pasal 170 KUHP tentang pengeroyokan. Para tersangka ditahan dalam penyidikan dilakukan Polda Banten dibantu oleh satu tim penyidik dari Bareskrim Polri, dimana satu tim terdiri dari sepuluh orang.

Bentrokan yang terjadi tersebut menyebabkan jatuhnya delapan korban di antaranya tiga meninggal yakni Karno dan Mulyadi yang merupakan kakak beradik, warga Kecamatan Cikeusik serta seorang lainya bernama Roni, warga Jakarta. Sedangkan lima orang lainnya yakni Pipip warga Cilegon, Dias (Jakarta) Ahmad (Jakarta), Deden Dermawan (Jakarta) dan M Ahmad (Ciledug) Tangerang Selatan) sempat mendapat perawatan Rumah Sakit Rasa Asih.

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Pemerintah tak Bisa Paksa WNI yang Bertahan di Libya

Posted: 02 Mar 2011 05:58 AM PST

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pemerintah tidak bisa memaksa Warga Negara Indonesia (WNI) yang menolak kembali ke tanah air dan lebih memilih bertahan di Tunisia setelah dievakuasi dari Libya. Juru Bicara Kepresidenan Teuku Faizasyah di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Rabu, mengatakan pada akhirnya pemerintah harus mengikuti keyakinan para WNI yang memilih bertahan di Tunisia dan menyediakan akomodasi bagi mereka.

"Pemerintah tidak bisa memaksakan kepada mereka apa yang dianggap ideal oleh pemerintah. Tetapi paling tidak mereka beralih dari wilayah konflik ke wilayah lebih stabil," ujarnya.

Menurut Faizasyah, evakuasi WNI dari Libya ke Tunisia meski tidak sampai ke tanah air sudah merupakan wujud perlindungan kepada warga karena pemerintah tetap menyediakan fasilitas kehidupan sehari-hari bagi mereka. "Bila mereka meyakini cukup selamat tinggal di Tunisia, tentunya itu hasil pertimbangan dan evaluasi," ujarnya.

Menurut dia, evakuasi WNI dari Libya pada intinya memang lebih diarahkan ke Tunisia sebagai salah satu alternatif paling praktis karena pemulangan mereka ke tanah air tidak bisa cepat dilakukan. Kerjasama Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) dengan pemerintah Tunisia, kata Faiza, selama ini berjalan cukup baik.

Faizasyah menjelaskan daya tampung Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Tunisia memang tidak terlalu besar namun para staf di sana sudah terlatih mengatasi keadaan darurat berkaitan dengan kondisi politik di Tunisia yang saat ini berada pada tahap transisi. "Saat ini kan masa transisi, semua serba dilakukan secara darurat. KBRI Tunisia kecil juga memang, sedangkan jumlah mahasiswa kita di sana cukup besar. Mereka juga mengalami masa transisi di Tunisia, setidaknya ada pengalaman bagaimana mengatasi kondisi darurat," tuturnya.

Sementara itu Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Michael Tene mengatakan memang ada sejumlah mahasiswa Indonesia yang tidak ingin kembali ke tanah air dan lebih memilih menunggu di Tunisia. Evakuasi kloter pertama dari Tunisia, menurut Tene, akan tiba pada Rabu pukul 15.30 WIB di Bandara Soekarno Hatta dengan menggunakan pesawat komersil Emirates yang mengangkut 141 WNI dan pada pukul 21.30 WIB akan tiba lagi 50 WNI.

Sedangkan evakuasi tahap kedua telah diberangkatkan 215 WNI dari Tripoli, Libya, menuju Tunisia pada pukul 09.45 waktu Tripoli atau dini hari waktu Indonesia.

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Republika Online

Republika Online


Tersangka Kasus Insiden Ahmadiyah Cikeusik Dilimpahkan

Posted: 02 Mar 2011 06:03 AM PST

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kepolisian RI kembali melimpahkan tiga berkas tersangka kasus bentrok warga dengan jamaah Ahmadiyah di Kecamatan Cikeusik, Kabupaten Pandeglang, Banten pada Minggu (6/2). "Polri sudah melimpahkan berkas tiga tersangka kasus Cikeusik yakni S, I dan A," kata Kepala Divisi Hubungan Masyarakat (Kadiv Humas) Polri, Irjen Pol Anton Bachrul Alam di Jakarta, Rabu (2/3).

Saat ini jumlah berkas yang telah dilimpahkan ke kejaksaan untuk diperiksa yakni delapan berkas. "Sudah delapan berkas dilimpahkan ke kejaksaan," kata Anton. Sebelumnya, penyidik telah melimpahkan berkas perkara lima tersangka berinisial M, E, M, U, dan Y ke kejaksaan.

Sementar tersangka yang ditahan yakni O, UJ, S, E, Y, M, M, U, D, AD, R dan D. Mereka dijerat Pasal 160 KUHP tentang penghasutan maupun Pasal 170 KUHP tentang pengeroyokan. Para tersangka ditahan dalam penyidikan dilakukan Polda Banten dibantu oleh satu tim penyidik dari Bareskrim Polri, dimana satu tim terdiri dari sepuluh orang.

Bentrokan yang terjadi tersebut menyebabkan jatuhnya delapan korban di antaranya tiga meninggal yakni Karno dan Mulyadi yang merupakan kakak beradik, warga Kecamatan Cikeusik serta seorang lainya bernama Roni, warga Jakarta. Sedangkan lima orang lainnya yakni Pipip warga Cilegon, Dias (Jakarta) Ahmad (Jakarta), Deden Dermawan (Jakarta) dan M Ahmad (Ciledug) Tangerang Selatan) sempat mendapat perawatan Rumah Sakit Rasa Asih.

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Pemerintah tak Bisa Paksa WNI yang Bertahan di Libya

Posted: 02 Mar 2011 05:58 AM PST

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pemerintah tidak bisa memaksa Warga Negara Indonesia (WNI) yang menolak kembali ke tanah air dan lebih memilih bertahan di Tunisia setelah dievakuasi dari Libya. Juru Bicara Kepresidenan Teuku Faizasyah di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Rabu, mengatakan pada akhirnya pemerintah harus mengikuti keyakinan para WNI yang memilih bertahan di Tunisia dan menyediakan akomodasi bagi mereka.

"Pemerintah tidak bisa memaksakan kepada mereka apa yang dianggap ideal oleh pemerintah. Tetapi paling tidak mereka beralih dari wilayah konflik ke wilayah lebih stabil," ujarnya.

Menurut Faizasyah, evakuasi WNI dari Libya ke Tunisia meski tidak sampai ke tanah air sudah merupakan wujud perlindungan kepada warga karena pemerintah tetap menyediakan fasilitas kehidupan sehari-hari bagi mereka. "Bila mereka meyakini cukup selamat tinggal di Tunisia, tentunya itu hasil pertimbangan dan evaluasi," ujarnya.

Menurut dia, evakuasi WNI dari Libya pada intinya memang lebih diarahkan ke Tunisia sebagai salah satu alternatif paling praktis karena pemulangan mereka ke tanah air tidak bisa cepat dilakukan. Kerjasama Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) dengan pemerintah Tunisia, kata Faiza, selama ini berjalan cukup baik.

Faizasyah menjelaskan daya tampung Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Tunisia memang tidak terlalu besar namun para staf di sana sudah terlatih mengatasi keadaan darurat berkaitan dengan kondisi politik di Tunisia yang saat ini berada pada tahap transisi. "Saat ini kan masa transisi, semua serba dilakukan secara darurat. KBRI Tunisia kecil juga memang, sedangkan jumlah mahasiswa kita di sana cukup besar. Mereka juga mengalami masa transisi di Tunisia, setidaknya ada pengalaman bagaimana mengatasi kondisi darurat," tuturnya.

Sementara itu Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Michael Tene mengatakan memang ada sejumlah mahasiswa Indonesia yang tidak ingin kembali ke tanah air dan lebih memilih menunggu di Tunisia. Evakuasi kloter pertama dari Tunisia, menurut Tene, akan tiba pada Rabu pukul 15.30 WIB di Bandara Soekarno Hatta dengan menggunakan pesawat komersil Emirates yang mengangkut 141 WNI dan pada pukul 21.30 WIB akan tiba lagi 50 WNI.

Sedangkan evakuasi tahap kedua telah diberangkatkan 215 WNI dari Tripoli, Libya, menuju Tunisia pada pukul 09.45 waktu Tripoli atau dini hari waktu Indonesia.

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

KOMPAS.com - Internasional

KOMPAS.com - Internasional


NATO Belum Sepakat Intervensi Libya

Posted: 02 Mar 2011 03:27 AM PST

WASHINGTON, KOMPAS.com - Para pejabat tinggi pertahanan AS, Selasa, mengatakan, negara-negara NATO belum sepakat menggelar intervensi militer ke Libya. Pihak AS juga menyatakan bahwa memaksakan penerapan zona larangan terbang di atas wilayah Libya akan menimbulkan kerumitan yang "luar biasa."

"Tidak ada kesatuan dalam NATO tentang penggunaan kekuatan bersenjata," kata Menteri Pertahanan AS, Robert Gates, dalam konferensi pers bersama dengan pejabat tinggi militer AS, Laksamana Mike Mullen. "Berbagi opsi yang telah dibicarakan di pers serta di tempat lain juga memiliki konsekuensi dan efek kedua dan ketiga, sehingga opsi-opsi itu juga perlu dipertimbangkan secara sangat hati-hati."

Mullen, Ketua Gabungan Kepala Staf AS, mengatakan semua opsi akan diteliti. Namun ia juga menyatakan kecemasan tentang potensi zona larangan terbang di Libya. "Ini merupakan operasi yang luar biasa kompleks untuk diatur," kata Mullen.

Laksamana bintang empat itu setuju dengan sebuah penilaiannya yang telah disuarakan sebelumnya oleh kepala Komando Sentral AS, Jenderal James Mattis, yang mengatakan bahwa penerapan zona larangan terbang akan memerlukan, pertama, pemboman pertahanan radar dan rudal di Libya.

Gates menegaskan, ia telah menyetujui pengerahan sejumlah kapal perang, termasuk USS Kearsarge yang merupakan kapal tempur amfibi berlayar menuju Libya. Dikatakan, kapal Kearsarge akan segera melewati Terusan Suez dari Laut Merah.

Namun dia mengatakan, adanya intervensi di luar misi bantuan kemanusiaan harus mempertimbangkan efek terhadap perang pimpinan AS di Afganistan, serta kemungkinan munculnya persepsi bermusuhan di wilayah itu tentang aksi militer AS.

"Kami juga harus memikirkan penggunaan militer AS di negara lain di Timur Tengah," kata Gates yang merupakan mantan analis dan direktur Central Intelligence Agency (CIA).

Sent Using Telkomsel Mobile Internet Service powered by

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Fregat Kanada Juga Menuju Libya

Posted: 02 Mar 2011 02:21 AM PST

OTTAWA, KOMPAS.com - Sebuah fregat angkatan laut Kanada, Selasa, bersiap untuk berlayar ke pantai Libya. Kapal itu dikatakan akan membantu proses evakuasi warga asing dari negara Afrika Utara yang kacau tersebut, kata Perdana Menteri Kanada Stephen Harper.

"Mengingat masalah dan kekhawatiran yang sedang berlangsung di kawasan itu, kapal Charlottetown HMCS akan meninggalkan Halifax besok (Rabu) untuk ambil bagian dalam operasi evakuasi Kanada dan internasional yang sudah berlangsung di Libya," kata Harper kepada parlemen.

Fregat patroli sepanjang 134 meter itu punya 225 tentara dan sebuah helikopter Sea King di deknya. Kapal tersebut pada awal pekan depan diperkirakan akan bertemu dengan kapal AS, USS Kearsarge, sebuah kapal serbu amfibi yang didampingi dua kapal lainnya. Menurut para pejabat AS, armada tiga kapal itu telah melewati Terusan Suez dari arah Laut Merah.

Sebelumnya, media Kanada melaporkan, pasukan khusus Kanada "bersiaga" untuk ditempatkan di Libya dan sebuah pesawat angkut militer Kanada berpaling dari Tripoli pada Selasa pagi. Kedua misi itu dilaporkan bertujuan untuk membantu proses evakuasi.

Menteri Pertahanan Kadana, Peter MacKay, mengatakan kepada wartawan bahwa pesawat militer Kanada ditolak untuk mendarat di bandara Tripoli karena "tidak ada cukup ruang yang tersedia di bandara tersebut pada waktu itu". "Pesawat itu dalam penerbangan," katanya. Karena tidak bisa mendarat, "Pesat itu  pun kembali."

Pemerintah Kanada tidak memberikan konfirmasi tentang operasi pasukan khusus itu. "Demi alasan keamanan nasional dan untuk menjamin keselamatan mereka, Angkatan Bersenjata Kanada tidak mendiskusikan operasi yang dilakukan pasukan khususnya," kata juru bicara militer Kanada, Jenna Alexander.

Senin, Kanada juga mengirimkan tim pengintai berjumlah 13 anggota militer dan petugas medis ke Malta bersama dengan sebuah jet kargo C-130J dan dua pesawat angkut C-17 untuk membantu evakuasi warga negara asing dari Libya, dan kemungkinan upaya bantuan kemanusiaan pada masa depan.

Menurut kantor perdana menteri Kanada, sebanyak 289 warga negara itu sejauh ini telah mengungsi dari Libya melalui udara dan laut. MacKay mengatakan, masih ada 200 orang lebih yang ingin meninggalkan Libya.

Sementara itu, seorang pejabat senior pemerintah mengatakan kepada AFP, Kanada telah membekukan 2,4 juta dollar AS kekayaan Moammar Khady dan keluarga.

Sent Using Telkomsel Mobile Internet Service powered by

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

ANTARA - Mancanegara

ANTARA - Mancanegara


Dewan Rusia-Nato Bahas Krisis Libya Rabu

Posted: 01 Mar 2011 07:20 PM PST

Brussels (ANTARA News/RIA Novosti-OANA) - Rusia dan NATO akan membahas situasi di Libya dalam pertemuan Dewan Rusia-NATO di Brussels pada Rabu, menurut dubes Rusia di NATO, Dmitry Rogozin.

"Saya tidak mengesampingkan kemungkinan bahwa situasi di Libya akan dibahas dalam pertemuan tersebut, meskipun hal ini tidak ada dalam agenda resmi," kata Rogozin kepada RIA Novosti setelah rapat kerja dengan Sekretaris Jenderal NATO Anders Fogh Rasmussen pada Selasa.

Rogozin mengatakan bahwa meski ketidaksepakatan serius di antara anggota pada keterlibatan aliansi dalam aksi militer mungkin melawan rezim Muammar Gaddafi, NATO akan hampir pasti hanya bertindak atas persetujuan Dewan Keamanan PBB.

Masyarakat internasional mengutuk aksi kekerasan oleh otoritas Libya yang kabarnya menewaskan sampai 2.000 orang dalam bentrokan antara demonstran dan pendukung pemimpin Muamar Gaddafi sejak pemberontakan rakyat dimulai pada 15 Februari.

Terinspirasi oleh revolusi baru-baru ini di Tunisia dan Mesir, rakyat Libya menuntut mengakhiri 42 tahun pemerintahan otoriter Gaddafi.

Pada Selasa, PBB menangguhkan keanggotaan Libya di Dewan HAM PBB dalam upaya untuk membujuk rezim negara itu menghentikan kekerasan terhadap pengunjuk rasa.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan, masyarakat antarbangsa harus fokus pada penerapan sanksi terhadap Tripoli sebelum mempertimbangkan wilayah larangan terbang di Libya.

Ketika ditanya apakah ia mendukung wilayah larangan terbang, yang dikaji beberapa negara Barat, Lavrov menyinggung resolusi Dewan Keamanan PBB, yang memberlakukan sanksi terhadap pemerintah Muamar Gaddafi sejak dua hari lalu.

"Saya kira, kita harus menghindar dari keterburu-buruan dan tetap fokus dalam menempatkan resolusi tersebut lebih dulu," katanya kepada wartawan di Jenewa.

Dewan Keamanan PBB pada Sabtu menyetujui secara bulat larangan perjalanan dan pembekuan harta serta embargo persenjataan kepada pemerintah Gaddafi. Mereka juga memerintahkan penyelidikan kejahatan kemanusiaan kepada penguasa sangat keras terhadap penentangnya itu.

Sebagai tindak lanjut mengakhiri kemelut di Libya, Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa, seperti Inggris, mempertimbangkan pemberlakukan wilayah larangan terbang di negara Afrika utara itu dapat mencegah penguasa tersebut dari pemboman ke rakyat lewat udara.

Tapi, Lavrov mengatakan masalah wilayah larangan terbang tidak pernah diangkat selama pertemuannya dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton di sela-sela rapat Dewan Hak Asasi Manusia PBB pada Senin.

"Kami membahas keadaan di Libya, Timur Tengah dan Afrika utara, tapi tidak pernah membicarakan wilayah larangan terbang," kata Lavrov.

"Tidak ada usul tentang hal tersebut untuk saat ini," katanya.

"Kami percaya bahwa semua usul baru harus diangkat dan dipelajari Dewan Keamanan PBB," kata Lavrov.

Menteri Luar Negeri Australia Kevin Rudd menyuarakan dukungan terhadap rencana wilayah larangan terbang, meski timpalannya dari Kanada mengatakan tidak ada kesepakatan dalam persekutuan itu terhadap usul tersebut.

(H-AK/A023/S026)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Susul Perdana Menteri, Tiga Menteri Tunisia Mundur

Posted: 01 Mar 2011 06:14 PM PST

Perdana Menteri Tunisia Mohamed Ghannouchi mengangkat tangan dalam sebuah konferensi pers di Tunis, Minggu (27/2). Ghannouchi mengumumkan pengunduran dirinya pada hari Minggu melalu TV resmi kenegaraan, menyusul serangkaian protes di jalan-jalan. (FOTO ANTARA/REUTERS/Tunis-Afrique Presse/Handout)

Berita Terkait

Video

Jakarta (ANTARA News) - Sedikitnya tiga pejabat pemerintahan Tunisia mengundurkan diri pada Senin dan Selasa kemarin, kantor berita resmi negara itu melaporkan, menyusul mundurnya Perdana Menteri Mohamed Ghannouchi, Minggu (27/2).

Protes di negara Afrika Utara itu berbuntut mundurnya presiden yang telah berkuasa lama pada Januari, mendorong gelombang kerusuhan di seluruh wilayah Arab.

Namun, penerbangan Presiden Zine El Abidine Ben Ali dari Tunisia tidak mengakhiri protes di sana, dan Perdana Menteri Mohamed Ghannouchi memutuskan mundur hari Minggu.

Menteri Pendidikan Tinggi dan Penelitian Ilmiah Ahmad Ibrahim, dan sekretaris pendidikan tinggi Faouzia Farida Charfi, keduanya mundur Selasa, Tunis Afrique Presse melaporkan.

Mohamed Nouri Jouini, menteri perencanaan dan kerja sama internasional mengundurkan diri Senin, kata laporan itu.

Pasar saham Tunisia akan kembali dibuka Kamis, setelah ditutup sejak Senin lalu.

Presiden sementara Tunisia menunjuk Al-Baji Qa'ed Al-Sebsi sebagai perdana menteri baru pada Minggu setelah Ghannouchi mundur.

Ghannouchi mengatakan kepada wartawan pada Minggu bahwa ia "mengundurkan diri hari ini karena tidak mau menjadi orang yang mengambil keputusan yang bisa menimbulkan korban." Tiga orang tewas dalam aksi protes di ibukota, Tunis, Sabtu.

Dia juga mengatakan,"Mengapa banyak orang dianggap sebagai target utama mereka untuk terus menyerang pemerintah, meskipun banyak anggotanya setuju untuk bergabung dalam saat kritis ini."

Selain tiga tewas, sembilan lainnya terluka selama kekacauan di Tunis, menurut pernyataan kementerian dalam negeri yang dikutip Tunis Afrique Presse.

Lebih dari 100 orang telah ditahan di sekitar area Habib Bourguiba Avenue, di pusat kota itu, dan dituduh sebagai "tindakan kekerasan dan pembakaran," kata kementerian itu.

Pengunjukrasa yang berkumpul meminta pemerintahan sementara mundur dan parlemen dibubarkan.

Demontrans juga meminta pembekuan konstitusi saat ini dan pemilihan majelis untuk bisa membuat yang baru, serta mengatur transisi menuju demokrasi.

Protes di Tunisia meletus akhir tahun lalu. Muak dengan korupsi, pengangguran, dan meningkatkan harga makanan, mulai ditunjukkan secara massal.

Pada 13 Januari Ben Ali-yang telah memerintah Tunisia sejak 1987--telah menyerahkan kekuasaan eksekutif kepada perdana menteri dan melarikan diri dari negaranya.

(S026/B010)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

KOMPASentertainment

KOMPASentertainment


Dhani Merasa Difitnah

Posted: 02 Mar 2011 03:18 AM PST

JAKARTA, KOMPAS.com -- Insiden yang menimpa dua wartawan infotainment dari salah satu televisi swasta, Yani dan Noviandi Kurniawan, hingga kini belum menemukan jalan damai. Bahkan bos Republik Cinta Management (RCM), Ahmad Dhani, justru merasa difitnah telah melakukan tindak kekerasan kepada keduanya.

"Ya enggak apa-apalah, karena semuanya sudah dipelintir dan difitnah. Sekarang gini bayangkan posisi lagi membungkuk terus dipukul dadanya, bagaimana caranya? Mereka menceritakan gosip yang berlebihan, apalagi tentang mereka sendiri," kata penasehat hukum Dhani, Masyamsul Huda saat dihubungi di Jakarta, Rabu (2/3/2011).

Karenanya, hingga saat ini Dhani belum mau melontarkan kata maaf atas insiden yang terjadi di depan kediaman vokalis Mulan Jameela, perempuan yang dikabarkan melahirkan darah daging mantan suami penyanyi Maia Estianty itu.

"Mas Dhani bilang 'Kalau disuruh minta maaf kayak begini aku bilang harus fair, karena aku ada di ruang private, di mobil, dan ada di halaman Mulan, kalau masih ngotot bawa saja ke Dewan Pers, biar yang mengadili saya biar Dewan Pers'," tekan Masyamsul menirukan ucapan Dhani.

Ditegaskan Masyamsul, Dhani siap berhadapan dengan Global TV di Dewan Pers. "Ya kami akan menanggapi di rumah yang tepat, di Dewan Pers, biar Dewan Pers mendudukkan perkara ini dalam perspektif bagaimana aturan yang benar di wartawan ini, terutama wartawan infotainment," tandasnya.

Masalah hukum sendiri? "Ya monggo saja, nanti Dewan Pers yang mengatur, artinya begini hukum itu logika, kalau kami tidak memukul kenapa kami mesti takut, itu versi mereka yang untuk membela diri," tutup Masyamsul.  

Pentolan Dewa 19, Ahmad Dhani, dilaporkan ke Polsek Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Senin (28/2/2011) malam, lantaran diduga terlibat kekerasan dan perampasan materi liputan terhadap juru kamera Global TV. 

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Ahmad Dhani Bantah Keroyok Kameramen

Posted: 02 Mar 2011 02:51 AM PST

JAKARTA, KOMPAS.com — Bos Republik Cinta Management (RCM), Ahmad Dhani, akhirnya angkat bicara berkait dengan insiden dengan wartawan Global TV, Yani, dan juru kameranya, Noviandi Kurniawan, pada Minggu (27/2/2011) malam.

Melalui penasihat hukumnya, Masyamsul Huda, mantan suami vokalis, pencipta lagu, sekaligus produser Maia Estianty itu membeberkan kronologi dan membantah telah mengeroyok Yani dan Noviandi. "Jadi gini lho, soal teman-teman Global waktu itu tiba-tiba menyorot kamera ke mobil Dhani. Posisi mobil mau parkir. Dia belum turun masih dalam mobil," kata Masyamsul, saat dihubungi via telepon genggamnya di Jakarta, Rabu (2/3).

Yang menjadi keberatan Dhani, terang Masyamsul, lantaran ia bukan berada di area publik.  "Ini ruang privasi. Ini, kan, mobil dia, dan mereka masuk di halaman rumah Mulan, di depan garasi Mulan persis," kata Masyamsul. "Karena keberatan, Dhani minta tolong ke anak buahnya untuk mengambil kaset itu. Tapi, kameramen Global TV malah lari dan sembunyi ke dalam mobil. Saya bilang ke Yani,  'Mbak, Dhani keberatan karena itu area privasi karena di dalam mobil. Dia menjawab, 'Ini ruang publik!' sambil teriak-teriak dan mengundang perhatian orang," tutur Masyamsul.

Setelah berdebat panjang, lanjut Masyamsul, Yani akhirnya bersedia menyerahkan dan memperlihatkan kaset. "Tapi, kemudian, mereka buru-buru pergi. Sopir sudah menyalakan mesin mobil. Dhani keberatan, terus mengambil kunci mobil awak Global TV sampai menunggu apa benar itu gambar yang diambil itu. Nah, karena kasetnya kosong maka terjadi aksi rebutan itu," paparnya.

Dalam kesempatan tersebut, Masyamsul juga membantah telah terjadi pemukulan dan pengeroyokan. Ia menduga luka-luka yang diderita Noviandi bisa saja disebabkan oleh kelalaiannya sendiri yang berusaha mendekap kamera dan kaset di dadanya. "Karena dia posisi nunduk, hasil visum itu memar, ya, memar itu bisa kena sikunya, bisa kena kameranya sendiri karena memarnya di dada," elak Masyamsul.

Mengenai pengaduan kru Global TV ke Dewan Pers, diakui Masyamsul, Dhani menyambutnya dengan baik. "Kita yang meminta agar masalah ini diselesaikan di Dewan Pers," ujarnya.

Beberapa hari belakang ini, sosok Dhani memang jadi buruan menyusul kabar persalinan penyanyi binaannya, Mulan Jameela. Dhani santer disebut-sebut sebagai ayah biologis dari anak yang dikandung mantan personel duo Ratu itu.

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Utusan Online - Luar Negara

Utusan Online - Luar Negara


Amerika mahu serang Libya

Posted:

Amerika mahu serang Libya

Amerika mahu serang Libya


KAPAL induk pengangkut pesawat USS Enterprise belayar melalui Terusan Suez di Mesir pada 15 Februari lalu. Kapal tersebut diarah belayar ke Laut Mediterranean dekat Libya, berkemungkinan sebagai persediaan AS menyerang negara sedang bergolak itu. - REUTERS


TRIPOLI 1 Mac - Tentera yang setia kepada Pemimpin Libya, Muammar Gaddafi berhimpun dekat sempadan Tunisia semalam manakala Amerika Syarikat (AS) menggerakkan kapal perang dan tentera udaranya menghampiri Libya.

Penduduk bimbang askar pro-Gaddafi sedang bersiap sedia untuk melancarkan serangan bagi menawan semula bandar Nalut, kira-kira 60 kilometer dari sempadan Tunisia di barat Libya, daripada penunjuk perasaan yang mahu menamatkan pemerintahan beliau.

AS dan kerajaan asing lain semalam membincangkan langkah ketenteraan yang boleh diambil terhadap Libya sementara Gaddafi memperkecilkan ancaman terhadap rejimnya daripada pemberontakan rakyat yang semakin meluas.

Dalam kecaman paling keras terhadap pemimpin Libya itu, Duta AS ke Pertubuhan Bangsa-Bangsa Bersatu (PBB), Susan Rice berkata, Gaddafi mengalami 'delusi dan sudah terpisah daripada realiti', 'menyembelih rakyatnya sendiri' dan tidak layak untuk memimpin.

Katanya, Washington sedang berunding dengan rakan-rakan dalam Pertubuhan Perjanjian Atlantik Utara (NATO) serta sekutu lain mengenai tindakan ketenteraan ke atas Libya.

AS yang menempatkan Armada Keenamnya di Itali berkata, tentera laut dan udaranya digerakkan lebih hampir dengan Libya sementara pelbagai pelan luar jangka sedang dirangka.

AS juga berkata, aset Gaddafi dan keluarganya bernilai kira-kira AS$30 bilion (RM93 bilion) di AS telah dibekukan.

Perdana Menteri Britain, David Cameron berkata, kerajaannya akan berusaha untuk menguatkuasakan zon 'larangan terbang' di Libya bagi melindungi rakyatnya daripada serangan udara tentera Gaddafi.

Gaddafi, 68, menolak desakan supaya beliau berundur dan memperkecilkan kekuatan pemberontak yang telah menamatkan pemerintahannya di timur Libya dan kini semakin menghampiri ibu negara, Tripoli.

"Semua rakyat saya mengasihi saya, mereka sanggup mati untuk melindungi saya," katanya kepada rangkaian televisyen AS, ABC dan Perbadanan Penyiaran British (BBC) dalam wawancara di sebuah restoran di Tripoli semalam.

Beliau menafikan tentera udaranya menyerang penunjuk perasaan, sebalik mendakwa pesawat pejuang Libya mengebom lokasi tentera dan depot senjata.

Ketika pemberontakan masuk ke minggu ketiga, situasi di kawasan konflik sukar dipastikan disebabkan masalah untuk bergerak di beberapa bahagian negara ini serta sistem komunikasi yang tidak lancar.

Seorang penduduk Nalut berkata, askar Gaddafi yang tiba dengan kenderaan dilengkapi mesingan berat sudah mengepung kawasan dekat sempadan Tunisia. - Reuters

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Tentera pro-Gaddafi gagal rampas Zawiyah

Posted:

Tentera pro-Gaddafi gagal rampas Zawiyah

Tentera pro-Gaddafi gagal rampas Zawiyah

TRIPOLI 1 Mac - Saksi-saksi mendakwa tentera yang setia kepada pemimpin Libya, Muammar Gaddafi gagal merampas kembali bandar Zawiyah yang ditawan pemberontak berhampiran ibu negara, Tripoli.

Tentera pro-Gaddafi yang dilengkapi kereta kebal dan senjata antipesawat cuba merampas kembali Zawiyah malam tadi dalam pertempuran selama enam jam dengan menyerang kedudukan pemberontak dari enam arah.

Namun, pemberontak berjaya mematahkan serangan tentera dalam pertempuran di Zawiyah itu, kira-kira 50 kilometer di barat Tripoli.

"Kami tidak akan menyerahkan Zawiyah walau apa pun terjadi," kata seorang penduduk di situ.

Gaddafi yang memerintah Libya selama 41 tahun, telah hilang kawalan ke atas sebahagian timur negara ini sejak protes menuntut penyingkirannya bermula dua minggu lalu.

Sementara itu, kenaikan harga beras dan tepung di Libya telah memarakkan lagi kemarahan rakyat di ibu negara ketika protes menentang pemerintahan pemimpin itu berleluasa di seluruh negara.

Di kawasan kejiranan Fashloom di sini, penduduk berkata, harga sayur, minyak dan tepung meningkat sekurang-kurangnya 20 peratus sejak 10 hari lalu.

Orang ramai juga dilihat beratur panjang di luar kedai-kedai roti yang mengehadkan jualan antara lima hingga 20 buku roti kepada setiap pelanggan bergantung kepada kawasan masing-masing. Seorang lelaki di Fashloom berkata, sebuah keluarga besar biasanya memerlukan purata 40 buku roti sehari.

"Bekalan makanan tidak cukup. Ramai pekerja kerajaan juga masih belum menerima gaji untuk bulan Februari," kata seorang pekerja bank, Basim, 25.

Orang ramai turut beratur di luar bank-bank yang mengedarkan sejumlah AS$400 (RM1,200) kepada setiap keluarga, yang diberikan rejim Gaddafi bagi mendapatkan sokongan. - AP/Reuters

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

The Malaysian Insider :: World

The Malaysian Insider :: World


Gaddafi defiant as West flexes military might

Posted: 01 Mar 2011 06:45 PM PST

A British Royal Marines Commando stands in front of the HMS Cumberland frigate at Benghazi port February 27, 2011. — Reuters pic

TRIPOLI, March 2 — Two US warships were to pass through the Suez Canal today heading toward Libya as Western nations sought to keep up pressure on Muammar Gaddafi to end a crackdown on a popular uprising and to step down.

The United States warned Libya could descend into civil war unless Gaddafi quits, amid fears that the most violent Arab revolt may grow bloodier and cause a humanitarian crisis.

But Gaddafi remained defiant and his son, Saif al-Islam, warned the West against launching military action and said the veteran ruler would not step down or go into exile.

Italy said it was sending a humanitarian mission to Tunisia to provide food and medical aid to as many as 10,000 people who had fled violence in neighbouring Libya.

Tunisian border guards fired into the air yesterday to try to control a crowd of people clamouring to cross the frontier.

About 70,000 people have passed through the Ras Jdir border post in the past two weeks, and many more of the hundreds of thousands of foreign workers in Libya are expected to follow.

"Using force against Libya is not acceptable. There's no reason, but if they want ... we are ready, we are not afraid," Saif al-Islam told Sky television.

US Secretary of State Hillary Clinton told US lawmakers: "Libya could become a peaceful democracy or it could face protracted civil war." The United States said it was moving ships and planes closer to the oil-producing North African state.

The destroyer USS Barry moved through the Suez Canal on Monday and into the Mediterranean. Two amphibious assault ships, the USS Kearsarge, which can carry 2,000 Marines, and the USS Ponce, are in the Red Sea and are expected to go through the canal early on Wednesday.

Saif warned that his father has no intention to yield. — Reuters pic

The White House said the ships were being redeployed in preparation for possible humanitarian efforts but stressed it "was not taking any options off the table."

"We are looking at a lot of options and contingencies. No decisions have been made on any other actions," US Defense Secretary Robert Gates said.

French Foreign Minister Alain Juppe sounded a note of caution, saying military intervention would not happen without a clear United Nations mandate.

British Prime Minister David Cameron, who said Britain would work with allies on preparations for a no-fly zone in Libya, said it was unacceptable that "Colonel Gaddafi can be murdering his own people using airplanes and helicopter gunships."

General James Mattis, commander of US Central Command, told a Senate hearing that imposing a no-fly zone would be a "challenging" operation. "You would have to remove air defence capability in order to establish a no-fly zone, so no illusions here," he said. "It would be a military operation."

Analysts said Western leaders were in no mood to rush into the conflict after drawn-out involvements in Afghanistan and Iraq.

Gaddafi, a survivor of past coup attempts, told the US ABC network and the BBC on Monday: "All my people love me," dismissing the significance of a rebellion that has ended his control over much of oil-rich eastern Libya.

Rebel fighters said the balance of the conflict was swinging their way. "Our strength is growing and we are getting more weapons. We are attacking checkpoints," said Yousef Shagan, a spokesman in Zawiyah, 50km from Tripoli.

A rebel army officer in the eastern city of Ajdabiyah said rebel units were becoming more organized.

"All the military councils of Free Libya are meeting to form a unified military council to plan an attack on Gaddafi security units, militias and mercenaries," Captain Faris Zwei said. He said there were more than 10,000 volunteers in the city, plus defecting soldiers.

The New York Times reported that the rebels' revolutionary council was debating whether to ask for Western airstrikes on some of Gaddafi's military assets under a United Nations banner.

The Times said Abdel-Hafidh Ghoga, the council's spokesman, declined to comment on its deliberations but said: "If it is with the United Nations, it is not a foreign intervention," which the rebels have said they oppose.

The Times said there was no indication the UN Security Council would approve such a request, or that Libyans seeking to oust Gaddafi would welcome it.

Despite the widespread collapse of Gaddafi's writ, his forces were fighting back in some regions. A reporter on the Tunisian border saw Libyan troops reassert control at a crossing abandoned on Monday, and residents of Nalut, about 60km from the border, said they feared pro-Gaddafi forces were planning to recapture the town.

Mohamed, a resident of rebel-held Misrata, told Reuters by phone: "Symbols of Gaddafi's regime have been swept away from the city. Only a (pro-Gaddafi) battalion remains at the city's air base but they appear to be willing to negotiate safe exit out of the air base. We are not sure if this is genuine or just a trick to attack the city again."

Across the country, tribal leaders, officials, military officers and army units have defected to the rebels. Sanctions will squeeze his access to funds.

Tripoli is a clear Gaddafi stronghold, but even in the capital, loyalties are divided. Many on the streets yesterday expressed loyalty but a man who described himself as a military pilot said: "One hundred per cent of Libyans don't like him."

The UN General Assembly yesterday unanimously suspended Libya's membership of the UN Human Rights Council. A UN Security Council resolution on Saturday called for a freeze on Gaddafi's assets and a travel ban and refers his crackdown to the International Criminal Court.

The United States has frozen US$30 billion (RM90 billion) in Libyan assets.

Libya's National Oil Corp said output had halved because of the departure of foreign workers. Brent crude prices surged above US$116 a barrel as supply disruptions and the potential for more unrest in the Middle East and North Africa kept investors on edge.

Britain's Daily Telegraph newspaper, citing unnamed US sources, said British special forces were preparing to seize mustard gas and other potential chemical weapons in Libya.

It quoted unnamed British sources as saying they had not yet received a specific US request for involvement, but officials said plans were being drawn up for "every eventuality." — Reuters

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

‘Day of Rage’ shakes Yemen, Saleh sacks governors

Posted: 01 Mar 2011 06:07 PM PST

Anti-government protesters shout slogans outside Sanaa University March 1, 2011. — Reuters pic

ADEN, March 2 — Tens of thousands of protesters flooded Yemen's streets yesterday in a "Day of Rage," demanding an end to the president's three-decade rule.

In the capital Sanaa, demonstrators chanted "With blood and soul we support you, Aden," referring to the southern port city where most of the 24 people killed in the past two weeks of protests have died.

Some demonstrators flashed "V" for victory signs while others wore white headbands with "Leave" written in red — a message addressed to President Ali Abdullah Saleh.

Tens of thousands more marched through the streets of Ibb and Taiz, south of Sanaa.

Already rocked by separatism and an al Qaeda insurgency, Yemen is one of the Arab nations most shaken by popular protests sweeping across North Africa and the Middle East.

Saleh, a US ally against al Qaeda, has failed to quell two months of protests in a country of 23 million where 40 per cent live on less than US$2 (RM6) a day and a third are undernourished.

On Monday he offered to form a unity government but the opposition rejected it. Yesterday, Saleh replaced the governors of five mostly southern provinces at the centre of the protests.

"Victory is coming and it is near," Hassan Zaid, an opposition leader, shouted to the protesters gathered in Sanaa, where they have been camping out for two weeks. "We have one goal and one demand, and that is the quick end of the regime."

Protesters are angry at widespread corruption, as university graduates struggle to get jobs without connections, and youth unemployment is high. Northern rebels and southern separatists say they are denied resources and a say in politics.

As oil and water resources dry up, the 68-year-old Saleh is less able to pay off allies to keep the peace.

In Hodeidah province in the north, Saleh loyalists and protesters fought with rocks and sticks. Four people were hurt.

Security forces in the south have come under frequent attack in recent days. Yesterday, separatists fought the army in southern Habilayn, killing two soldiers and wounding three.

The US-based group Human Rights Watch said at least eight people detained by Yemen security forces last month, including several southern separatists, had disappeared.

"Snatching and hiding political opposition leaders ... is hardly compatible with the government's claim to protect rights," said Sarah Leah Whitson, HRW's Middle East director.

UN High Commissioner for Human Rights Navi Pillay said in a statement: "We have seen over and over again in the past few weeks that violent responses, in breach of international law, do not make the protesters go away and only serve to exacerbate their frustration and anger."

A leading hardline Muslim cleric, Sheikh Abdul-Majid al-Zindani, who two weeks ago backed the idea of Saleh staying in power until his term ends in 2013, joined protesters in the capital.

"There is no legitimacy to a ruler whose people do not want him," Zindani said in Sanaa.

Veteran leader Saleh lashed out at US President Barack Obama over demands that leaders show restraint in tackling unrest as protests, galvanized by successful uprisings in Egypt and Tunisia, rage across Libya, Yemen, Bahrain and Oman.

"Every day we hear a statement from Obama saying 'Egypt you can't do this, Tunisia don't do that'," Saleh said in a speech at Sanaa University, a rallying point for protests in the capital where tens of thousands have gathered outside campus.

"What do you have to do with Egypt? Or Oman? Are you the president of the United States, or president of the world?" — Reuters

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

ANTARA - Berita Terkini

ANTARA - Berita Terkini


Percayakan Solusi Lingkungan Kepada Kearifan Lokal

Posted: 01 Mar 2011 06:51 PM PST

Dalam konsep kultural, memang ada aturan adat di Minang yang bertentangan dengan Hukum Positif NKRI, semisal aturan tanah yang dianggap oleh masyarakat kaum diperuntukkan hingga ke anak cucu sehingga muncullah konsep tanah ulayat atau tanah warisan nenek moyang

Berita Terkait

Padang (ANTARA News) - Persoalan lingkungan yang terjadi di Indonesia khususnya di Sumatera Barat sebetulnya dapat diatasi dengan mudah melalui kearifan lokal masing-masing daerah.

"Persoalan lingkungan bukanlah hal yang baru, namun akan mudah diatasi melalui kearifan lokal dari masyarakat di masing-masing daerah," kata  Guru Besar Studi Ilmu Lingkungan Unversitas Negeri Padang, Prof. Dr. Eri Barlian, M.Si baru-baru ini di Padang.

Di Sumbar, lanjutnya, kearifan lokal secara spesifik sudah terangkum pada petatah-petitih Minang yang memuat berbagai pelajaran penting terkait lingkungan.

"Dalam konsep kultural, memang ada aturan adat di Minang yang bertentangan dengan Hukum Positif NKRI, semisal aturan tanah yang dianggap oleh masyarakat kaum diperuntukkan hingga ke anak cucu sehingga muncullah konsep tanah ulayat atau tanah warisan nenek moyang," katanya.

Namun, dalam konteks kultural itu disebutkan bahwa tanah (lingkungan) diklasifikasikan berdasarkan potensinya masing-masing sehingga tidak berdampak pada kerusakan alam.

Ia mencontohkan, klasifikasi penggunaan lahan dibuat berdasarkan dampaknya terhadap lingkungan, seperti tanah yang datar diperuntukkan untuk perumahan, sedangkan yang lereng tidak boleh ditanami atau ditebang pohonnya.

"Pituah, petatah-petitih atau juga disebut kearifan lokal itu sangat berpihak pada kearifan lokal," katanya.

Saat ini, yang perlu dipertanyakan yakni bagaimana perilaku masyarakat terhadap lingkungan.

Untuk itu ia mendorong kepada Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) dan Pemerintah Sumbar, untuk mengembalikan konsep kearifan lokal berdasarkan petatah petitih itu untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan.

Katanya, pemerintah daerah dapat membuat regulasi berbasis budaya dan syara` sehingga wisatawan asing dan domestik tidak mengontaminasi nilai budaya itu melalui kebiasaan mereka saat berwisata.
(ANT/A038)

Editor: Aditia Maruli
COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Pencetak Gol Terbanyak Liga Inggris

Posted: 01 Mar 2011 06:42 PM PST

London (ANTARA News) - Pemain Manchester United Dimitar Berbatov masih memimpin dalam daftar pencetak gol terbanyak Liga Inggris (Premier League) hingga pertandingan Selasa malam (1/3), dengan 19 gol yang dikoleksinya.

Sementara di urutan kedua Carlos Tevez dari Manchester City yang membukukan 18 gol, lebih banyak 7 gol dari Andy Carroll, pemain Liverpool, yang mencetak 11 gol sama dengan Kevin Nolan dari Newcastle United.

Berikut para pencetak gol Liga Inggris (Premier League) hingga pertandingan Selasa malam waktu setempat.

  • 19 Gol; Dimitar Berbatov (Manchester United)
  • 18 Gol; Carlos Tevez (Manchester City)
  • 11 Gol; Andy Carroll (Liverpool), Kevin Nolan (Newcastle United)
  • 10 Gol; Robin van Persie (Arsenal), Darren Bent (Aston Villa), Rafael van der Vaart (Tottenham Hotspur)
  • 9 Gol; Samir Nasri (Arsenal), DJ Campbell (Blackpool), Johan Elmander (Bolton Wanderers), Didier Drogba (Chelsea), Florent Malouda (Chelsea), Fernando Torres (Chelsea), Tim Cahill (Everton), Clint Dempsey (Fulham), Javier Hernandez (Manchester United), Nani (Manchester United), Asamoah Gyan (Sunderland), Peter Odemwingie (West Bromwich Albion)
  • 7 Gol; Marouane Chamakh (Arsenal), Theo Walcott (Arsenal), Charlie Adam (Blackpool), Kevin Davies (Bolton Wanderers), Salomon Kalou (Chelsea), Wayne Rooney (Manchester United), Gareth Bale (Tottenham Hotspur), Hugo Rodallega (Wigan Athletic).
(SYS/A008/A023/S026)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Berita Harian: Dunia

Berita Harian: Dunia


Semua rakyat sayang saya: Gaddafi

Posted: 01 Mar 2011 11:50 AM PST

Dunia

Pemimpin Libya dakwa tidak ada sebarang bantahan

WASHINGTON: "Semua rakyat sayangkan saya," kata pemimpin Libya, Muammar Gaddafi kelmarin tanpa mengendahkan tekanan antarabangsa untuk berundur selepas empat dekad memerintah negara itu.

"Mereka sayangkan saya. Semua rakyat bersama saya. Mereka sungguh sayangkan saya. Mereka akan mati untuk melindungi saya," kata pemimpin veteran Libya dalam bahasa Inggeris yang tersekat-sekat semasa ditemuramah saluran televisyen ABC, BBC dan The Times of London, temuramah pertama diberinya kepada wartawan asing sejak berdepan dengan kebangkitan rakyat 15 Februari lalu. "Tiada sebarang demonstrasi langsung di jalanan," dakwa Gaddafi yang memerintah negara utara Afrika lebih 41 tahun.

"Tiada sesiapa yang menentang kami. Menentang saya untuk apa?".

Kenyataan yang dibuat pemimpin Libya itu menunjukkan beliau tidak kisah langsung mengenai tentangan rakyatnya. Ia turut dikutuk Duta Amerika ke Pertubuhan Bangsa-Bangsa Bersatu (PBB), Susan Rice.

"Ia kedengaran seperti beliau berada dalam khayalan. Beliau boleh bercakap sambil ketawa semasa bersama wartawan antarabangsa yang juga warga Amerika ketika beliau menyembelih rakyatnya sendiri," kata Rice di Rumah Putih.
"Ini membuktikan beliau tidak layak untuk memerintah dan bagaimana beliau terputus daripada dunia realiti.".

Gaddafi ditemuramah di Tripoli di saat kuasa dunia menekan rejim pimpinan
beliau berikutan kekerasan melampau digunakan.

Gaddafi turut mengejek apabila diminta mengulas sama ada beliau akan menggunakan senjata kimia untuk mempertahankan kuasa.

"Kita sudah menghapuskannya semua. Ini adalah perkara lampau dan kita sudah menghentikannya. Adakah logik seorang lelaki yang waras akan menggunakan senjata seumpama itu walaupun terhadap musuhnya. Biarkan saya dengan rakyat saya," kata Gaddafi.

Kumpulan prodemokrasi kini mengawal kawasan di timur negara Afrika utara itu, tetapi kumpulan hak asasi mendakwa sekurang-kurang 1,000 terbunuh dalam tindakan keras dilancarkan penyokong Gaddafi dan askar upahan.

Kini, Amerika secara terbuka meminta Gaddafi berundur dan mencadangkan pengusiran beliau.

Namun Gaddafi membalas balik dan berkata beliau dikecewakan Amerika Syarikat.

"Ini adalah pengkhianatan. Mereka tiada moral. Saya sangat terkejut yang kita bersekutu dengan Barat untuk memerangi al-Qaeda dan sekarang kita melawan pengganas dan mereka meninggalkan kita," katanya, menurut televisyen ABC.

"Mungkin mereka mahu menjajah Libya," ABC memetik pemimpin itu sebagai berkata dan menambah Gaddafi menegaskan beliau tidak perlu berundur kerana beliau bukan presiden atau Raja dan tidak memegang sebarang jawatan. – AFP

INFO: Biodata Muammar Gaddafi

  • Nama penuh: Muammar Muhammad 'Abu Minyar' al-Gaddafi
  • Tarikh lahir: 7 Jun 1942,
    di sebuah kawasan gurun berhampiran wilayah Sirt
  • Mengetuai rampasan kuasa tentera pada 1 September 1969 menggulingkan Raja Idris yang sedang menjalani rawatan di Turki
  • Apabila Gaddafi melepaskan jawatan perdana menteri pada 1972, beliau memakai gelaran kehormat 'Pemimpin dan Pembimbing Revolusi'

  • Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

    Penduduk Palestin turut berprotes

    Posted: 01 Mar 2011 11:48 AM PST

    Dunia

    RAMALLAH, Tebing Barat: Gelombang kebangkitan popular di kalangan dunia Arab turut memberi ilham kepada rakyat Palestin untuk mengadakan protes aman menentang pendudukan Israel sejak 43 tahun lalu, kata pemimpin Palestin.

    Mustafa Barghouthi, yang mendapat kedudukan kedua di belakang Mahmood Abbas dalam pilihan raya presiden pada 2005 berkata kegagalan rundingan damai sejak dua dekad lalu menaikkan semangat rakyat Palestin untuk mengadakan perarakan besar-besaran menentang pemerintah Israel.

    Barghouthi berkata kekacauan di Asia Barat menunjukkan bagaimana cepatnya ia berlaku dan menghasilkan keputusan lebih cepat berbanding pergerakan tanpa keganasan di India menentang pemerintahan British pada kurun ke-20 dan Martin Luther King di Amerika Syarikat. – Reuters
    Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

    Sindikasi international.okezone.com

    Sindikasi international.okezone.com


    PM Thailand Terancam Dipecat

    Posted: 01 Mar 2011 06:06 AM PST

    BANGKOK - Partai oposisi Thailand Pheu Thai mencari celah untuk menjatuhkan impeachment atau pemecatan terhadap Perdana Menteri Abhisit Vejjajiva. Ini juga diarahkan kepada delapan anggota kabinet lainnya atas tuduhan korupsi.


    Mosi tidak percaya akan ditujukan kepada sembilan anggota kabinet plus Menteri Luar Negeri Thailand Kasit Piromya. Pengajuan mosi tersebut dilakukan hari ini dengan tokoh oposisi seperti Witthaya Buranasiri dan tokoh partai oposisi seperti Pracharaj dan Puea Pandin juga akan menandatangani mosi tersebut.


    Seperti dikutip The Nation, Selasa (1/3/2011), Mosi tersebut nantinya akan ditargetkan kepada anggota kabinet dari Partai Demokrat dan Bhum Jai thai, dua koalisi partai berkuasa yang terbesar.


    Witthaya beserta wakil ketua Partai Pheu Thai Mingkwan Sangsuwan memimpin sekelompok anggota parlemen untuk menyerahkan mosi tersebut kepada Ketua Senata Prasopsuk Boondej. Mosi ini dipastikan untuk melawan PM Abhisit dan delapan menteri kabinet lainnya.


    Abhisit sebagai pemimpin pemerintah dituduh membiarkan tindak korupsi yang berlangsung antar anggota kabinet. Mereka dituduh melanggar hukum. 

    (faj)
    Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

    Lagi, China Tekan Kebebasan Pers

    Posted: 01 Mar 2011 05:02 AM PST

    BEIJING - China kembali menekan kebebasan pers dengan melarang jurnalis asing bekerja mencari berita di Shanghai Park dan sepanjang jalan pusat perbelanjaan di Beijing, setelah pekan lalu lokasi tersebut dipenuhi warga yang melakukan protes.


    Aturan baru ini menyebabkan lokasi yang biasa dipenuhi oleh warga untuk bersantai ini, diharuskan steril dari jurnalis asing. Siapa pun jurnalis yang ingin bekerja di daerah tersebut diharuskan memiliki izin khusus. 


    Aturan ini juga dikeluarkan setelah beberapa jurnalis diserang dan menderita pelecehan saat bekerja mencari berita pekan lalu. 


    Ketatnya peraturan baru ini juga dipicu imbauan protes yang dilakukan oleh sebuah website. Imbauan protes ini dilakukan untuk 35 kota yang ada di China. 


    Direktur Koordinator Komite Perlindungan untuk Jurnalis Asia Bon Dietz mengatakan, perlakuan atas jurnalis ini merupakan sebuah tindakan agresi yang paling parah pernah terjadi di Negeri Tirai Bambu tersebut. 


    "Respon keras tersebut tentunya mendiskretikan Partai Komunis China yang berkuasa saat ini. Hal ini juga menunjukan ketakutan Pemerintah China atas pihak oposisi," tegas Dietz seperti dikutip Associated Press, Selasa (1/3/2011).  

    (faj)
    Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.