Selasa, 1 Mac 2011

ANTARA - Mancanegara

ANTARA - Mancanegara


Dewan Rusia-Nato Bahas Krisis Libya Rabu

Posted: 01 Mar 2011 07:20 PM PST

Brussels (ANTARA News/RIA Novosti-OANA) - Rusia dan NATO akan membahas situasi di Libya dalam pertemuan Dewan Rusia-NATO di Brussels pada Rabu, menurut dubes Rusia di NATO, Dmitry Rogozin.

"Saya tidak mengesampingkan kemungkinan bahwa situasi di Libya akan dibahas dalam pertemuan tersebut, meskipun hal ini tidak ada dalam agenda resmi," kata Rogozin kepada RIA Novosti setelah rapat kerja dengan Sekretaris Jenderal NATO Anders Fogh Rasmussen pada Selasa.

Rogozin mengatakan bahwa meski ketidaksepakatan serius di antara anggota pada keterlibatan aliansi dalam aksi militer mungkin melawan rezim Muammar Gaddafi, NATO akan hampir pasti hanya bertindak atas persetujuan Dewan Keamanan PBB.

Masyarakat internasional mengutuk aksi kekerasan oleh otoritas Libya yang kabarnya menewaskan sampai 2.000 orang dalam bentrokan antara demonstran dan pendukung pemimpin Muamar Gaddafi sejak pemberontakan rakyat dimulai pada 15 Februari.

Terinspirasi oleh revolusi baru-baru ini di Tunisia dan Mesir, rakyat Libya menuntut mengakhiri 42 tahun pemerintahan otoriter Gaddafi.

Pada Selasa, PBB menangguhkan keanggotaan Libya di Dewan HAM PBB dalam upaya untuk membujuk rezim negara itu menghentikan kekerasan terhadap pengunjuk rasa.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan, masyarakat antarbangsa harus fokus pada penerapan sanksi terhadap Tripoli sebelum mempertimbangkan wilayah larangan terbang di Libya.

Ketika ditanya apakah ia mendukung wilayah larangan terbang, yang dikaji beberapa negara Barat, Lavrov menyinggung resolusi Dewan Keamanan PBB, yang memberlakukan sanksi terhadap pemerintah Muamar Gaddafi sejak dua hari lalu.

"Saya kira, kita harus menghindar dari keterburu-buruan dan tetap fokus dalam menempatkan resolusi tersebut lebih dulu," katanya kepada wartawan di Jenewa.

Dewan Keamanan PBB pada Sabtu menyetujui secara bulat larangan perjalanan dan pembekuan harta serta embargo persenjataan kepada pemerintah Gaddafi. Mereka juga memerintahkan penyelidikan kejahatan kemanusiaan kepada penguasa sangat keras terhadap penentangnya itu.

Sebagai tindak lanjut mengakhiri kemelut di Libya, Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa, seperti Inggris, mempertimbangkan pemberlakukan wilayah larangan terbang di negara Afrika utara itu dapat mencegah penguasa tersebut dari pemboman ke rakyat lewat udara.

Tapi, Lavrov mengatakan masalah wilayah larangan terbang tidak pernah diangkat selama pertemuannya dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton di sela-sela rapat Dewan Hak Asasi Manusia PBB pada Senin.

"Kami membahas keadaan di Libya, Timur Tengah dan Afrika utara, tapi tidak pernah membicarakan wilayah larangan terbang," kata Lavrov.

"Tidak ada usul tentang hal tersebut untuk saat ini," katanya.

"Kami percaya bahwa semua usul baru harus diangkat dan dipelajari Dewan Keamanan PBB," kata Lavrov.

Menteri Luar Negeri Australia Kevin Rudd menyuarakan dukungan terhadap rencana wilayah larangan terbang, meski timpalannya dari Kanada mengatakan tidak ada kesepakatan dalam persekutuan itu terhadap usul tersebut.

(H-AK/A023/S026)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Susul Perdana Menteri, Tiga Menteri Tunisia Mundur

Posted: 01 Mar 2011 06:14 PM PST

Perdana Menteri Tunisia Mohamed Ghannouchi mengangkat tangan dalam sebuah konferensi pers di Tunis, Minggu (27/2). Ghannouchi mengumumkan pengunduran dirinya pada hari Minggu melalu TV resmi kenegaraan, menyusul serangkaian protes di jalan-jalan. (FOTO ANTARA/REUTERS/Tunis-Afrique Presse/Handout)

Berita Terkait

Video

Jakarta (ANTARA News) - Sedikitnya tiga pejabat pemerintahan Tunisia mengundurkan diri pada Senin dan Selasa kemarin, kantor berita resmi negara itu melaporkan, menyusul mundurnya Perdana Menteri Mohamed Ghannouchi, Minggu (27/2).

Protes di negara Afrika Utara itu berbuntut mundurnya presiden yang telah berkuasa lama pada Januari, mendorong gelombang kerusuhan di seluruh wilayah Arab.

Namun, penerbangan Presiden Zine El Abidine Ben Ali dari Tunisia tidak mengakhiri protes di sana, dan Perdana Menteri Mohamed Ghannouchi memutuskan mundur hari Minggu.

Menteri Pendidikan Tinggi dan Penelitian Ilmiah Ahmad Ibrahim, dan sekretaris pendidikan tinggi Faouzia Farida Charfi, keduanya mundur Selasa, Tunis Afrique Presse melaporkan.

Mohamed Nouri Jouini, menteri perencanaan dan kerja sama internasional mengundurkan diri Senin, kata laporan itu.

Pasar saham Tunisia akan kembali dibuka Kamis, setelah ditutup sejak Senin lalu.

Presiden sementara Tunisia menunjuk Al-Baji Qa'ed Al-Sebsi sebagai perdana menteri baru pada Minggu setelah Ghannouchi mundur.

Ghannouchi mengatakan kepada wartawan pada Minggu bahwa ia "mengundurkan diri hari ini karena tidak mau menjadi orang yang mengambil keputusan yang bisa menimbulkan korban." Tiga orang tewas dalam aksi protes di ibukota, Tunis, Sabtu.

Dia juga mengatakan,"Mengapa banyak orang dianggap sebagai target utama mereka untuk terus menyerang pemerintah, meskipun banyak anggotanya setuju untuk bergabung dalam saat kritis ini."

Selain tiga tewas, sembilan lainnya terluka selama kekacauan di Tunis, menurut pernyataan kementerian dalam negeri yang dikutip Tunis Afrique Presse.

Lebih dari 100 orang telah ditahan di sekitar area Habib Bourguiba Avenue, di pusat kota itu, dan dituduh sebagai "tindakan kekerasan dan pembakaran," kata kementerian itu.

Pengunjukrasa yang berkumpul meminta pemerintahan sementara mundur dan parlemen dibubarkan.

Demontrans juga meminta pembekuan konstitusi saat ini dan pemilihan majelis untuk bisa membuat yang baru, serta mengatur transisi menuju demokrasi.

Protes di Tunisia meletus akhir tahun lalu. Muak dengan korupsi, pengangguran, dan meningkatkan harga makanan, mulai ditunjukkan secara massal.

Pada 13 Januari Ben Ali-yang telah memerintah Tunisia sejak 1987--telah menyerahkan kekuasaan eksekutif kepada perdana menteri dan melarikan diri dari negaranya.

(S026/B010)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan