Sabtu, 12 Februari 2011

Republika Online

Republika Online


Republika Online

Posted:

REPUBLIKA.CO.ID, TEMANGGUNG - Terkait peristiwa kerusuhan Temanggung Selasa (8/2), pimpinan wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah minta kepada seluruh warganya tetap wasapada. Sebab sampai saat ini, belum diketahui apa sebenarnya peristiwa yang terjadi dan apa kelanjutannya.

"Seluruh warga Muhammadiyah hendaknya tetap waspada dan hati-hati, dengan kewaspadaan insyaallah kita selamat, kita belum tahu apa selanjutnya setelah ini," tandas Prof Drs Achmadi, Wakil Ketua PWM Jawa Tengah yang membidangi Kader pada Republika, usai menyaksikan pelantikan pengurus PD Muhammadiyah, PD Aisyiah dan PD Nasyiatul Aisyiah (NA) Temanggung, di  Pendopo Pengayoman Ahad (31/2).

Menghadapi situasi pasca kerusuhan, kata Achmadi, tentunya pimpinan daerah telah memiliki strategi khusus. Sehingga tidak mudah diadu domba. Menurut rektor UMM Magelang ini, warga Muhammdiyah tetap bersikap dalam koridor hukum yang berlaku. "Kita hidup di negara hukum, ya kita patuh terhadap prosedur hukum yang berlaku saat ini," katanya.

Hanya saja, kata Achmadi, dari sisi undang-undang juga harus dilihat. Hukuman penistaan agama maksimal lima tahun. Dan itu sudah diterapkan oleh hakim. "Jadi kalau ini sangat tidak memuaskan dan tidak memiliki efek jera, tentunya pihak-pihak yang berwenanglah yang harus mengkaji pasal-pasal tersebut untuk diganti dengan pasal yang lebih berat," tuturnya.

Menurut Achmadi, faktor penyebabnya memang tidak hanya masalah pasal hukuman. Namun bisa saja kerusuhan dipicu lantaran masyarakat saat ini tidak percaya dengan penegak hukum, terkait terjadinya kasus mafia hukum di Indonesia yang tak kunjung tuntas. Selain itu, kesenjangan sosial, juga memicu orang mudah marah.

Achmadi menandaskan, masyarakat muslim hendaknya terus bergandeng tangan, tidak saja antar sesama muslim, namun juga menjalin komunikasi dengan agama-agama lain. "Sekali lagi saya tegaskan, berhati-hatilah dan waspada, siapa tahu yang memprovokasi itu sengaja menjerumuskan kita, atau mereka sengaja memanfaatkan kita untuk kepentingan kelompok mereka," imbuhnya.  

Bisron Mukhtar, Ketua PD Muhammadiyah Temanggung, dalam kesempatan yang sama mengatakan persitiwa kerusuhan yang melanda daerahnya itu, hendaknya menyadarkan kita semua, bahwa umat Islam di Temanggung masih rapuh. Terutama dalam menghadapi provokasi orang luar dengan menista agama. "Temanggung yang damai, sejuk dan agamais, penuh toleransi serta kerukunan, telah ternodai," ujarnya.

Kata Bisron, ekses yang dirasakan masyarakat Temanggung pasca kerusuhan itu  masih sangat terasa dan sangat mengganggu kehidupan masyarakat. Oleh karena itu kepada semua elemen masyarakat, Muhammdiyah menyerukan, dengan berbagai cara berusaha mengembalikan Temanggung seperti semula.

"Dalam upaya mengembalikan situasi Temanggung menjadi seperti semula, hendaknya  aparat keamanan melakukan secara bijaksana, adil, tuntas sampai akar masalahnya, sehingga tidak menimbulkan ekses baru yang akan mengganggu keharmonisan warga  serta kerukunan hidup antar umat beragama," tandas Bisron.

]]>
Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Republika Online

Republika Online


Republika Online

Posted:

REPUBLIKA.CO.ID, TEMANGGUNG - Terkait peristiwa kerusuhan Temanggung Selasa (8/2), pimpinan wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah minta kepada seluruh warganya tetap wasapada. Sebab sampai saat ini, belum diketahui apa sebenarnya peristiwa yang terjadi dan apa kelanjutannya.

"Seluruh warga Muhammadiyah hendaknya tetap waspada dan hati-hati, dengan kewaspadaan insyaallah kita selamat, kita belum tahu apa selanjutnya setelah ini," tandas Prof Drs Achmadi, Wakil Ketua PWM Jawa Tengah yang membidangi Kader pada Republika, usai menyaksikan pelantikan pengurus PD Muhammadiyah, PD Aisyiah dan PD Nasyiatul Aisyiah (NA) Temanggung, di  Pendopo Pengayoman Ahad (31/2).

Menghadapi situasi pasca kerusuhan, kata Achmadi, tentunya pimpinan daerah telah memiliki strategi khusus. Sehingga tidak mudah diadu domba. Menurut rektor UMM Magelang ini, warga Muhammdiyah tetap bersikap dalam koridor hukum yang berlaku. "Kita hidup di negara hukum, ya kita patuh terhadap prosedur hukum yang berlaku saat ini," katanya.

Hanya saja, kata Achmadi, dari sisi undang-undang juga harus dilihat. Hukuman penistaan agama maksimal lima tahun. Dan itu sudah diterapkan oleh hakim. "Jadi kalau ini sangat tidak memuaskan dan tidak memiliki efek jera, tentunya pihak-pihak yang berwenanglah yang harus mengkaji pasal-pasal tersebut untuk diganti dengan pasal yang lebih berat," tuturnya.

Menurut Achmadi, faktor penyebabnya memang tidak hanya masalah pasal hukuman. Namun bisa saja kerusuhan dipicu lantaran masyarakat saat ini tidak percaya dengan penegak hukum, terkait terjadinya kasus mafia hukum di Indonesia yang tak kunjung tuntas. Selain itu, kesenjangan sosial, juga memicu orang mudah marah.

Achmadi menandaskan, masyarakat muslim hendaknya terus bergandeng tangan, tidak saja antar sesama muslim, namun juga menjalin komunikasi dengan agama-agama lain. "Sekali lagi saya tegaskan, berhati-hatilah dan waspada, siapa tahu yang memprovokasi itu sengaja menjerumuskan kita, atau mereka sengaja memanfaatkan kita untuk kepentingan kelompok mereka," imbuhnya.  

Bisron Mukhtar, Ketua PD Muhammadiyah Temanggung, dalam kesempatan yang sama mengatakan persitiwa kerusuhan yang melanda daerahnya itu, hendaknya menyadarkan kita semua, bahwa umat Islam di Temanggung masih rapuh. Terutama dalam menghadapi provokasi orang luar dengan menista agama. "Temanggung yang damai, sejuk dan agamais, penuh toleransi serta kerukunan, telah ternodai," ujarnya.

Kata Bisron, ekses yang dirasakan masyarakat Temanggung pasca kerusuhan itu  masih sangat terasa dan sangat mengganggu kehidupan masyarakat. Oleh karena itu kepada semua elemen masyarakat, Muhammdiyah menyerukan, dengan berbagai cara berusaha mengembalikan Temanggung seperti semula.

"Dalam upaya mengembalikan situasi Temanggung menjadi seperti semula, hendaknya  aparat keamanan melakukan secara bijaksana, adil, tuntas sampai akar masalahnya, sehingga tidak menimbulkan ekses baru yang akan mengganggu keharmonisan warga  serta kerukunan hidup antar umat beragama," tandas Bisron.

]]>
Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Sindikasi news.okezone.com

Sindikasi news.okezone.com


Ratusan Personel TNI AU "Serbu" Pantai Kuta

Posted: 12 Feb 2011 10:49 PM PST

KUTA – Di sela kegiatan rapat kerja teknis di Bali, Panglima Komando Operasi AU II Indonesia Timur Marsekal Muda TNI AU R Agus Munandar mengajak keluarga besar TNI AU membersihkan Pantai Kuta, pagi tadi.
 
Ratusan keluarga besar TNI AU Komando Operasi II Wilayah Indonesia Timur, sejak pukul 06.30 Wita, mulai menyemut di pantai yang dikenal seantero dunia itu, untuk melaksanakan kegiatan kerja bakti membersihkan pantai.
 
Saat ini, mereka tengah berada di Bali, dalam rangka serangkaian Rakernis Internal Komando Operasi TNI AU untuk wilayah Timur Indonesia.
 
"Hari pertama pembukaan Rakornis ini kami awali dengan bersih-bersih di Pantai Kuta," kata Agus Munandar di sela kegiatan, Minggu (13/2/2011).
 
Kegiatan itu tak lain sebagai bentuk tanggungjawab dan kepedulian keluarga besar TNI AU atas Pantai Kuta yang tidak hanya dimiliki masyarakat Bali semata, namun juga bangsa Indonesia.
 
"Jika Pantai Kuta saat ini, tetap menjadi ikon pariwisata Bali dan Indonesia, sehingga kebersihan pantai menjadi syarat mutlak agar tercipta kenyamanan bagi seluruh wisatawan yang datang," ujar dia.
 
Menurutnya, kegiatan pembersihan pantai ini diharapkan bisa memberikan contoh kepada warga sekitar, para wisatawan, agar ikut berpartisipasi menjaga kebersihan pantai. "Sesuai motto TNI AU untuk selalu disiplin, tepat waktu dan ramah lingkungan, apa yang kami lakukan sekarang ini merupakan pengamalan dari motto ramah lingkungan," katanya menambahkan.
 
Dengan demikian, kata dia, TNI AU harus senantiasa berada di garda terdepan dalam memelopori upaya terciptanya lingkungan hidup yang ramah. Diharapkan pula, seluruh warga masyarakat melakukan hal yang sama sesuai caranya masing-masing.
 
Di tempat sama, Kepala Penerangan dan Perpustakaan Lanud Ngurah Rai Bali Kapten Jhoni Tarigan menambahkan, dalam acara bersih-bersih pantai Kuta juga diramaikan dengan senam massal, dilanjutkan jalan sehat yang menempuh jarak dari Pantai Kuta menuju Pantai Patra Bali, yang dilepas langsung Marsekal Muda Aris Munandar.
 
(teb)

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Hadapi Ahmadiyah dengan Menggelar Sajadah

Posted: 12 Feb 2011 09:41 PM PST

DEPOK – Pemerintah Provinsi Jawa Barat mengaku serius untuk mengantisipasi terjadinya konflik kerukunan antar umat beragama. Apalagi, sebelumnya LSM Setara Institut mengeluarkan data bahwa Jawa Barat adalah daerah paling tinggi terjadinya intoleransi beragama.
 
Salah satunya yakni dengan mengantisipasi terjadinya konflik terhadap warga Ahmadiyah. Salah satu usulan yang diajukan oleh Muspida Jawa Barat yakni program 'Serang Gelar Sajadah' untuk menghadapi warga Ahmadiyah.
 
Usulan tersebut juga dibahas dalam rapat bersama Komisi Intelejen Daerah (Kominda) Jawa Barat bersama pimpinan daerah di Jawa Barat yakni 26 kabupaten kota. Salah satunya, Wakil Wali Kota Depok Idris Abdul Somad yang mengikuti rapat tersebut.
 
"Jadi ada usulan 'Serang Gelar Sajadah'. Maksudnya kita gelar sajadah kita, kita datang ke tempat Ahmadiyah, lalu kita undang ormas, ada aparat, kita mengaji bersama, solat bersama, kalau perlu kita solat jumat berjamaah, bicarakan Islam dengan baik dan benar," kata pria yang juga menjabat sebagai Sekretaris Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Depok ini, Minggu (13/02/11).
 
Gubernur Jawa Barat, kata Idris, juga menganalogikan dengan kembali ke jaman sahabat Nabi, Ali Bin Abi Tholib. Saat itu, kata Idris, untuk menghadapi kaum Islam radikal yang tersesat, dapat diselesaikan dengan cara dialog dan persuasif.
 
"Ada kaum disana namanya Kaum Hawarij, dan bisa bertobat hanya dengan dialog selama enam malam enam hari, kita akan coba semuanya, tujuannya untuk pembinaan terhadap warga Ahmadiyah kembali ke Islam yang benar," tandasnya.
(teb)

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

KOMPAS.com - Internasional

KOMPAS.com - Internasional


Misterius, 20.000 Lebah Madu Bunuh Diri

Posted: 13 Feb 2011 03:30 AM PST

OTTAWA, KOMPAS.com - Sebuah museum di Kanada, melakukan penyelidikan atas kematian mendadak 20 ribu lebah yang tinggal dalam sebuah sarang khusus, yang terbungkus lapisan kaca, salah satu wahana pameran di museum tersebut.

"Seluruh lebah, sekitar 20.000 ekor mati dalam waktu 48 jam," kata Amanda Fruci, humas untuk Royal Ontario Museum di Toronto, Sabtu (12/2/2011).

"Penyebabnya sedang diselidiki tetapi kita tahu pasti bahwa itu bukan sindrom keruntuhan koloni karena hal itu melibatkan lebah meninggalkan sarang dan tidak pernah datang kembali, dan dalam hal ini mereka semua mati di dalam sarang."

Dalam kondisi normal, masyarakat lebah mengalami kehilangan sekitar lima persen dari populasinya. Tetapi dengan sindrom yang dikenal sebagai gangguan keruntuhan koloni (CDD), sekitar sepertiga, kadang bahkan 90 persen atau semua serangga bisa mati.

Di AS, angka yang dikeluarkan pemerintah tahun lalu menunjukkan terjadi penurunan jumlah sarang sebesar 29 persen pada tahun 2009, merupakan yang terendah dibandingkan 36 dan 32 persen pada tahun 2008 dan 2007.

Penurunan misterius populasi lebah itu juga telah dilaporkan di Eropa, Jepang dan tempat lain dalam beberapa tahun terakhir, sehingga mengancam pertanian tanaman yang bergantung pada serangga madu sebagai perantara penyerbukan.

Ribuan pengunjung telah menyaksikan lebah bekerja dalam sebuah sarang kaca yang dirancang khusus dan cukup populer yang dipamerkan di galeri keanekaragaman hayati, Royal Ontario Museum dalam dua tahun terakhir.

Mereka sangat sehat hingga pekan lalu ketika mereka tiba-tiba mati dalam sarangnya. Museum tersebut telah mengesampingkan kelaparan atau kesalahan staf sebagai penyebab kematian.

Dugaan sementara, ventilasi yang buruk, parasit atau sedikitnya lebah pekerja untuk menjaga sarang tetap hangat selama musim dingin bisa menjadi penyebab kematian.

Sent Using Telkomsel Mobile Internet Service powered by

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Mubarak Jatuh, Iran Larang Unjuk Rasa

Posted: 13 Feb 2011 02:30 AM PST

Unjukrasa

Mubarak Jatuh, Iran Larang Unjuk Rasa

Editor: Benny N Joewono

Minggu, 13 Februari 2011 | 10:30 WIB

TEHERAN, KOMPAS.com — Iran akan menolak permintaan izin bagi unjuk rasa oposisi reformis untuk mendukung revolusi yang telah menjatuhkan presiden Mesir Hosni Mubarak.

"Rakyat sepenuhnya menyadari ketidakabsahan permintaan mereka dan mereka tahu mereka tidak akan mendapat izin untuk melakukan keributan," kata Mehdi Alikhani-Sadr, wakil direktur biro politik Kementerian dalam Negeri, sebagaimana dikutip kantor berita setengah resmi Fars.

Sangat tidak mungkin pemerintah akan mengizinkan unjuk rasa yang diorganisasi oleh kelompok yang mereka anggap sebagai penghasut.

Mehdi Karoubi dan Mir Hossein Mousavi, yang kalah dalam pemilihan presiden 2009 yang diperselisihkan, telah meminta izin untuk melakukan demonstrasi guna mendukung revolusi di Mesir dan Tunisia.

Teheran mengatakan, revolusi Mesir sebagai kebangkitan Islam sama dengan revolusi Iran 1979.

Ribuan orang Jumat menandai ulang tahun ke-32 revolusi itu dalam unjuk rasa di Teheran yang diadakan oleh badan ulama Iran sebagai unjuk solidaritas dengan demonstran Islam di Kairo.

Sebagian besar kelompok oposisi di Mesir menekankan sifat sekuler pada protes mereka.

Pada Juni 2009, terjadi demonstrasi massa di Teheran terhadap kepemimpinan Iran, menyusul terpilihnya kembali Presiden Mahmoud Ahmadinejad.

Gerakan tersebut sesudah itu ditumpas, tetapi para pengkritik pemerintah melihat kejadian di Kairo sebagai kemungkinan pendorong bagi bangkitnya kembali demonstrasi di Iran.

Sent Using Telkomsel Mobile Internet Service powered by

Kirim Komentar Anda

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

ANTARA - Mancanegara

ANTARA - Mancanegara


Lima Gerilyawan Bersenjata Tewas Dalam Bentrokan di Filipina

Posted: 12 Feb 2011 09:00 PM PST

Zamboanga (ANTARA News) - Pasukan militer Filipina menyerbu tempat persembunyian gerilyawan Abu Sayyaf di Filipina selatan dan  menewaskan lima  anggota gerilyawan, kata pihak militer, Minggu.

Juru bicara militer setempat Letnan Kolonel Randolph Cabangbang mengatakan, serangan militer di pulau terpencil Basilan pada Sabtu itu juga mengakibatkan dua tentara pemerintah tewas.

"Baku tembak berlangsung selama tiga jam," kata Cabangbang secara singkat dalam pernyataan yang dikirim ke kantor-kantor berita.

Dia mengatakan gerilyawan Abu Sayyaf, berjumlah sekitar 30, meninggalkan perkemahan kecil pemberontak yang berupa tujuh bunker lengkap dengan peralatan komunikasi dan amunisi.

Salah satu dari lima pria bersenjata yang tewas diyakini Juhaiber Alamsirul, yang dikenal sebagai `sub-komandan` kelompok Abu Sayyaf, yang beroperasi terutama di pulau Basilan. Alamsirul dikaitkan dengan penculikan sebelumnya di daerah tersebut.

Abu Sayyaf adalah kelompok berkekuatan 300 gerilyawan garis keras. Kelompok tersebut didirikan pada 1990-an oleh seorang penghasut Islam Filipina dengan menggunakan uang dari jaringan Al Qaeda Osama bin Laden, menurut kelompok interlijen lokal dan Barat.

Abu Sayyaf dianggap bertanggung jawab atas serangan teroris terburuk di negara itu, termasuk pengeboman feri penumpang di Teluk Manila pada tahun 2004 yang menewaskan lebih dari 100 orang.

Kelompok tersebut belakang ini juga dikaitkan dengan serangkaian penculikan tokoh terkenal dengan target para turis asing dan lokal, para pedagang dan misionaris di Filipina selatan, kata pihak berwenang.
(H-AK/H-RN)

Editor: Aditia Maruli
COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Obama Sambut Ikrar Militer Mesir

Posted: 12 Feb 2011 06:21 PM PST

Berita Terkait

Video Terkait

Washington (ANTARA News) - Presiden Amerika Serikat Barack Obama pada hari Sabtu menyambut ikrar  militer Mesir yang akan melaksanakan masa transisi demokrasi sipil.

Sehari setelah Hosni Mubarak terguling, Obama berbicara dengan para pemimpin di Inggris, Arab Saudi dan Turki, dan "menyambut perubahan bersejarah yang telah dibuat oleh rakyat Mesir, serta menegaskan kembali kekagumannya atas upaya mereka," menurut  pernyataan Gedung Putih.

"Dia juga menyambut baik pengumuman Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata (Mesir) yang berkomitmen terhadap transisi sipil demokratis, dan akan menegakkan kewajiban internasional Mesir."

Obama sebelumnya menyatakan, pengunduran diri Presiden Hosni Mubarak mencerminkan kehendak rakyat Mesir, dan ia mendesak kekuatan militer negara itu menjamin transisi menuju "demokrasi murni".

Obama menyampaikan pernyataan itu setelah Mubarak menyerahkan kekuasaan kepada militer Mesir sesudah pemberontakan rakyat selama 18 hari. Washington kini menghadapi ketidakpastian dan tantangan besar dalam menghadapi peralihan kekuasaan yang berpotensi menimbulkan pergolakan.

Meski peranan AS dalam pengunduran diri Mubarak tetap tidak jelas, Mohamed Hussein Tantawi, ketua dewan militer yang mengambil alih kendali pemerintahan Jumat, telah berbicara lima kali melalui telefon dengan Menteri Pertahanan AS Robert Gates selama pemberontakan 18 hari itu, termasuk pada Kamis malam.

Washington mengambil sikap yang sangat halus sejak demonstrasi massal meletus, dengan mendukung aspirasi demokratis pemrotes namun berusaha tidak terang-terangan meninggalkan Mubarak, sekutu lamanya, atau mendorong pergolakan yang bisa meluas ke daerah-daerah lain di kawasan minyak itu.
(H-AK/A038)

Editor: Aditia Maruli
COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

KOMPASentertainment

KOMPASentertainment


Sheila Majid: Riskan Bawa Kebaya Rp 1 Triliun ke Jakarta

Posted: 12 Feb 2011 11:07 AM PST

JAKARTA, KOMPAS.com -- Dalam konser tunggal Sheila Majid 25 Years Radiance Celebration Live in Jakarta, Minggu (13/2/2011), diva asal Malaysia itu tak akan mengenakan kebaya miliknya yang bertabur lima ratus berlian seharga Rp 1 triliun. Menurutnya, riskan membawa busana itu ke Jakarta.

"Nanti harus lihat gaun saya, tapi tidak berlian yang itu, karena riskan bawanya ke sini (Jakarta)," tutur Sheila dalam jumpa pers di Hotel The Ritz-Carlton Jakarta, Sabtu (12/2/2011).

Sebagai gantinya, Sheila memboyong lima gaun lainnya yang tak kalah menarik dengan kebaya bertabur berlian tersebut. "Saya bawa lima gaun, tapi apa bisa dipakai semua, karena lihat apa waktunya cukup untuk gonta-ganti. Saya pakai Michael Ong buat desainernya," jelas Sheila.

Sheila, yang akan diiringi oleh bandnya dari Malaysia dan menampilkan gitaris Bali I Wayan Balawan sebagai bintang tamu, berjanji akan menghibur sambil mengajak para penyukanya bernostalgia. Namun, ia tak mau membeberkan isi konsernya itu. "Kalau semua diceritakan di sini, nanti enggak seru. Persembahan saya layaknya Sheila Majid, saya tidak akan akrobat. Insya Allah orang akan senang dan menikmatinya," ucap pedendang hit "Warna", karya Indra Lesmana dan Johan Nawawi. "Datang dan lihatlah saja semua lagu yang bisa membuat terhibur, nostalgia. Buanglah segala yang membebani. Kita manfaatkan dua jam untuk bersenang-senang," tuntasnya.

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Sheila Majid Tak Punya Rahasia Awet Muda

Posted: 12 Feb 2011 10:46 AM PST

JAKARTA, KOMPAS.com -- Menginjak usia ke-46, vokalis ternama asal Malaysia, Sheila Majid, masih berkulit wajah kencang. Tapi, akunya, ia tak punya rahasia untuk awet muda.   

"Tidak ada rahasia khusus. Semua saya lakukan yang sederhana. Kalau pakai make- up tebal, tapi kayak tak pantas, ya mana bagus," kata Sheila dalam jumpa pers konser tunggal Sheila Majid 25 Years Radiance Celebration Live in Jakarta, di Hotel The Ritz-Carlton Jakarta, Sabtu (13/2/2011).

Selain itu, aku Sheila lagi, ia juga menjaga kesehatannya. "Yang utama sih jaga kesehatan. Saya harus berolah raga, jaga kesehatan, karena saya penyanyi. Jangan sampai baru tiga lagu saya sudah kelelahan," ungkapnya. "Setiap minggu saya melakukan cardio dan pilates," ujarnya. "Tapi, kalau saya lagi enggak nyanyi, ya saya malas olahraga," lanjutnya lagi-lagi dengan canda.

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

The Malaysian Insider :: World

The Malaysian Insider :: World


Hamas snubs Palestinian Authority call for polls

Posted: 12 Feb 2011 03:58 PM PST

Abbas is seeking to hold elections in September. — Reuters pic

RAMALLAH, Feb 13 — Palestinian President Mahmoud Abbas called yesterday for elections before September, but rival Islamist group Hamas quickly rejected the move, underscoring a crippling division among Palestinians.

The election call came a day after protests in Cairo led to the overthrow of Egyptian leader Hosni Mubarak.

Abbas's Palestinian Authority said the spirit of change in Egypt should inspire Palestinians to unite.

"The Palestinian leadership decided to hold presidential and legislative elections before September," senior Abbas aide Yasser Abed Rabbo told reporters.

"It urges all the sides to put their differences aside," he said, referring to a bitter rivalry between Abbas's West Bank-based government and Hamas, which controls the Gaza Strip.

But a quick solution to the Palestinian divide seemed unlikely and Hamas spokesman Fawzi Barhoum said the Western-backed Abbas, who has served as president since 2005, lacks the legitimacy to make such a call.

"Hamas will not take part in this election. We will not give it legitimacy. And we will not recognise the results," Barhoum told Reuters.

The groups disagree on the interpretation of Palestinian election laws and previous ballots were cancelled with the sides unable to reach a reconciliation deal.

Abbed Rabbo said the disagreements could be resolved in a new legislative council to be formed after the presidential and parliamentary elections.

Hamas won the last parliamentary election in 2006 and a year later routed Abbas's forces to seize control of the Gaza Strip.

Hamas's opposition to Abbas's peace moves with Israel is one of the issues keeping the factions apart.

US-sponsored peace negotiations between Palestinian and Israeli teams have faltered since being relaunched last year.

Abed Rabbo said that Saeb Erekat, the chief Palestinian negotiator in the recent round of talks, has tendered his resignation, but Abbas has yet to accept it.

Erekat had recently come under fire after internal memos supposedly documenting negotiation sessions with Israel were leaked to the media. Some commentators faulted Erekat for making what they considered to be far-reaching concessions to Israel.

Abed Rabbo called on US President Barack Obama to step up efforts in helping to reach a Palestinian statehood deal. — Reuters

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Egypt’s army commits to civilian rule

Posted: 12 Feb 2011 03:53 PM PST

Egyptian soldiers share a light moment with a young anti-government protester as they sit on top of their tank at Tahrir Square in Cairo February 12, 2011. — Reuters pic

CAIRO, Feb 13 — Egypt's new military rulers told the nation yesterday they were committed to civilian rule and democracy after Hosni Mubarak's overthrow and said they would respect all treaties, a move to reassure Israel and Washington.

Some pro-democracy activists in Cairo's Tahrir (Liberation) Square, the epicentre of an earthquake of popular protest that unseated Mubarak, have vowed to stay there until the Higher Military Council accepts their agenda for democratic reform.

If the military fails to meet "people's demands", protest organisers said they would stage more demonstrations.

Throughout the Middle East, autocratic rulers were calculating their chances of survival after Mubarak was forced from power in a dramatic 18-day uprising that changed the course of Egypt's history, unsettling the United States and its allies.

"The Arab Republic of Egypt is committed to all regional and international obligations and treaties," a senior army officer said in a statement on state television, outlining the armed forces' broad strategies at home and abroad.

The message was clearly designed to try and soothe concerns in Israel which has a 1979 peace treaty with Egypt, the first Arab nation to make peace with the Jewish state. Israeli Prime Minister Benjamin Netanyahu welcomed the statement.

In another move to promote order, the army said it would "guarantee the peaceful transition of power in the framework of a free, democratic system which allows an elected, civilian power to govern the country to build a democratic, free state".

After the army statement, Egypt's Muslim Brotherhood, viewed warily by the United States, said it was not seeking power and praised the army's plans to transfer power to civilians.

Crowds celebrated the first day of the post-Mubarak era while protest organisers urged the army to meet demands including the dissolution of parliament and the lifting of a 30-year-old state of emergency used by Mubarak to crush dissent.

On Tahrir Square, the army dismantled checkpoints and some barricades were removed. Volunteers proudly swept the square.

Scenes of jubilation lasted well into the night, with people dancing and children waving flags. Cars blared horns and people showed victory signs to each other. Others photographed each other holding flowers with smiling soldiers.

 "The army is with us but it must realise our demands," said pharmacist Ghada Elmasalmy, 43.

It remains to be seen what appetite the military has for a quick transition to genuine parliamentary democracy. The military council gave few details of a "transitional phase" and gave no timetable for presidential or parliamentary elections.

The new administration, keen to dissociate itself from Mubarak's old guard, said they were investigating accusations against the former prime minister, interior minister and information minister, state television reported.

The tumultuous events in Egypt sent shockwaves abroad.

In Yemen, a demonstration by some 2,000 people inspired by the Egyptian revolt broke up after clashes with pro-government demonstrators armed with knives and batons. In Algiers thousands of police stopped government opponents from staging a march.

Mubarak, 82, was believed to be at his residence in the Red Sea resort of Sharm el-Sheikh, his future unclear.

Al Arabiya has said the army will soon dismiss the cabinet and suspend parliament. The head of the Constitutional Court would join the leadership with the military council, which was given the job of running the country of 80 million people.

The cabinet, headed by Prime Minister Ahmed Shafiq, another former military man, was scheduled to meet today.

The best deterrent to any military attempt to stay in control could be the street power and energy of protesters who swept out Mubarak because he governed without their consent.

One priority was restoring law and order before the working week starts today. Tanks and soldiers have guarded key buildings and intersections since the disgraced police force largely melted away after failing to crush protesters.

One task is to repair police stations that were burnt down by Egyptians with a deep hatred of the Interior Ministry.

"The first priority, no question about it, is security. An equally important priority is to provide the elements needed for the daily life of citizens," Shafiq told state television after he met the head of the armed forces Field Marshal Mohamed Hussein Tantawi. State media said Tantawi discussed with Shafiq the need for "the immediate return of life to normality".

Eighteen days of rallies, resisting police assaults, rubber bullets, live rounds and a last-ditch charge by pro-Mubarak hardliners on horses and camels, had brought improbable success.

"This is the start of the revolution, it's not over yet, but I have to go back to work," said Mohammed Saeed, 30, packing away his tent on Tahrir Square.

Mohammed Farrag, 31, who was also departing, said he believed stability was returning. "But we will not give up on Egypt as a civilian state, not a military state," he said.

Many protesters still in the square said they were staying in the makeshift tent city partly because they feared that security forces would pick them up if they went home.

As evening fell, hundreds of core protesters prepared to camp out overnight, setting down for bed time on the square.

"People's Communique No.1", issued by protest organisers in imitation of the military council's "Communique No.1", demanded the dissolution of the cabinet Mubarak named on January 29 and of the parliament elected in a rigged vote late last year.

Some organisers were forming a Council of Trustees to defend the revolution and negotiate with the military council.

"If the army does not fulfil our demands, our uprising and its measures will return stronger," Safwat Hegazi, a protest leader, told Reuters. The Council plans to call for a mass turnout on Friday to celebrate the success of the revolution.

Egypt's opposition had been throttled by emergency rule imposed after Mubarak succeeded Anwar Sadat, shot dead by an Islamist army officer in 1981, and there has been no obvious Nelson Mandela or Lech Walesa to spearhead Egypt's revolution.

Protest groups that have sprung up in recent years have proved far more nimble and web-savvy as Mubarak's grip weakened.

One possible leader is Amr Moussa, a former foreign minister who has said he will resign from his post as Arab League chief.

Other potential contenders are retired diplomat Mohamed ElBaradei and scientist Ahmed Zewail, both Nobel Prize winners.

The best organised group is the Muslim Brotherhood, but its true level of support, and internal cohesion, is not known.

"We support and value the sound direction that the Higher Military Council is taking on the way to transfer power peacefully to create a civilian government," said the Brotherhood, saying it would not seek power.

It was unclear if any of the little-known youth leaders behind the well-organised revolt wanted to hold office.

In the United States, President Barack Obama said on Friday "nothing less than genuine democracy" would satisfy Egyptians.

Washington has pursued a sometimes shifting line since the anti-Mubarak protests began on January 25, wary of losing a bulwark against militant Islam but keen to back political freedom.

US Undersecretary of State William Burns visited Jordan on Friday and yesterday and discussed the situation in Egypt, among other matters, the State Department said. Washington's top military officer, Admiral Mike Mullen was due there today.

Obama spoke with Jordan's King Abdullah, the White House said. Jordan, another secular US ally on Israel's border, is suffering like other Arab states from economic turbulence. — Reuters

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Utusan Online - Luar Negara

Utusan Online - Luar Negara


Mubarak tahu dia perlu letak jawatan - Bekas menteri Israel

Posted:

Mubarak tahu dia perlu letak jawatan - Bekas menteri Israel

Mubarak tahu dia perlu letak jawatan - Bekas menteri Israel


GAMBAR fail, dari kiri Allahyarham Presiden Palestin, Yasser Arafat, Mubarak, Perdana Menteri Sepanyol Jose Maria Aznar dan Menteri Luar Israel, Shimon Peres bergambar bersama semasa menghadiri Forum Euro-Mediteranean di Resort of Formentor di Pulau Majorca pada 2 November 2001. - Reuters


BAITULMAQDIS 12 Feb. - Bekas Menteri Pertahanan Israel, Benjamin Ben-Eliezer berkata, Presiden Mesir, Hosno Mubarak tahu bahawa beliau tiada pilihan selain terpaksa mengundurkan diri daripada jawatannya.

Ben-Eliezer berkata, Mubarak menyatakan perkara itu kepadanya semasa beliau menghubungi rakannya beberapa jam sebelum Mubarak menyampaikan ucapan melalui televisyen kepada rakyatnya kelmarin bagi memaklumkan bahawa beliau telah menyerahkan kuasanya kepada Naib Presiden, Omar Suleiman.

''Beliau (Mubarak) tahu beliau tidak mempunyai pilihan kecuali meletakkan jawatan. Tetapi Mubarak nampak keadaan yang amat berbahaya yang bakal dihadapi Mesir pada masa depan,'' ujarnya. - Agensi

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Mubarak masih berada di Mesir?

Posted:

Mubarak masih berada di Mesir?

Mubarak masih berada di Mesir?


SEORANG pegawai tentera menulis kata-kata sokongan di atas baju seorang penunjuk perasaan di Dataran Tahrir selepas Presiden Hosni Mubarak mengumumkan peletakan jawatannya, semalam. - REUTERS


KAHERAH 12 Feb. Bekas Presiden Mesir, Hosni Mubarak dipercayai masih berada pusat peranginan di Sharm el-Sheikh di Laut Merah, kira-kira 570 kilometer dari sini.

Beliau dan keluarganya dipindahkan ke sebuah rumah agamnya di pusat peranginan itu selepas meletakkan jawatan, semalam.

Mubarak dan keluarganya dipercayai diberi kawalan ketat tentera elite Mesir bagi mengelakkan penunjuk perasaan mengancam keselamatannya.

Bagaimanapun, Mubarak dilihat tidak akan berada di rumah agam tersebut untuk jangka waktu yang lama.

Ini kerana selepas penubuhan kerajaan Mesir yang baru, Mubarak dijangka dikenakan tindakan undang-undang di atas pelbagai dakwaan.

Dalam pada itu, isteri Mubarak, Suzanne dan anaknya, Gamal dilaporkan sudah berangkat ke luar negara dan kini menetap di apartmen agam enam tingkat milik mereka di Knightbridge, London.

Mubarak kini dilihat cuba mengorak langkah untuk memilih destinasi bagi menyelamatkan dirinya.

Mubarak mungkin memilih Arab Saudi kerana menyediakan pelbagai kelebihan termasuk dapat menyelamatkannya daripada waran tangkap antarabangsa.

Selain Arab Saudi, Emiriyah Arab Bersatu (UAE) dan Libya turut menjadi destinasi Mubarak serta Amerika Syarikat yang merupakan negara sekutu rapatnya. - Agensi

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

ANTARA - Berita Terkini

ANTARA - Berita Terkini


Mahasiswa RI di Kairo Tak Perlu Pulang

Posted: 12 Feb 2011 07:01 PM PST

Berita Terkait

Video Terkait

Jakarta (ANTARA News) - Para mahasiswa Indonesia yang tengah menyelesaikan studinya di Kairo, Mesir, perlu mempertimbangkan kembali jika ingin kembali ke tanah air, mengingat suasana di Mesir mulai membaik.

Direktur Pendidikan Madrasah Kementerian Agama Hairul Fuad dalam perjalanan ke Brebes mendampingi Menag Suryadharma Ali, Minggu, mengatakan, pertimbangan tersebut perlu diambil lantaran situasi politik di negeri itu kini mulai membaik, demonstran sudah tak ada lagi menyusul turunnya Presiden Hosni Mubarak, Jumat lalu.

Ia menjelaskan, suasana di Mesir kini mulai kondusif. Namun ia sendiri belum mengetahui persis apakah proses belajar di Universitas Al Azhar Kairo sudah dapat dimulai pada pekan depan.

Diperkirakan, suasana kondusif dalam pengertian menyeluruh -- aman, perekonomian berjalan dan aktivitas kantor normal -- baru pulih sekitar sebulan ke depan. Karena itu, lanjut dia, para mahasiswa di Mesir perlu mempertimbangkan lagi jika ingin kembali ke tanah air.

Jumlah mahasiswa Inonesia yang berlajar di Kairo tercatat tidak kurang dari 6.000 orang.

Tatkala pemimpin negeri itu didemontrasi yang menyebabkan Hosni Mubarak turun, pemerintah Indonesia sempat mengevakuasi ratusan mahasiswa menggunakan pesawat udara.

(T.E001/B/I007/I007) 13-02-2011 10:13:46

Editor: Aditia Maruli
COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Buaya Australia sedang "Trauma"

Posted: 12 Feb 2011 06:25 PM PST

Berita Terkait

Video Terkait

Sydney (ANTARA News) - Sekelompok buaya ganas Australia sangat "trauma" oleh badai dengan kekuatan maksimal yang terjadi pekan lalu. Buktinya, mereka bersembunyi di bawah air dan berhenti makan, kata beberapa petugas taman suaka margasatwa.

Bob Flemming dari Billabong Sanctuary, Townsville, di bagian timur-laut Australia, mengatakan 12 buaya air asin, sebagian dari mereka memiliki panjang tubuh sampai empat meter, memerlukan waktu berhari-hari untuk pulih dari trauma akibat Badai Tropis Yasi, yang berkekuatan maksimal.

"Mereka trauma selama dua hari," kata Flemming kepada kantor berita AAP.

"Mereka bersembunyi di bawah air untuk sementara dan bahkan tak mungkin ke permukaan untuk makan," tambahnya.

Namun, Flemming mengatakan ia tak kehilangan satu hewan pun selama badai terburuk di Australia itu dalam hampir satu abad terakhir itu. Secara ajaib, badai kuat tersebut juga tak merenggut korban jiwa langsung.

"Banyak pohon roboh di kandang burung dan sebagian burung, termasuk elang wedgetail, terbang tapi sejak itu mereka telah kembali lagi," katanya.
(C003/A016)

Editor: Aditia Maruli
COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Berita Harian: Dunia

Berita Harian: Dunia


Mubarak mahu hidup dalam buangan di Dubai

Posted: 12 Feb 2011 12:03 PM PST

Dunia

Destinasi persaraan dipilih untuk elak pendakwaan

KAHERAH: Bekas presiden Mesir, Hosni Mubarak yang sekarang berada di pusat peranginan Sharm el-Sheikh selepas meletakkan jawatan atas desakan rakyat kelmarin, kemungkinan akan berhijrah ke Dubai.

Akhbar Britain, The Guardian melaporkan semalam perbincangan sudah diadakan di antara beberapa negara Arab dan Amerika Syarikat berhubung destinasi selanjutnya bagi Mubarak yang lari bersama keluarga ke pusat peranginan laut Merah Mesir ini, selepas melepaskan kuasa kepada tentera. Satu isu penting bagi memilih destinasi 'persaraannya' ialah bagi memastikan bekas presiden itu akan menikmati kekebalan daripada dikenakan tindakan undang-undang di atas tuduhan menyebabkan 300 kematian ketika bantahan rakyat selama 18 hari dan salah guna kuasa oleh pasukan keselamatan.

Sebelum ini, Mubarak dilaporkan mungkin menuju ke Jerman tempat beliau berehat selama tiga minggu selepas menjalani pembedahan Mac tahun lalu.

Bagaimanapun, bekas naib presiden, Omar Suleiman Rabu lalu menafikan laporan itu dan pihak berkuasa di Jerman juga menafikannya.

Kemungkinan Mubarak bersara di Sharm el-Sheikh adalah sesuatu yang dijangkakan kerana beliau akan terdedah kepada kemungkinan diheret ke mahkamah di atas jenayah kemanusiaan dan rasuah.
Menurut akhbar al-Quds al-Arabi yang berpangkalan di London, isu kekayaan yang dihimpun Mubarak dan keluarganya turut akan menentukan destinasi persaraan bekas presiden yang memerintah hampir 30 tahun itu.

Pakar sebelum ini menganggarkan Mubarak dan keluarga berkemungkinan mempunyai harta £43.5 bilion (RM210 bilion) dengan kebanyakan di bank Britain dan Switzerland atau dilabur dalam hartanah di London, New York, Los Angeles dan pantai di pesisir Laut Merah.

Sementara itu, seorang pegawai lapangan terbang Kaherah, berkata pihaknya menerima senarai nama pegawai yang dikaitkan dengan rejim Mubarak yang tidak dibenarkan keluar negara.

Beliau enggan mendedahkan nama dalam senarai itu tetapi berkata bekas Menteri Penerangan, Anas el-Fiqqi menghantar begnya ke lapangan terbang tetapi tidak muncul untuk penerbangannya ke London, kemungkinan selepas mendengar namanya dalam senarai berkenaan.

"Senarai nama itu dikeluarkan mungkin untuk mengelak mereka yang berkuasa sebelum ini daripada lari daripada dikenakan sebarang tindakan," kata pegawai lapangan terbang itu.

Pihak tentera yang kini berkuasa semalam melonggarkan perintah berkurung yang dikenakan sejak 18 hari lalu dan mengenakan larangan terhadap pegawai dan bekas pegawai kerajaan daripada meninggalkan negara itu. – AP/Agensi

Komen Anda

Terima kasih diatas penyertaan anda. Berita Harian berhak untuk tidak memaparkan sebarang komen yang menyentuh isu-isu sensitif dan yang berbentuk iklan komersil. Alamat IP anda akan direkodkan dan mungkin digunakan untuk menghalang penghantaran komen seterusnya jika melanggar peraturan yang ditetapkan.

Senarai komen


Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Pemimpin dunia kagum revolusi rakyat Mesir

Posted: 12 Feb 2011 12:00 PM PST

Dunia

Peralihan kuasa, proses demokrasi secara aman dipuji

PARIS: Pemimpin dunia memuji tindakan rakyat Mesir menjatuhkan Presiden Hosni Mubarak dan menyifatkan ia sebagai kejayaan bersejarah untuk kuasa rakyat serta demokrasi, manakala China dan Russia berharap negara itu beroleh kestabilan, semalam.

Ucapan tahniah kepada rakyat Mesir mencurah-curah sebaik Mubarak menyerahkan kuasanya kepada pemimpin tentera selepas 18 hari bantahan dilakukan rakyat Mesir menentang pemerintahan kuku besinya selama 30 tahun. Presiden Amerika Barack Obama berkata rakyat Mesir sudah bersuara dan ia boleh diselesaikan hanya dengan demokrasi yang sebenar.

Pasukan bersenjata kini perlu memastikan peralihan politik yang boleh diyakini rakyat Mesir, kata Obama yang turut memberi amaran mengenai cabaran hari-hari mendatang.

Setiausaha Agung Pertubuhan Bangsa-bangsa Bersatu (PBB) Ban Ki-moon memuji tindakan Mubarak yang tunduk kepada kehendak rakyat dan mengambil keputusan sukar demi rakyat Mesir.

Perdana Menteri Australia, Julia Gillard turut menyaran perubahan daripada peringkat asas bagi memastikan peluang dan kebebasan rakyat biasa Mesir dibuka.
China berharap peralihan kuasa itu akan mengembalikan kestabilan dan ketenteraman awam dengan akhbar berbahasa Inggeris China Daily memetik yang penunjuk perasaan antiMubarak menyebabkan kacau bilau.

Menteri Luar Russia turut menyarankan ke arah kestabilan.

"Kita harap dengan peristiwa terbaru ini dapat membantu mengekalkan kestabilan dan memastikan pihak berkuasa dapat menjalankan urusan seperti biasa," katanya.

Bagi Israel yang juga sekutu damai Mesir, pegawai kerajaan berkata:
"Kita berharap peralihan kepada demokrasi ini akan dilakukan dengan sebaiknya untuk Mesir dan jirannya, Israel," katanya.

Pegawai itu turut menekankan keperluan untuk mempertahankan perjanjian 1979 di antara Mesir dan Israel, ditandatangani dua tahun sebelum Mubarak mengambil alih kepemimpinan.

Canselor Jerman Angela Merkel berharap Mesir dapat meneruskan keamanan di Asia Barat, dengan perjanjian yang dibuat dengan Israel dihormati dan keselamatan Israel dijamin.

Perdana Menteri Jepun, Naoto Kan, yang juga penyumbang utama Mesir berkata: "Saya berharap kerajaan baru ini akan melahirkan demokrasi.

"Saya mahu Mesir terus memainkan peranan membina di Asia Barat,".

Dalam kenyataan bersama Ketua Suruhanjaya Eropah, Jose Manuel Barroso, Ketua Polisi Luar Kesatuan Eropah (EU) Catherine Ashton dan Presiden EU Herman Van Rompuy, turut menyanjung semangat rakyat Mesir.

"Kami menyeru pihak tentera terus bertindak dengan penuh tanggungjawab dan memastikan perubahan demokrasi mengambil tempat dengan aman," kata mereka.

Presiden Perancis Nicolas Sarkozy turut memuji tindakan dan semangat Mubarak untuk berundur.

"Perancis menyeru semua rakyat Mesir berarak untuk kebebasan."

Perdana Menteri Britain David Cameron mengajak untuk membebaskan Mesir menerusi demokrasi, manakala Perdana Menteri Kanada Stephen Harper menekankan pentingnya pilihan raya yang bebas dan adil serta menghormati hak asasi manusia termasuk golongan minoriti.

Presiden Afrika Selatan, Jacob Zuma memuji tindakan Mubarak yang berfikiran seperti pemimpin yang mengutamakan rakyat melebihi kepentingannya.

Gelombang kegembiraan melanda bandar Arab sebaik saja berita pengunduran Mubarak tersebar dengan orang ramai keluar di jalanan untuk meraikan berita gembira itu dari Gaza ke Beirut.

Dari Semenanjung Gaza, jurucakap Hamas, Sami Abu Zuhri memuji kejayaan terhadap revolusi Mesir dengan sambutan bagi melahirkan kegembiraan diadakan di segenap penjuru kawasan itu. – AFP


Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Sindikasi international.okezone.com

Sindikasi international.okezone.com


Inggris Dorong Perdamaian di Timur Tengah

Posted: 12 Feb 2011 04:09 AM PST

LONDON – Menteri Luar Negeri (Menlu) Inggris William Hague mengatakan kemunduran Presiden Husni Mubarak seharusnya "menyentak" Israel dan Palestina untuk mencari upaya baru dalam membuat penyelesaian perdamaian Timur Tengah.

Hague mengakui revolusi yang terjadi di Mesir dan Tunisia, dimana Presiden Zine al-Abidine Bin Ali juga dipaksa mundur, dapat mempersulit pencarian perdamaian di Timur Tengah.

Walaupun demikian, Hague memperingatkan bahwa waktu sudah habis untuk perjanjian berdasarkan solusi dua negara jika Israel terus melanggar batas teritori Palestina.

Israel secara khusus melihat Mubarak sebagai penstabil wilayah tersebut dan sebagai penjamin perjanjian perdamaian antara Israel-Mesir selama 30 tahun.
Hague menekankan bahwa kedua negara tersebut tidak perlu takut akan kebangkitan demokrasi di Arab dan meminta Israel dan Palestina untuk kembali melakukan perundingan yang mereka hentikan September lalu.

"Apa yang seharusnya ditakuti bukanlah demokrasi melainkan ketidakpastian dan ketidakstabilan yang mengancam para pemimpin negara dan kita hanya akan menghadapi satu hal dalam satu waktu," kata Hague pada stasiun radio BBC seperti dikutip Your Local Guardian, Sabtu (12/2/2011).

"Satu hal baik yang mungkin bisa kita ambil dari apa yang terjadi di Mesir dan Tunisia adalah para pembuat kebijakan di Israel dan Palestinian akan terkejut melihat bahwa saat ini sangat penting untuk melakukan perundingan karena dalam beberapa tahun ke depan solusi dua negara akan lebih sulit dicapai.

"Penting sekali bagi Israel dan Palestina untuk berkompromi. Sayangnya, tidak satupun dari kedua negara tersebut siap melakukan hal ini dan saya harap kejadian di Mesir dan Tunisia akan mendorong mereka melakukan hal ini," ujarnya.(ahm)

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Bahrain Kumpulkan Donasi untuk Mesir

Posted: 12 Feb 2011 02:40 AM PST

BAHRAIN – Lembaga politik di Bahrain menyatakan akan mengumpulkan dana untuk membantu rakyat Mesir yang telah berjuang dan menghabiskan lebih dari dua pekan berdemo tanpa mendapat penghasilan.

Lembaga Aksi Demokrat Nasional (Wa'ad) mengatakan tadi malam bahwa mereka akan mengumpulkan sumbangan untuk keluarga syuhada dan mereka yang mengikuti demonstrasi di Mesir.

"Ini adalah momen yang membahagiakan. Kami berencana mengumpulkan sumbangan di Bahrain yang akan dikirim langsung ke kelompok pemuda di Mesir," ujar Sekjen Wa'ad Ibrahim Sharif.

Sharif mengungkapkan pada Gulf Daily News seperti dikutip Trade Arabia News, Sabtu (12/2/2011), bahwa banyak pemuda yang kehilangan pekerjaan setelah berdemonstrasi memperjuangkan demokrasi selama beberapa minggu.

"Mereka benar-benar tidak memiliki uang dan membutuhkan bantuan. Kami ingin menolong mereka disaat bersejarah ini. Bukan hanya kelompok pemuda tapi juga keluarga para syuhada yang akan menerima donasi dari Bahrain ini," kata Sharif.
"Kami meminta warga Bahrain untuk memberikan donasinya dan menoloh rakyat Mesir yang harus membangun kembali bangsa yang bebas."

Masyarakat Islam Nasional Al Wefaq memberikan ucapan selamat pada rakyat Mesir yang telah berjuang untuk demokrasi. Wa'ad menyebarkan pin bertuliskan "Free Egypt" saat melakukan aksi damai di Bahrain pekan lalu sebagai solidaritas terhadap kelompok pro demokrasi di Kairo.(ahm)

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.