Khamis, 22 November 2012

ANTARA - Berita Terkini

ANTARA - Berita Terkini


LIPI kukuhkan tiga profesor riset

Posted: 22 Nov 2012 07:29 PM PST

Jakarta (ANTARA News) - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada Jumat mengukuhkan tiga profesor riset baru di bidang oseanografi, kimia organik dan antropologi di Jakarta.

Sam Wouthuyzen, yang dikukuhkan menjadi profesor riset bidang oseanografi, memaparkan orasi ilmiah tentang pemanfaatan inderaja untuk pemetaan, pemantauan, evaluasi dan pengelolaan wilayah pesisir Indonesia.

Sam antara lain menjelaskan tentang pemanfaatan inderaja dengan teknik penginderaan jauh dan penggunaan data satelit multi-temporal efektif.

"Teknologi ini memberikan informasi penting dalam skala ruang dan waktu yang dibutuhkan, mengingat wilayah pesisir dan pulau kecil Indonesia sangat luas," jelas dia.

Muhammad Hanafi, yang dikukuhkan menjadi profesor riset bidang kimia organik, menyampaikan orasi ilmiah berjudul "Pengembangan Bahan Alam untuk Obat Baru Antikanker dan Antikolestrol."

Muhammad Hanafi mengisolasi senyawa aktif dari tumbuhan maupun mikroba seperti Garcinia, Curcuma, Hedoytis, Pseudomonas, dan Streptomyces.

Hasil isolasi berupa kalanon, UK-3A dan phenazina serta sintesis turunan dan analognya berpotensi menghambat pertumbuhan sel kanker. "Uji praklinis senyawa mampu menurunkan kanker," tukas Hanafi.

Sementara profesor riset bidang antropologi, Yekti Maunati, memberikan orasi ilmiah berjudul "Identitas Etnik Minoritas di Perbatasan Asia Tenggara."

Yekti menjelaskan identitas sering muncul ketika kelompok merasa terancam. Biasanya sering terjadi pada kelompok etnis minoritas di perbatasan seperti orang-orang Ulu Padas di wilayah perbatasan Kalimantan Timur, Sabah, dan Serawak.

"Identitas Ulu Padas telah tumbuh di wilayah perbatasan maupun Malaysia. Meskipun wilayah Ulu Padas itu kecil, tetapi kemunculan jaringan translokal Dayak yang memberikan perhatian pada masalah lingkungan dan pemeliharaan budaya tampak jelas," kata Yekti.

(I025)

Editor: Maryati

COPYRIGHT © 2012

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Seekor lumba-lumba mati saat dipindahkan ke Singapura

Posted: 22 Nov 2012 07:22 PM PST

Lumba-lumba hidung botol (Tursiops truncatus) hidup di perairan hangat. (www.wikipedia.org)

Berita Terkait

Singapura (ANTARA News) - Seekor lumba-luma mati saat dipindahkan dari Filipina menuju Marine Life Park di Resort World Sentosa di Singapura.

Lumba-lumba jantan yang diberi nama Wen Wen itu, diperkirakan berusia 10 tahun ini.

Wen Wen mati kurang dari satu jam sebelum pesawat yang mengangkutnya dari Filipina mendarat di Singapura, Kamis, demikian laporan Channel NewsAsia.

Dalam penerbangan selama tiga jam itu, terdapat 11 lumba-lumba dari Filipina tempat mamalia laut itu dipelihara untuk dilatih.

Sebelumnya, sebanyak 14 lumba-lumba sudah diangkut pada awal pekan ini ke Marine Life Park, yang memiliki aquarium air asin terbesar di dunia yang menjadi tempat tinggal 100.000 hewan laut.

Marine Life Park menyatakan ada dua dokter hewan mamalia laut dan delapan ahli mamalia laut yang menyertai serta memantau semua ikan lumba-lumba tersebut.

Semua hewan laut itu menjalani pemeriksaan medis secara cermat dan dipandang sehat sebelum berangkat.

Kelompok penyayang binatang Animal Concern Research and Education Society menyatakan sedih dengan kematian lumba-lumba itu dan mendesak pengelola tempat pelancongan agar merehabilitasi dan melepaskan sisa ikan lumba-lumba kembali ke perairan Kepulauan Solomon.

Xinhua melaporkan lumba-lumba hidung botol itu rencananya akan tampil pada tahun depan.

Tapi, hewan tersebut telah menjadi sumber pertikaian dalam beberapa bulan belakangan, saat pegiat penyayang binatang melancarkan beberapa upaya untuk mencegah lumba-lumba tersebut dibawa ke Singapura.

(C003)

Editor: Heppy

COPYRIGHT © 2012

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Tiada ulasan:

Catat Ulasan