Selasa, 30 Oktober 2012

Republika Online

Republika Online


Ingin Sehat? Konsumsilah Makanan Alami

Posted: 30 Oct 2012 04:31 PM PDT

REPUBLIKA.CO.ID, PANDEGLANG -- Saat ini, banyak berjangkit penyakit yang diderita oleh masyarakat. Salah satu faktor penyebabnya adalah makanan. Karena itu, untuk menjaga kesehatan, masyarakat perlu memerhatikan asupan makanan tiap hari.

Masalah inilah yang menjadi perhatian Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang, Iskandar. Dia mengajak masyarakat setempat untuk kembali mengonsumsi makanan alami guna menghindari gangguan kesehatan. "Saya mengajak masyarakat kembali mengonsumsi makanan alami, karena selain bebas bahan berbahaya juga banyak tersedia di Pandeglang," katanya di Pandeglang, Selasa (30/10).

Saat ini, kata dia, ada kecenderungan masyarakat lebih senang mengonsumsi makanan produksi pabrikan, terutama yang instan, padahal dari faktor kesehatan kurang baik. Dalam makanan instan, kata dia, bisa saja mengandung bahan yang kurang baik bagi kesehatan dan bisa mendorong timbulnya penyakit tertentu.

Kondisi itu, kata dia, sangat jauh berbeda dengan makanan alami yang bebas dari campuran bahan apapun, sehingga tidak akan menimbulkan gangguan kesehatan ketika mengonsumsinya. Menurut dia, banyak makanan alami yang mengandung gizi dan aman dikonsumsi masyarakat, seperti singkong, talas, sukun, pisang dan jenis buah dan umbi-umbian lainnya.

"Makanan alami itu dimakan apa adanya tanpa diolah pun sudah enak, apalagi kalau masyarakat mau berkreasi mengolahnya akan lebih enak lagi, dan tidak kalah dengan produksi pabrikan," ujarnya.

Pemerintah Kabupaten Pandeglang, juga terus mendorong masyarakat, terutama kalangan ibu rumah tangga di daerah itu, untuk menciptakan menu makanan berbahan baku potensi lokal. "Kita bekerja sama dengan Tim Penggerak PKK Kabupaten Pandeglang, secara rutin menggelar lomba menciptakan makanan khas yang memiliki gizi tinggi, yang bahan bakunya dari potensi lokal," kata Bupati Pandeglang Erwan Kurtubi.

Usia 30 Tahun, Wanita Disarankan Berhenti Merokok

Posted: 30 Oct 2012 04:18 PM PDT

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON  --  Merokok meningkatkan risiko kematian lebih awal. Namun, penelitian yang baru-baru ini dilakukan di Inggris menunjukkan wanita yang berhenti merokok pada usia 30 tahun menghilangkan peningkatan risiko kematian dini hingga 90 persen.

"Mereka yang berhenti merokok sewaktu berusia 30 tahun dapat memotong risiko kematian dini tersebut," kata salah satu peneliti, Sir Richard Peto, seperti dikutip dari Medical News Today, Rabu (31/10). Sejumlah peneliti dari Oxford University melakukan riset terhadap 1,3 juta wanita di Inggris. Usia mereka berkisar 50-65 tahun.

Sebanyak 20 persen partisipan adalah perokok aktif, 28 persennya mantan perokok, dan 52 persennya wanita yang tak pernah merokok. Dalam kurun waktu 1996-2001, peneliti mendata secara rinci status perokok wanita tersebut, gaya hidupnya, kondisi medis, dan faktor sosialnya.

Dua belas tahun kemudian, para peneliti mendata kondisi seluruh wanita tersebut. Khususnya untuk mengetahui siapa saja peserta yang meninggal dan apa penyebab kematiannya. Peneliti menemukan partisipan perokok aktif meninggal sekitar 10 tahun lebih awal daripada partisipan perempuan yang tidak merokok.

Dua pertiga dari perokok wanita yang terus kecanduan merokok hingga di atas 40 tahun biasanya meninggal pada usia 50 tahun, 60 tahun, dan 70 tahun. Mereka meninggal karena terserang penyakit kanker paru-paru kronis, penyakit jantung, dan stroke. Di Inggris dan Amerika Serikat, perempuan kelahiran 1940 menjadi generasi pertama yang merokok hingga sepanjang hidupnya.

Peto menemukan risiko kematian pada perempuan perokok aktif meningkat tajam sejalan dengan setiap batang rokok yang dihisapnya. Perempuan yang merokok hingga sembilan batang per hari memiliki risiko kematian dini dua kali lipat lebih cepat. Penelitian yang dilakukan belasan tahun ini didanai oleh Cancer Research UK, the Medical Research Council, dan Health and Safety Executive UK.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan