Selasa, 30 Oktober 2012

ANTARA - Mancanegara

ANTARA - Mancanegara


Jenderal AU Suriah ditembak mati

Posted: 30 Oct 2012 07:41 PM PDT

Ilustrasi (REUTERS/Osman Orsal)

Berita Terkait

Moskow (ANTARA News) - Seorang jenderal Angkatan Udara (AU) terkemuka Suriah, Abdullah Mahmud al-Khalidi, Senin malam, ditembak mati di utara Damaskus saat ia pulang ke rumah dari seorang teman, demikian laporan Al-Arabiya, Selasa.

Tentara Pembebasan Suriah (FSA) telah mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan pejabat tinggi militer, salah satu ahli terkemuka Suriah di bidang penerbangan itu.

"Dalam konteks operasi terhadap rezim kriminal, Batalion Sahid Rukn al-Din pada Senin membunuh Jenderal Angkatan Udara Abdullah Mahmud al-Khalidi. Dia bertanggung jawab atas pelatihan di Angkatan Udara," kata FSA seperti dikutip pada halaman Facebook-nya.

Kelompok pemberontak itu menambahkan bahwa pihaknya juga membunuh petugas intelijen Angkatan Udara Sersan Ahmed Abdul Haq, dan mengeluarkan peringatan terhadap "semua orang yang bekerja sama dengan rezim."

Pihak berwenang Suriah baru-baru ini mengintensifkan penggunaan pesawat tempur melawan pasukan pemberontak dan pembunuhan Jenderal al-Khalidi terjadi di tengah gencatan senjata yang gagal selama liburan Adha Idul Adha yang ditandai dengan serangan udara di Damaskus.

Para aktivis oposisi Suriah mengatakan 150 orang tewas pada Jumat, hari gencatan senjata seharusnya berlaku, dan lebih dari 130 kematian dilaporkan pada Sabtu pada saat pesawat tempur rezim menghantam Damaskus.
(H-AK)

Editor: Ella Syafputri

COPYRIGHT © 2012

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Komentar Pembaca

Kirim Komentar

Iran minta pengakuan "hak" atas nuklir

Posted: 30 Oct 2012 07:19 PM PDT

Ilustrasi bendera Iran (www.wikipedia.org)

Berita Terkait

Teheran (ANTARA News) - Saat harapan berkembang bagi penyelesaian sengketa nuklir Iran melalui cara diplomatik, negara Persia itu berkeras meminta pengakuan atas "hak nuklirnya".

Kelompok P5+1, lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB ditambah Jerman, dan Iran telah terlibat dalam perundingan alot mengenai program nuklir kontroversial selama lima tahun terakhir, tapi tak ada terobosan yang dihasilkan dari pembicaraan intensif.

Barat telah menuduh Iran secara diam-diam mengembangkan senjata nuklir dengan kedok sipil, tuduhan yang selalu dibantah oleh Teheran.

Menurut laporan Barat pada Selasa (30/10), Uni Eropa dan Amerika Serikat "sangat mengharapkan" penyelesaian diplomatik bagi masalah nuklir Iran, demikian laporan Xinhua--yang dipantau ANTARA di Jakarta, Rabu pagi.

Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Catherine Ashton, Selasa, mengatakan ia berencana bertemu dengan Kepala Perunding Nuklir Iran Saeed Jalili "dalam waktu dekat", kata laporan tersebut.

Selain itu, Menteri Luar Negeri AS juga "menyampaikan harapan "pada hari itu bahwa Republik Islam tersebut dapat "meraih kesempatan penyelesaian diplomatik bagi masalah nuklirnya".

Wakil Menteri Luar Negeri Iran Urusan Asia dan Oceania Abbas Araghchi, Selasa, mengatakan negaranya mengharapkan "keberhasilan" babak berikutnya pembicaraan nuklir dengan besar dunia, kata Press TV.

Araghchi menyampaikan optimisme bahwa babak berikutnya perundingan antara Iran dan P5+1 mengenai program nuklir negeri itu akan dilandasi atas "i`tikad baik dan akan berakhir dalam keberhasilan", kata laporan tersebut.

"Semua fasilitas (yang diperlukan) dan kesempatan bagi penyelesaian damai masalah antara kedua pihak (tentang program nuklir Iran) tersedia, jika P5+1 memperlihatkan i`tikad baik pada babak berikut pembicaraan dengan Iran," kata Araghchi sebagaimana dikutip.

Sementara itu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Ramin Mehmanparast, Selasa, mengatakan guna menyelesaikan masalah nuklir tersebut, P5+1 mesti memiliki pendekatan "logis" ke arah program nuklir Iran dan hak nuklir Iran, termasuk hak untuk membuat bahan bakar bagi kegiatan nuklir damai, yang mesti diakui.

Iran telah menawarkan pandangannya "secara jelas" dalam pembicaraan terdahulu dengan P5+1 dan telah mengajukan sejumlah usul serta menunggu tanggapan mereka, kata Mehmanparast.

Setelah Iran dan P5+1 menyelenggarakan pembicaraan intensif di Moskow, Rusia, pada 18-19 Juni, mereka sepakat untuk bertemu lagi di Istanbul, Turki, pada Juli pada tingkat ahli. Menurut Ali Baqeri, Wakil Perunding Nuklir Iran, pembicaraan di Istanbul "positif".

Namun, tak ada tanggal dan tempat yang ditetapkan bagi perundingan tingkat tinggi lebih lanjut.

(C003)

Editor: Ella Syafputri

COPYRIGHT © 2012

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Komentar Pembaca

Kirim Komentar

Tiada ulasan:

Catat Ulasan