Jumaat, 29 Julai 2011

KOMPAS.com - Nasional

KOMPAS.com - Nasional


SBY Nikmati Tontonan Wayang Orang

Posted: 29 Jul 2011 06:06 PM PDT

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tampak antusias menyaksikan pentas wayang orang bertajuk "Banjaran Gatotkaca" yang digelar di Istana Negara, Jakarta, Jumat (29/7/2011) malam.

Pentas "Banjaran Gatotkaca" yang pernah dipentaskan di Gedung Opera Sydney, Australia, pada Desember 2010 bercerita mengenai tiga babakan penting dalam kehidupan Gatotkaca—sekitar kelahirannya yang menimbulkan kesedihan karena tali pusarnya sulit dipotong, sekitar percintaannya dengan anak Arjuna, Pergiwo, dan saat gugurnya dalam Perang Besar Bharatayuda. "Presiden sangat menikmatinya," kata Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik kepada para wartawan seusai pementasan. Jero turut ambil bagian dalam pementasan tersebut dengan memainkan karakter Batara Guru.

Turut hadir pada pementasan tersebut Ibu Ani Yudhoyono, Wakil Presiden Boediono, Ibu Herawati Boediono, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto, Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi, Menteri Pendidikan Nasional M Nuh, Kepala Polri Jenderal Timur Pradopo, para duta besar negara sahabat, dan lainnya.

Jero mengatakan, sejak kecil, baik Presiden, Wapres, dan juga dirinya, telah "kenyang" menonton pementasan wayang. "Kami telah mendapati filsafat wayang. Tak ada yang instan dalam hidup ini. Semuanya harus melalui tahapan-tahapannya. Seperti Gatotkaca. Sebelum menjadi panglima perang, dia harus berlatih. Dari bayi sudah dicemplungkan ke kawah candradimuka," katanya.

Seusai pementasan, Presiden, Ibu Ani, Boediono, dan Ibu Herawati, langsung bersalaman dengan para pemain. Beberapa pemain yang tampil pada malam tersebut, antara lain, Menteri Koperasi dan UKM Syarif Hasan, Ali Marsudi (Arjuna), Teguh Kenthus Ampiranto (Adipati Karna), Nanang Riswandi (Gatotkaca), serta sejumlah selebriti, seperti Aylawati Sarwono (Pergiwo) dan Tuti Roosdiono (Arimbi).

Ibu Ani dan Ibu Herawati juga memberikan karangan bunga kepada dua orang perwakilan pemain. Seusai pemberian karangan bunga, Presiden, Ibu Ani, Wapres, dan Ibu Herawati sempat berfoto bersama para pemain. Pementasan wayang yang disutradarai oleh D Supono ini berlangsung selama sekitar dua jam.

Pesan untuk pemimpin

Pada pementasan tersebut, Jero melakukan improvisasi dengan memberikan nasehat ketika menikahkan Gatotkaca dengan Pergiwo. "Pemimpin jangan takut dikritik. Karena selalu ada orang yang mengkritik dari pagi sampai pagi," katanya.

Seusai pementasan, Jero memang mengaku melakukan improvisasi terkait adegan tersebut. Namun, Jero mengatakan bahwa pesan tersebut berlaku untuk semua pemimpin.

Ketua Panitia Sudi Silalahi mengatakan, pementasan ini merupakan bagian dari Peringatan HUT ke-66 RI yang jatuh pada tanggal 17 Agustus 2011. Acara ini juga bagian dari upaya pemerintah untuk melestarikan budaya Indonesia. "Ini harus tetap kita pelihara dan lestarikan karena mengandung banyak pelajaran moral, etika, semangat kepahlawanan, dan lainnya," kata Sudi.

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by Used Car Search.

Pertama Kali Main Wayang, Jero Tak Grogi

Posted: 29 Jul 2011 04:51 PM PDT

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik turut ambil bagian pada pentas wayang orang "Banjaran Gatotkaca" yang digelar di Istana Negara, Jakarta, Jumat (29/7/2011).

Pentas wayang yang diprakarsai Wayang Orang Indonesia Pusaka pimpinan Jaya Suprana ini turut ditonton Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Ibu Negara Ani Yudhoyono, Wakil Presiden Boediono, Ibu Herawati Boediono, beberapa anggota Kabinet Indonesia Bersatu II, para duta besar negara sahabat, serta undangan lainnya.

Jero, yang berperan sebagai Batara Guru pada pentas yang berlangsung sekitar 120 menit tersebut, mengaku tak grogi. Padahal, menurut pengakuan politisi Partai Demokrat ini, dirinya baru pertama kali tampil pada pentas wayang orang. "Tidak grogilah," kata Jero berseri kepada para wartawan seusai pementasan.

Kendati demikian, Jero, yang hanya berlatih dua kali, mengaku bahwa tampil pada pementasan wayang orang tak mudah. Pasalnya, para diharapkan dapat melakukan improvisasi. "Tak ada teks lengkap. Tapi itulah seni wayang orang," katanya.

Beruntung, Jero telah bersentuhan dengan dunia seni sejak lama. Pria kelahiran Bali pada 24 April 1949 ini mengaku memiliki dasar tari bali dan seni musik gamelan. Alumni Institut Teknologi Bandung ini juga mengaku telah "kenyang" nonton wayang sejak kecil.

Dikatakannya, wayang memiliki nilai-nilai filosofis. "Tak ada yang instan dalam hidup ini. Semuanya harus melalui tahapan-tahapannya. Seperti Gatotkaca. Sebelum menjadi panglima perang, dia harus berlatih. Dari bayi sudah dicemplungkan ke kawah candradimuka," katanya.

Jero pun sempat mengutarakan kepeduliannya terhadap nasib wayang orang. Saat ini, animo masyarakat terhadap wayang orang telah menurun. Akibatnya, minat para pemain pun ikutan menurun. Maka itu, dirinya tak segan-segan untuk turut ambil bagian dalam pementasan itu. "Wayang telah diakui sebagai intangible world cultural heritage (warisan budaya dunia takbenda) oleh UNESCO. Maka itu kita wajib mengembangkan dan melestarikan wayang. Saat ini ada festival wayang cilik, wayang remaja, dan lainnya," kata Jero.

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by Used Car Search.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan