Jumaat, 29 Julai 2011

ANTARA - Mancanegara

ANTARA - Mancanegara


Al Qaida Bunuh Kepala Militer Pemberontak Libya ?

Posted: 29 Jul 2011 08:28 PM PDT

Tripoli (ANTARA News) - Rezim pemimpin Libya Muamar Gaddafi menyebutkan bahwa Al Qaida berada di balik pembunuhan Jenderal Abdel Fatah Yunis, kepala tentara pemberontak Libya.

"Dengan tindakan ini, Al Qaida ingin menandai kehadiran dan pengaruhnya di daerah ini, timur Libya yang dikendalikan oleh pemberontak yang berjuang untuk menggulingkan Gaddafi," kata Juru Bicara Gaddafi, Moussa Ibrahim kepada wartawan.

"Para anggota lain dari Dewan Transisi Nasional (NTC/pemberontak) tahu tentang hal ini, tetapi tidak bisa bereaksi karena mereka takut Al Qaida," tambahnya.

Pembunuhan Yunis merupakan bukti terbaru bahwa NTC tidak punya kekuatan di Benghazi. "Ini adalah Al Qaida yang memiliki kekuasaan di timur," katanya.

Benghazi adalah kota pemberontak yang juga disebut sebagai benteng pertahanan mereka.

Pasukan Gaddafi telah membunuh 200 pejuang Al Qaida dalam pertempuran dekat pelabuhan minyak Brega, barat Benghazi, kata Ibrahim.

Pada Jumat pagi, salah satu tokoh senior oposisi di Benghazi menuduh Gaddafi memainkan peran dalam pembunuhan tersebut.

"Semua ini adalah tanda-tanda Gaddafi berada di belakangnya," kata pejabat yang meminta tidak disebut namanya itu kepada AFP.

Pelabuhan minyak timur strategis Brega telah menjadi salah satu front utama dalam pertempuran terakhir antara kedua pihak.
(AK)

Editor: Bambang

COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by Used Car Search.

Pemimpin Militer Turki Mundur Karena Perselisihan

Posted: 29 Jul 2011 04:44 PM PDT

Ankara (ANTARA News/AFP) - Kepala staf militer Turki dan seluruh komando militernya mundur akibat perselisihan dengan pemerintah soal promosi bagi para jenderal yang ditahan karena yang diduga komplotan anti-pemerintah, menurut laporan media, Jumat.

Jenderal Isik Kosaner mundur setelah beberapa pertemuan dalam beberapa hari belakangan ini dengan Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan, sebelum pertemuan pada awal Agustus dari komando tinggi militer yang akan memutuskan mengenai promosi bagi para perwira senior negara itu.

Seperti halnya Kosaner, komandan angkatan darat, angkatan udara dan angkatan laut juga mundur, NTV dan CNN Turki melaporkan, hal yang belum pernah terjadi sebelumnya di Turki, negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

Pemerintah Turki sekarang ini menahan 43 perwira, sebagai bagian dari penyelidikan terhadap yang diduga komplotan untuk menjatuhkan Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP), cabang moderat dari gerakan Islam yang dilarang, yang kini berkuasa di negara itu.

Beberapa dari para perwira senior yang ditahan itu telah pensiun.

Tapi beberapa pejabat senior dalam militer telah berupaya agar para perwira yang masih berdinas dipromosikan, meskipun mereka dalam tahanan.

Pemerintah bersikeras bahwa mereka akan dipaksa untuk pensiun.

Sekarang sejumlah anggota komando tinggi yang mundur Jumat mendapati diri mereka diminta untuk pensiun dini, kantor berita Anatolia melaporkan.

Pengunduran diri massal yang dramatis itu memiliki gaung khusus di Turki, yang kudeta militernya yang acap kali terjadi diikuti periode represi pada 1960, 1971 dan 1980.

Pada 1967, kampanye yang dipimpin militer, yang sejak awal menganggap diri mereka sebagai pengawal sekularisme Turki, telah mamaksa pengunduran diri pemerintah yang dipimpin partai Islam pertama di negara sekutu Amerika Serikat itu.

Partai berakar Islam AKP yang kini memerintah Turki, negara sekuler yang sebagian besar penduduknya Muslim, telah berkuasa sejak 2002.

(Uu.S008)

Editor: Ruslan Burhani

COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by Used Car Search.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan