Jumaat, 23 November 2012

Sindikasi international.okezone.com

Sindikasi international.okezone.com


Obama Ingin Laut China Selatan yang Stabil

Posted: 23 Nov 2012 05:09 AM PST

JAKARTA - Sikap hati-hati Obama dalam menyikapi konflik di Laut China Selatan diartikan sebagai upaya Obama untuk memelihara kestabilan keamanan di wilayah tersebut. Kestabilan keamanan di wilayah Laut China Selatan dipandang Amerika Serikat (AS) sebagai salah kepentingan utamanya di kawasan Asia Tenggara.

"AS ingin ada jaminan kebebasan lalu lintas laut di wilayah Laut China Selatan, baik untuk kepentingan ekonomi maupun militer", ujar Vikram Nehru, pengamat kawasan Asia Tenggara dari lembaga think tank, Carnegie Endowment for International Peace (CEIP), di Wisma Bakrie, Jakarta, Jumat (23/11/2012).

AS dalam konflik Laut China Selatan memilih untuk tidak memihak ke salah satu negara yang bersengketa, walaupun begiitu AS mendorong negara-negara yang bersengketa tersebut lebih mengutamakan jalur diplomasi untuk menyelesaikan masalahnya. AS khawatir penggunakan aksi kekerasan dapat mengganggu kestabilan di wilayah tersebut.

Konflik Laut China Selatan terjadi karena adanya sengketa atas hak kepemilikan Kepulauan Spratly. China menyatakan seluruh wilayah Kepulauan Spratly dan perairan di sekitarnya sebagai wilayahnya. Namun beberapa negara Asia Tenggara seperti Filipina, Vietnam, Brunei, dan Malaysia juga memiliki klaim atas wilayah Kepulauan tersebut.

"Saya rasa China akan melunakkan sikapnya dan menyetujui Code of Conduct yang diusulkan oleh Indonesia", tambah Nehru yang merupakan cucu dari salah satu founding father Negara India, Jawaharlal Nehru.

Code of Conduct adalah kesepakatan yang mengikat yang mencegah digunakannya aksi kekerasan dalam menyelesaikan konflik di Laut China Selatan. Code of Conduct ini diusulkan oleh Menteri Luar Negeri Indonesia, Marty Natalegawa.

"AS sangat mendukung upaya Indonesia yang terus mendorong disepakatinya Code of Conduct", terang Nehru. Code of Conduct tersebuty sejalan dengan kepentingan AS yang menginginkan kestabilan di kawasan Laut China Selatan.(AUL)

Terkait Misil Patriot, Turki Anggap Rusia Salah

Posted: 23 Nov 2012 04:04 AM PST

ISLAMABAD - Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan menilai, ucapan Rusia mengenai pengerahan Misil Patriot North Atlantic Treaty Organization (NATO) di Turki, salah. Erdogan menganggap ucapan itu sama halnya dengan mengintervensi urusan domestik Turki.

"Saya mendengar, pernyataan Rusia mengenai isu ini sangat tidak benar. Isu itu adalah isu penempatan misil untuk urusan pertahanan," ujar Erdogan, seperti dikutip Milliet, Jumat (23/11/2012).

"Ini adalah langkah yang diambil untuk mewaspadai munculnya serangan dari Suriah," tambahnya.

Sebelumnya, Moskow memperingatkan Turki bahwa Misil Patriot yang akan ditempatkan di perbatasan Suriah akan menciptakan marabahaya. Langkah itu juga tidak akan menyelesaikan masalah politik yang muncul di kawasan.

"Militerisasi perbatasan Suriah dan Turki tentu saja akan menciptakan kekhawatiran. Langkah itu tidak akan memunculkan optimisme dalam penyelesaian masalah politik yang ada," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Alexander Lukashevich.

Lukashevich turut berpendapat, langkah Turki dapat memicu oposisi Suriah untuk mengintensifkan serangannya ke para pasukan Suriah dan menolak dialog. Selain memperingatkan Turki, Lukashevich turut mengkritisi Sekretaris Jendral NATO Anders Fogh Rasmussen, terkait pengerahan misil itu, namun Rasmussen membela diri.

Rasmussen menjelaskan, Misil Patriot di perbatasan Suriah akan digunakan untuk mempertahankan wilayah Turki dari serangan misil maupun serangan udara. Misil itu juga akan menjadi strategi penangkalan bagi serangan musuh dan memperkuat stabilitas pertahanan.(AUL)

Tiada ulasan:

Catat Ulasan