Jumaat, 23 November 2012

ANTARA - Peristiwa

ANTARA - Peristiwa


Hayono Isman: KPK di bawah tekanan politik

Posted: 23 Nov 2012 06:50 AM PST

Hayono Isman (FOTO ANTARA/Puspa Perwitasari)

Menurut saya, KPK berada di bawah tekanan politik. Justru dia menjalankan kebijakan BI pada saat itu untuk menyelamatkan perekonomian Indonesia pada 2008,"

Berita Terkait

Nusa Dua, Bali (ANTARA News) - Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Hayono Isman mengatakan bahwa KPK berada di bawah tekanan politik sehingga akhirnya menyebutkan nama mantan Gubernur BI berperan dalam pemberian dana talangan fasilitas pendanaan jangka pendek (FPJP) Bank Century.

"Menurut saya, KPK berada di bawah tekanan politik. Justru dia menjalankan kebijakan BI pada saat itu untuk menyelamatkan perekonomian Indonesia pada 2008," kata Hayono Isman usai Dialog Antaragama Parlemen Internasional di Nusa Dua, Jumat.

Dia mengaku terkejut ketika mengetahui nama Wakil Presiden disebut-sebut KPK berperan dalam kasus korupsi Bank Century.

Menurut dia, tindakan BI pada saat itu adalah benar.

"Kita boleh berbeda pendapat, tapi perlu diingat bahwa jatuhnya keuangan suatu negara itu dimulai dari bank kecil. Maka itu perlu diselematkan agar supaya jangan berkembang ke bank-bank yang besar," jelasnya.

Oleh karena itu, dia mendesak agar orang-orang yang terlibat dalam penyalahgunaaan kebijakan yang seharusnya diproses secara hukum.

Pada Rabu (21/11), Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abraham Samad meyakini peran Boediono, yang menjabat sebagai Gubernur BI pada periode Mei 2008 - Mei 2009, dalam pemberian dana talangan sebesar Rp6,7 triliun kepada Bank Century.

Hingga saat ini, KPK baru menetapkan secara resmi dua nama, yakni BM dan SF, sebagai tersangka dalam kasus korupsi pemberian FPJP kepada bank yang kini berganti nama menajdi Bank Mutiara itu.

Aliran dana Bank Century terjadi di saat krisis ekonomi global 2008. Pada saat itu, Pemerintah, melalui Menteri Keuangan Sri Mulyani, mengambil alih Bank Century yang gagal menggelontorkan dana sebesar Rp6,7 triliun. Namun kemudian dana talangan tersebut menjadi masalah.

KPK juga telah memeriksa Sri Mulyani dan Boediono sebagai saksi.
(F013/R007)

Editor: Ruslan Burhani

COPYRIGHT © 2012

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Kemdikbud bangun 29 pusat layanan autis

Posted: 23 Nov 2012 06:37 AM PST

Saat ini austis center sudah berdiri baru dibangun di lima tempat, yakni Malang Jatim, Riau, Jakarta, Bali dan Kalimantan Selatan,"

Berita Terkait

Jakarta (ANTARA News) - Kemdikbud akan membangun sebanyak 29 pusat pelayanan bagi anak-anak penderita autis di sejumlah kota di beberapa provinsi di Tanah Air hingga tahun 2013.

"Saat ini austis center sudah berdiri baru dibangun di lima tempat, yakni Malang Jatim, Riau, Jakarta, Bali dan Kalimantan Selatan," kata Dirjen Pendidikan Dasar Kemdikbud Suyanto pada acara Gelar Seni Anak Berkebutuhan Khusus di Bandung, Jumat.

Pembangunan Autis Center akan dilanjutkan pada tahun 2013 sebab tahun ini wakttu yang tersisa hanya tinggal dua bulan lagi," ungkapnya.

Lebih lanjut dikatakannya, pembangunan 24 autis center didanai dari APBN Perubahan karena waktunya sudah mendesak, maka Kemdikbud akan meminta izin pada Kementerian Keuangan untuk bisa memperpanjang penggunaan anggaran melampaui batas tahun anggaran.

Total dana untuk pembangunan 24 autis center tersebut sebesar Rp106 miliar, ujar Suyanto.

Sementara itu, Direktur Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus (PPKLK) Ditjen Dikdas Mudjito Ak mengatakan pusat layanan autis tersebut menurut rencana akan menjadi tempat bimbingan dan terapi psikologi yang membantu anak-anak bersosialisasi dengan anak sebaya mereka.

"Setiap anak, baik karena gangguan fisik atau mental berhak mendapatkan pendidikan seperti anak normal. Itulah arti pendidikan sejati, pendidikan yang benar-benar demokratis dan merdeka," kata Mudjito.

Pusat layanan autis nantinya memberikan terapi psikologi, terapi okupasi, terapi untuk membantu seseorang menguasai keterampilan motorik halus dengan lebih baik, melalui kegiatan menulis, menggambar, mewarnai, menggunting, menempel, mengancingkan baju dan lain-lainnya.

Mudjito berharap tidak ada sikap diskriminasi yang dilakukan lembaga pendidikan ketika menghadapi anak dengan kelainan fisik, emosional, mental serta sosial.

Penderita autis menurut Mudjito dari tahun ke tahun jumlahnya terus bertambah yakni dari semula 1 : 10 ribu, kemudian 1 : 5000 dan saat ini menjadi 1 : 1000.

"Kondisi tersebut sebagai akibat tekanan tinggi di sekitar lingkungan dan terjadi kerusakan lingkungan yang mendorong lahirnya anak-anak autis," katanya.
(Z003/R010)

Editor: Ruslan Burhani

COPYRIGHT © 2012

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Tiada ulasan:

Catat Ulasan