Rabu, 6 Jun 2012

KOMPAS.com - Internasional

KOMPAS.com - Internasional


Bocah Ini Meninggal, Minta Minum, Meninggal Lagi

Posted: 07 Jun 2012 04:17 AM PDT

BRASILIA, KOMPAS.com - Seorang bocah dua tahun yang sudah meninggal mendadak duduk di peti matinya. Ia lalu minta air minum sebelum kemudian tergeletak lagi tanpa nyawa, lapor sebuah situs berita Brasil seperti dikutip Mail Online, Rabu (6/6).

Dalam kasus yang tampaknya terlalu aneh untuk dapat dipercaya itu, situs ORM menyatakan, Kelvin Santos meninggal dalam pengobatan pneumonia yang dideritanya di sebuah rumah sakit di Belem, Brasil utara. Dia dinyatakan meninggal pada pukul 07.40 Jumat lalu. Jenazahnya diserahkan kepada keluarganya dalam sebuah kantong plastik.

Keluarga bocah itu membawa jenazahnya ke rumah. Keluarga yang berduka itu berjaga sepanjang malam, dan jenazah anak itu diletakkan di dalam sebuah peti mati terbuka.

Namun sejam sebelum pemakamannya yang dijadwalkan berlangsung pada hari Sabtu, anak itu mendadak bisa duduk di peti matinya dan berkata, "Ayah, saya boleh minta air minum?"

Ayahnya, Antonio Santos, mengatakan, "Semua orang mulai berteriak, kami tidak percaya mata kami. Kemudian kami pikir bahwa keajaiban telah terjadi dan anak kami hidup lagi. (Namun) Kemudian Kelvin tergeletak kembali, seperti sebelumnya. Kami tidak bisa membangunkannya. Dia sudah meninggal lagi."

Santos melarikan lagi putranya itu ke Rumah Sakit Aberlardo Santos di Belem. Di sana para dokter memeriksa ulang anak itu dan menegaskan, bocah itu tidak memiliki tanda-tanda kehidupan.

Ayah bocah itu mengatakan, "Mereka meyakinkan saya bahwa dia benar-benar sudah meninggal dan tidak memberi saya penjelasan tentang apa yang baru saja kami lihat dan dengar."

Keluarga anak itu memutuskan untuk menunda pemakaman selama satu jam dengan harapan bahwa ia akan bangun lagi. Namun mereka akhirnya menguburnya pada pukul 17.00 hari Sabtu itu di pemakaman setempat.

Yakin bahwa putranya merupakan korban malpraktik medis, Santos kini telah mendaftarkan laporannya ke polisi. Polisi pun telah meluncurkan penyelidikan.

Santos mengatakan, "Lima belas menit setelah membawa dia untuk resusitasi, mereka datang dan mengatakan bahwa dia sudah meninggal dan menyerahkan jenazahnya kepada saya. Mungkin mereka tidak memeriksanya dengan benar. Orang mati tidak bisa bangun dan berbicara. Saya bertekad untuk menemukan kebenaran."

Pemerintah lokal, Rabu, menegaskan, anak itu dirawat di rumah sakit dalam kondisi kritis dan dinyatakan meninggal setelah menderita gagal jantung.

Bocah 3 Tahun Hapal 150 Ibu Kota Negara

Posted: 07 Jun 2012 04:10 AM PDT

Bocah 3 Tahun Hapal 150 Ibu Kota Negara

L Sastra Wijaya | Agus Mulyadi | Kamis, 7 Juni 2012 | 11:10 WIB

SYDNEY, KOMPAS.com - Inikah anak terpandai di Australia saat ini? Demikian pertanyaan koran Australia The Daily Telegraph mengenai bocah berusia tiga tahun Sean Mathavan, yang sudah tahu 150 ibu kota negara di dunia.

Tidak itu saja, bocah asal Sydney ini juga sudah bisa membaca dan menulis, tahu perkalian (time tables), dan bisa menirukan alphabet menggunakan bahasa isyarat.

Ibunya, Seema Mathavan mengatakan putra satu-satunya tersebut, yang baru merayakan ulang tahun ketiga bulan lalu,  memiliki daya ingat  fotografi (photographic memory).

Seema mengatakan Sean mulai membaca buku sebelum dia berusia satu tahun, dan sekarang membaca buku untuk anak-anak SD. "Ketika dia lahir saya sudah tahu bahwa dia akan berbeda. Dia sangat awas dan selalu aktif. Dia penuh semangat belajar," tambah ibunya.

Tahun lalu, Sean menjalani tes yang menempatkan bocah ini dalam kategori superior. Atinya, kemampuannya dalam kategori 95 persen dibandingkan anak-anak lainnya.

Keluarga Mathavan ini sekarang sedang berencana mengirim putranya ke sekolah untuk anak-anak berbakat, dan ayahnya Edwars sudah berbicara mengenai bagaimana memupuk dan memelihara bakat Sean yang luar biasa tersebut.

"Kami ke perpustakaan tiap dua minggu sekali, dan setiap kali dia akan meminjam 20 buku. Kami khawatir, nanti tidak ada buku lagi sebelum dia mulai sekolah." kata Edward.

Sean masih terus belajar. Menurut ayahnya, satu hal yang sampai sekarang belum dimengerti adalah hal mengenai Antartika (Kutub Selatan). Sean masih belum paham mengapa benua tersebut tidak memiliki ibu kota. 

Tiada ulasan:

Catat Ulasan