Rabu, 13 Julai 2011

Republika Online

Republika Online


Resep Chef Fatmah: Siomay Bandung

Posted: 13 Jul 2011 04:37 PM PDT

Bahan:
500 gr  daging ikan tengiri, haluskan
2 sdm   bawang merah halus
1 sdm   bawang putih halus
2 sdt     lada halus
1 sdt     chicken powder
3 sdm   gula pasir
3 sdt     garam
1 sdm   minyak wijen
3 btr     telur
400 gr  labu siam, parut kasar, tiriskan
450 gr  sagu tani

Cara membuatnya:

  •     Aduk daging ikan halus dengan bumbu-bumbu halus, tuang telur, aduk rata.
  •     Tambahkan labu siam, aduk rata, lalu tuangkan tepung sagu, aduk rata lagi, sisihkan.
  •     Ambil satu lembar kulit siomay, isi dengan adonan ikan, lipat ketas, rapikan bentuk wiron. Taruh diatas loyang yg sudah dipoles minyak, kukus 20 menit.
  •     Rebus kentang ½ matang, kupas kulitnya, belah dua. Kerat-kerat bagian yg rata, beri adonan ikan. Kukus
  •     Potong pare, buang bijinya, isi dengan adonan ikan. Kukus 30 menit.
  •     Potong kotak tahu, goreng sebentar, kerat-kerat dengan gapru salah satu sisinya, tempelkan adonan ikan. Kukus 30 menit.
  •     Telur rebus belas dua, tempeli dengan adonan ikan. Kukus.

Halaman ini kerja sama Republika Online dengan Natural Cooking Club 

Resep di blog Anda ingin tampil di sini? Silakan kirim link-nya ke alamat email hikmah@rol.republika.co.id

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Cari Motivasi untuk Berhenti Merokok? Coba Temukan Teman 'Senasib'

Posted: 13 Jul 2011 03:01 AM PDT

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kesulitan utama dalam usaha berhenti merokok adalah minimnya motivasi untuk berhenti. Kondisi itu bisa ditanggulangi apabila seseorang yang ingin berhenti turut ambil bagian dalam terapi yang melibatkan individu lain yang juga sedang berupaya menghentikan kebiasaan itu.

Psikiatri RS Ciptomangun Kusumo, Jakarta, Dr. Slyvia. D Elvira, SpKJ (K), mengatakan kehadiran seseorang yang berniat berhenti merokok akan memunculkan sikap persamaan nasib. Persamaan ini secara otomatis menciptakan motivasi bagi individu untuk berhenti.

"Jangan lupa, adanya contoh konkrit bisa menjadi pendorong lho," kata dia kepada republika.co.id, seusai menghadiri peresmian Klinik Stop Rokok, Rumah Sakit Sahid Sahirman, Sudirman, Jakarta, Rabu (13/7).

Sylvia mengatakan persamaan nasib dan kehadiran contoh konkrit sosok yang berhasil berhenti merokok, selanjutnya menjadi dasar tata laksana terapi kelompok dalam paket terapi merokok. Menurut dia, sulit bagi individu untuk menjalani terapi tanpa kehadiran individu dengan persoalan yang sama. "Makanya, di barat, segala macam terapi pasti menyisipkan terapi kelompok dalam proses penyembuhan," kata dia.

Sebagai gambaran, papar Sylvia, dalam terapi berkelompok diagendakan materi berbagi pengalaman dan cerita individu yang tengah berusaha berhenti merokok. Pengalaman dan cerita itu selanjutnya menjadi bahasan dari para peserta.

Beberapa pembahasan misal, apakah langkah yang dilakukan sudah tepat atau belum. Lantas apa langkah selanjutnya. "Solusinya lantas muncul sendiri dari dalam pemikiran individu yang bersangkutan," kata dia.

Sementara, tugas psikolog, lanjut Sylvia, hanya mengarahkan dan memediasi. Sesekali, psikolog memberikan solusi apabila ada semacam kompleksitas yang dialami individu.

Kompleksitas yang dimaksud adalah persoalan yang belum bisa ditemukan solusinya oleh individu yang mengikuti terapi. "Prosesnya sederhana sekali," kata dia.

Namun, kata Sylvia, terapi kelompok ini membutuhkan komitmen yang kuat. Sebab, tidak mudah bagi individu untuk mengikuti. Apalagi, diawal individu cenderung menganggap remeh keberadaan terapi kelompok. "Komitmen akan membuat proses lebih mudah," kata dia.

Dr. Aulia Sani Sp.JP (K), FJCC, FIHA, FasCC, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah dari RS Sahid Sahirman, Jakarta mengatakan proses penyembuhan berintikan usaha untuk merubah gaya hidup. Kebiasaan merokok yang diubah merupakan upaya efektif untuk menghentikan kebiasaan itu. "Nah, konsistensi dan menyeluruh merupakan modal yang harus dimiliki setiap pribadi yang hendak sembuh," kata dia.

Dalam kasus terapi kelompok misalnya, keberhasilan individu tidak terlepas dari konsistensi yang dimaksud. Sebab, efektivitas kehadiran orang lain juga harus diikuti dengan kesadaran diri.

Ketika pribadi sudah komitmen maka prosesnya akan mudah. "Saya melihat persoalan ini yang paling mengganjal," kata dia.

Menyambung soal minimnya keberadaan terapi kelompok di Indonesia, Sylvia mengatakan kondisi itu tak lepas dari anggapan remeh masyarakat soal berhenti merokok. Menurut dia, tak sedikit individu yang mengatakan proses berhenti merokok bisa dilakukan sendiri.

"Persoalanya bagi individu lain mungkin bisa, tapi tidak semuanya. Ini kan persoalan situasi yang harus dibuat kondusif agar proses penyembuhan bebas dari faktor pengganggu."

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan