Ahad, 13 Januari 2013

ANTARA - Hiburan

ANTARA - Hiburan


Museum Widayat tutup setelah kehilangan 140 koleksi

Posted: 13 Jan 2013 12:49 AM PST

Museum H. Widayat di Magelang, Jawa Tengah. (Museum H Widayat)

Berita Terkait

Magelang (ANTARA News) - Pengelola Museum Haji Widayat di Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, memutuskan menutup museum setelah kehilangan 140 koleksi karya lukis sang maestro, Widayat.

"Kami tutup sampai kasus ini selesai, kami juga segera menginvetarisasi secara detail lagi. Tetapi untuk galeri dan art shop tetap buka," kata Direktur Museum Haji Widayat, Fajar Purnomo Sidi, di Magelang, Minggu.

Fajar mengatakan pihaknya sudah melaporkan kehilangan koleksi yang diperkirakan terjadi pada Kamis (10/1) sore hingga Jumat (11/1) dini hari itu.

"Koleksi yang hilang yang di museum dan gudang. Berdasarkan pesan Pak Widayat, koleksi tersebut tidak boleh dijual," kata Fajar.

"Kami sudah memproteksi antara lain dengan memasang alarm di pintu-pintu masuk, membuat dokumentasi, termasuk dicatatkan di notaris, dan terdaftar di Kementerian Hukum dan HAM, sehingga koleksi itu tidak bisa dijual," katanya.

Aparat kepolisian sudah menindaklanjuti laporan kehilangan itu, antara lain dengan meminta keterangan dari sejumlah saksi dan memeriksa kompleks museum di Jalan Letnan Tukiyat Kota Mungkid, sekitar dua kilometer timur Candi Borobudur.

Fajar berharap polisi bisa mendapatkan kembali lukisan-lukisan yang hilang dan mengembalikannya ke museum.

Museum yang dibangun tahun 1994 oleh maestro lukis Widayat itu mengoleksi 1001 karya. Setelah Widayat meninggal dunia pada 2002, museum dikelola oleh keluarga sang. Sejak tahun 2005 sampai sekarang museum itu sudah tiga kali kecurian.

(M029)

Editor: Maryati

COPYRIGHT © 2013

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Tradisi tato Suku Moi Papua Barat mulai luntur

Posted: 12 Jan 2013 11:22 PM PST

Suku Moi di Papua Barat punya tradisi menghias tubuh dengan tato. (ANTARA/Alexander W Loen)

Berita Terkait

Jayapura (ANTARA News) - Tradisi membuat mentato tubuh Suku Moi di Kabupaten Sorong, Papua Barat, mulai luntur, kata peneliti di Balai Arkeologi Jayapura, Hari Suroto.

"Saat ini hanya generasi tua Suku Moi yang masih mentato pada tubuhnya, sedangkan generasi mudanya sudah tidak menerapkan tato lagi," kata Hari Suroto di Jayapura, Papua, Minggu.

"Generasi muda saat ini sudah tidak bertato lagi, mungkin juga karena perkembangan jaman ataupun norma dan etika pekerjaan yang ada saat ini," kata alumnus Universitas Udayana Bali itu.

Ia menjelaskan, Suku Moi atau Malamoi punya tradisi menghias tubuh dengan tato bermotif khas, yang diperkenalkan oleh penutur Austronesia dari Asia Tenggara yang bermigrasi ke wilayah Sorong, Papua Baray, pada jaman neolitik.

"Motif tato ini berupa motif geometris atau garis-garis melingkar serta titik-titik berbentuk segitiga kerucut atau tridiagonal yang dibariskan," katanya.

Mereka membuat tato dengan mencelupkan duri pohon sagu atau tulang ikan ke campuran arang halus (yak kibi) dan getah pohon langsat (loum), lalu menusukkannya ke bagian tubuh seperti dada, pipi, kelopak mata, betis, pinggul dan punggung.

"Desain tato disesuaikan dengan luas sempit bagian tubuh yang hendak ditato, misalnya tato di hidung akan mengikuti bentuk hidung," katanya.

Menurut Hari, tradisi tato Suku Moi perlu dilestarikan. "Pelestarian tradisi suku Moi bisa dilakukan dengan melakukan penelitian dan pendokumentasian, dan mewariskannya ke generasi muda," katanya.

(ANT)

Editor: Maryati

COPYRIGHT © 2013

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Tiada ulasan:

Catat Ulasan