Sabtu, 1 Disember 2012

KOMPAS.com - Nasional

KOMPAS.com - Nasional


Militer Masih Bersinar pada Pemilu 2014

Posted: 01 Dec 2012 08:47 AM PST

JAKARTA, KOMPAS.com - Survei calon presiden yang baru saja dirilis Lembaga Survei Indonesia (LSI) masih memunculkan sejumlah nama berlatar belakang militer, baik purnawirawan maupun aktif. Terkait hasil survei tersebut, analis politik Yunarto Wijaya menilai, nama-nama tokoh berlatar belakang militer memang masih cukup berpengaruh pada Pilpres 2014.

"Nama-nama militer harus diakui masih kuat," kata Yunarto saat dihubungi wartawan.

Tiga nama asal TNI yang mencuat dalam survei LSI di antaranya, Menkopolhukam Marsekal (Purn) Djoko Suyanto, mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Endriartono Sutarto, dan Kasad Jenderal Pramono Edhie Wibowo. Itu pun belum termasuk Ketua Dewan Pembina Letjen (Purn) Gerindra Prabowo Subianto dan Ketua DPP Hanura Jenderal (Purn) Wiranto.

"Jangan lupa, 32 tahun Indonesia dipimpin oleh militer, dan saat ini kita sudah dipimpin SBY hampir 10 tahun yang juga berlatar militer," terang Yunarto menyebutkan alasannya.

Dalam pandangannya, banyak masyarakat Indonesia yang menilai sosok berlatar belakang militer merupakan pemimpin yang ideal karena kedisiplinan mereka. Selain karena pengaruh pemimpin-pemimpin sebelumnya, hal ini dipengaruhi luasnya teritori Indonesia.

"Ini berkaitan dengan masyarakat  kita yang majemuk dan luasnya teritorial kita," jelas Yunarto.

Meski cukup selaras dengan hasil survei, Yunarto memiliki pendapat tersendiri terkait nama-nama calon yang patut diperhitungkan. Menurutnya, nama Prabowo dan Wiranto yang lebih dulu menggaung memiliki tingkat resistensi yang cukup kuat dalam masyarakat.

"Keduanya masih dipandang sebagai tokoh Orde Baru," tambah Yunarto.

Ia justru melihat nama Endriartono sebagai kuda hitam. Walaupun kalah populer, nama mantan Panglima TNI itu relatif bersih dan ketegasannya terlihat saat menjabat petinggi militer.

"Sosok ini bisa menjadi kuda hitam dalam Pilpres 2014," lanjut Yunarto.

Namun, Yunarto juga menyebutkan bahwa kelemahan utama Endriartono terletak pada tingkat popularitasnya yang masih terhitung rendah. Prabowo dan Wiranto serta Djoko Suyanto relatif lebih dikenal luas berkat publikasi yang luas selama ini. 

Muhaimin: Pengangguran Intelektual Makin Banyak

Posted: 01 Dec 2012 04:54 AM PST

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans) Muhaimin Iskandar risau karena pengangguran intelektual makin bertambah. Banyak lulusan diploma dan sarjana yang belum mendapatkan pekerjaan.

"Paradigma dan kurikulum pendidikan tinggi mesti dirombak total. Mereka harus memiliki perencanaan untuk mengarahkan produktivitas sumber daya manusia sehingga lulusannya siap bekerja dan menjadi tenaga kerja andal," kata Menakertrans di Jakarta, Sabtu (1/12/2012).

Berdasarkan Data BPS Agustus 2012, dari jumlah penduduk Indonesia usia produktif 110,8 juta orang, sekitar 53.88 juta orang (48,63 persen) adalah lulusan SD, dan 20,22 juta orang (18.25 persen) lulusan SMP.

Sedangkan lulusan unversitas yang sudah bekerja hanya sebanyak 6,98 juta orang (6,30 persen) dan lulusan pendidikan Diploma hanya 2,97 juta orang (2,68 persen).

Muhaimin mengatakan selama ini paradigma dan kurikulum pendidikan tingkat tinggi hanya mengejar jumlah kelulusan yang banyak, namun mengabaikan kualitas para alumninya yang tidak siap bersaing dalam mencari pekerjaan.

"Link and match antara dunia pendidikan dan dunia kerja belum berjalan optimal. Lembaga-lembaga pendidikan seolah menerapkan target cepat lulus dan mendapat gelar sarjana, tanpa membekali alumninya dengan keterampilan kerja," kata Muhaimin.

Bila fenomena seperti ini terus berlangsung, kata Muhaimin mengatakan Indonesia bakal dipenuhi oleh para penggangguran intelektual yang penyerapan kerjanya rendah karena lapangan kerja yang tersedia tak mampu menampung lulusan perguruan tinggi yang minim keahlian dan keterampilan kerja.

"Ke depannya, sejak awal perguruan tinggi harus mampu mendesain profesi bagi para alumninya. Sejak semester pertama mahasiswa di masing-masing perguruan tinggi harus mampu mengukur profesi sehingga setelah tamat mereka sudah langsung siap bekerja," kata Muhaimin.

Meski kondisi ketenagakerjaan di Indonesia diklaim semakin membaik dari tahun ke tahun, Menakertrans mengatakan akan terus melakukan upaya-upaya untuk membuka lapangan kerja baru dan mengurangi angka pengangguran intelektual.

Ada empat hal yang disiapkan untuk mengatasi pengangguran intelektual, yakni peningkatan kualitas SDM dengan membangun kompetensi kerja melalui  Balai Latihan Kerja (BLK), pembangunan sistem pendidikan, memfasilitasi tumbuh dan berfungsinya mekanisme bursa kerja (job fair) dan memprakarsai program pengembangan kewirausahaan.

Selain itu, penciptaan lapangan pekerjaan baru melalui program transmigrasi melalui pengembangan lahan-lahan pertanian dan industri pengolahan di kawasan transmigrasi juga dipandang penting.

"Setiap tahun, pemerintah merancang strategi untuk menciptakan lapangan pekerjaan baik formal dan informal, yang diharapkan dapat menyerap para pengangguran dan setengah pengangguran," kata Muhaimin.

 

Tiada ulasan:

Catat Ulasan