Ahad, 25 November 2012

KOMPASentertainment

KOMPASentertainment


Film "Laut Bercermin" Menang di Brisbane

Posted: 25 Nov 2012 08:16 PM PST

BRISBANE, KOMPAS.com - Film Indonesia Laut Bercermin (Mirror Never Lies) ditetapkan sebagai pemenang pada kategori Film Cerita Anak-Anak Terbaik di Asia Pacific Screen Awards. Pengumuman penghargaan dari festival ini dilakukan hari Jumat (23/11) di Brisbane, Australia.

Film produksi tahun 2011 ini merupakan karya dari Kamila Andini, putri sulung sutradara Garin Nugroho yang juga menjadi produser bagi film tersebut. Produser lainnya adalah Nadine Candrawinata. Film ini mengambil latar belakang keindahan Taman Laut Wakatobi di Sulawesi Tenggara, dengan cerita seorang gadis kecil bernama Pakis (12) yang berusaha menemukan sang ayah yang hilang ketika berada di laut. Pakis melakukan ritual suku bajo dimana mereka percaya dengan menggunakan cermin, Pakis akan melihat bayang ayahnya.

Festival Asia Pacific Screen Awards ini merupakan lomba tahunan yang diselenggarakan keenam kalinya yang diselenggarakan oleh Negara Bagian Queensland. Festival ini dimaksudkan untuk mempromosikan film, aktor, sutradara, dan budaya dari Asia Pasifik ke dunia internasional.

Menurut laporan koresponden Kompas di Australia, L. Sastra Wijaya, jaringan televisi ABC menggambarkan festival ini seperti perayaan Oscar di Amerika Serikat. Dalam kategori film cerita anak-anak terbaik dimana Laut Bercermin menjadi pemenang, yang memilih bukan dewan juri namun para anggota dari 70 negara yang tergabung dalam Akademi.

Dua kategori lain adalah Film Dokumenter Terbaik dan Film Cerita Animasi Terbaik. Terpilih sebagai Film Terbaik dalam acara ini adalah film produksi patungan Turki/Yunani berjudul Tepenin Ardi. Film Cerita Animasi terbaik dimenangkan oleh Momo e no tegami (Sebuah Surat untuk Momo) dari Jepang, yang diproduksi oleh Mitsuhisa Ishikawa, Hiroyuki Ikeda, Shigeru Watanabe, dan Kazuya Haman.

Sementara itu sebuah film dari Irak menjadi film pertama yang menjadi pemenang di festival ini. In May Mother's Arams menjadi Film Dokumenter Terbaik. Film produksi patungan Inggris, Belanda dan Irak ini diproduksi oleh Isabelle Stead, Mohamed Jabarah Al-Daradji, dan Atia Jabarah Al-Daradji. Upacara pemberiaan pemenang hari Jumat (23/11) malam dihadiri sekitar 700 undangan diselenggarakan di Queensland Performing Arts Center di Brisbane.
 

Idang Rasjidi Mengasah "Kutil" Menjadi Bintang Belia

Posted: 25 Nov 2012 08:16 PM PST

BANGKA, KOMPAS.com -- Keandalan pemusik jazz ternama Idang Rasjidi dalam mengasah kaum muda menjadi bintang belia musik terbukti tak saja melalui kedua putranya, Saadu Shah Chaidar (pemain bas) dan Qadra Shakuhachi (drummer). Yendri (19), vokalis asal Kampung Petaling, Kepulauan Bangka Belitung, yang dua tahun lalu disebut seperti kutil oleh Idang, kini juga menjadi bukti lain. 

"Kali ini saya bangga, dua tahun lalu ada anak 17 tahun datang degan sangat PD (percaya diri). Dia bilang, 'Om saya penyanyi.' Saya bilang, 'Kamu ni macam kutil saja,'" kisah Idang ketika manggung di Jazz on the Beach 2012, Marina Bay, Parai Beach Resort & Spa, Pangkal Pinang, Kepulauan Bangka Belitung, Jumat (23/11/2012) malam.

Tapi, penilaian instan Idang tersebut justru salah ketika Yendri berani tampil di pentas sebuah acara musik saat itu. "Kalau kamu mau jadi penyanyi coba berani enggak kamu menyanyi di hadapan ribuan penonton. Dia langsung bilang, 'Berani Om.' Dari situ, dia turun dari podium saya, dia lari sekencang-kencangnya naik ke atas panggung, dia menyanyi, dan hebatnya dia babat semua artis Jakarta malam itu," kisah Idang lagi.

Melihat keberanian Yendri, Idang mengaku salah menilai Yendri. Dari situ pula Idang mengendus bakat Yendri. "Dia berani, dia hebat, ini ciri orang Bangka. Saya lihat ada bintang muda di dalamnya," puji Idang.

"Aku tanya sampai tiga kali, 'Benar kamu mau jadi penyanyi?' dia jawab 'Iya Om.' Terus saya tanya apa pendidikannya, ternyata dia SMK, 'Ya, kamu bisa urus babi sama inseminasi suntik sapi. Tapi, apa benar kamu mau jadi penyanyi? Kalau kamu serius, kamu ikut saya, tinggal sama saya di Bogor,'" cerita Idang berbumbu tawa. "Terus saya tanya, 'Kalau orangtuamu kerja apa?' 'Mamak ngaret, Bapak ngaret (petani karet) Om.' 'Oh pantas muka kau mirip karet,'" lanjutnya dengan canda.

Singkat cerita, Yendri lantas diasuh oleh Idang, merantau ke Bogor. Tapi, sesampainya di sana, impian menjadi penyanyi ternama tak langsung diraih oleh Yendri. "Dia sampai di rumah saya langsung jadi tukang ngepel, langsung jadi tukang sapu, tukang cuci. Kebetulan dia bisa masak lempa ayam. Itu saja yang dia lakukan dari dulu. Tapi, sampai sekarang sih dia masih bikin lempa ayam," kata Idang.

Idang memang menerapkan pendidikan militer untuk mengasah mental Yendri. "Dia tanya, 'Om apa benar saya bisa jadi penyanyi.' 'Lho, ya, kamu suatu saat akan jadi penyanyi. Tapi, belum sampai ke sana, saya mau lihat apa kamu kuat menghadapi saya seorang diri setiap hari sebelum kamu menghadapi ribuan audience kamu suatu saat.' 'Baik Om saya akan ubah perilaku saya, saya ubah penampilan saya.' Memang benar ini anak dulu rambutnya kayak Dragon Ball," sambungnya.

Setelah berbulan-bulan kemudian, saat yang dinanti akhirnya tiba. Yendri mendapatkan kesempatan berlatih di studio musik milik Idang. "Saya carikan dia guru vokal yang terbaik buat mengasah kemampuan vokalnya, lalu dia saya ajarkan not demi not. Dia berlatih setiap hari, dia menghabiskan waktu lima jam sehari di studio," kata Idang. "Tapi sudah dua tahun masih saya bilang jelek," lanjutnya, lagi-lagi mengundang tawa.

Hasil asahan ala militer Idang pelan tapi pasti mulai tampak pada diri Yendri. Dua tahun kemudian ia mulai menunjukkan kebintangannya. Ya, Yendri bukanlah kutil lagi seperti yang disebut oleh Idang pada awal pertemuan mereka. "Sekarang kalau Yendri manggung itu sebel aku. Masa cewek-cewek pada teriak, 'Wah Irfan Bachdim,'" kata Idang lagi merujuk ke tampang Yendri yang memang rupawan.

Di pentas Jazz on the Beach 2012, Yendri membuktikan bahwa dengan musik jazz, karakter vokal Melayu miliknya bisa mendapat apresiasi dari para penonton. Bahkan, mereka sampai bangkit dari tempat duduk dan bertepuk tangan (standing ovation) seusai ia menyanyikan lagu "Tangisan Rindu", yang dicipta oleh Dian Kaseba, dan sebuah lagu yang diambil dari album perdananya, yang belum dirilis, "Dunia Cinta". 

Idang berjanji akan segera merilis album perdana lelaki yang sudah dianggap seperti anaknya sendiri itu. "Pasti akan ada album, dan sejauh ini materi sudah 98 persen, hanya tinggal mixing-mastering saja. Saya optimistis ini akan diterima di masyarakat, kami sudah uji coba aksi panggung Yendri di beberapa kota. Seperti kamu lihat tadi, semua kasih standing ovation buat Yendri," ujar Idang usai manggung.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan