Selasa, 13 November 2012

KOMPAS.com - Internasional

KOMPAS.com - Internasional


Putra Presiden Korsel Hadapi Pemeriksaan Pajak

Posted: 14 Nov 2012 04:46 AM PST

Putra Presiden Korsel Hadapi Pemeriksaan Pajak

Rabu, 14 November 2012 | 12:46 WIB

SEOUL, KOMPAS.com - Sejumlah jaksa Korea Selatan (Korsel), Rabu (14/11), mengatakan, mereka akan menyerahkan putra tunggal Presiden Lee Myung-Bak ke otoritas pajak saat mereka menentukan sejumlah tuntutan atas sebuah proyek pembangunan rumah  pensiun bagi Lee.

Walaupun Lee Si-Hyung tidak termasuk di antara tiga orang yang didakwa, para jaksa itu mengatakan catatan pajaknya akan diperiksa oleh para petugas terkait kemungkinan pengenaan pajak hadiah terhadap dana yang dia terima dari anggota keluarganya guna membantu pembelian tanah bagi rumah itu.

"Kami telah memutuskan untuk menyerahkan sejumlah dokumen ke Badan Pelayanan Pajak Nasional," kata jaksa penuntut khusus Lee Kwang-Bum kepada wartawan.

Tuntutan-tuntutan terkait pelanggaran kepercayaan termasuk terhadap mantan Kepala Badan Keamanan Presiden, Kim In-Jong.

Berbagai tuntutan itu menyusul sebuah penyelidikan selama sebulan oleh jaksa khusus atas dugaan penyimpangan pembelian sebidang tanah di pinggir selatan Seoul. Tanah itu akan digunakan untuk membangun rumah masa pensiun bagi Lee, yang secara resmi akan meninggalkan kekuasaan pada Januari 2013 setelah menjabat presiden negara itu selama satu periode sesuai undang-undang Korea Selatan.

Kapling tersebut dibeli secara bersama-sama oleh putra presiden, Lee Si-Hyung, dan Badan Keamanan Presiden. Badan Keamanan itu perlu menempatkan para agennya di lokasi itu.

Namun biaya pembeliannya diduga tidak dibagi secara merata. Ada dugaan bahwa Badan Keamanan membayar harga terlalu tinggi untuk bagiannya, sementara putra Lee mendapat harga di bawah harga pasar untuk kapling perumahan itu.

Dalam perkembangan penyelidikannya, para jaksa mengetahui sudara presiden, Lee Sang-Eun, telah memberi keponakannya itu uang sebesar 600.000.000 won (542.000 dollar) untuk mengamankan transaksi kapling itu. Ibu Negara Kim Yoon-Ok juga ditanyai, walau hanya secara tertulis, terkait pinjaman bernilai sama yang dia berikan untuk anaknya.

Kantor kepresidenan Korsel membantah klaim oposisi tentang kecurangan keuangan dalam kasus itu.

Namun dalam menghadapi kritikan yang meningkat, presiden membatalkan seluruh proyek itu dan memutuskan untuk pindah ke rumah pribadinya yang sudah ada di Seoul selatan setelah turun dari kekuasaan.

Editor :

Egidius Patnistik

Mahasiswa Saudi Dibui Seumur Hidup di AS

Posted: 14 Nov 2012 02:50 AM PST

AMARILLO, KOMPAS.com - Seorang mahasiswa Saudi yang berencana mengebom rumah mantan Presiden AS, George W Bush, di Texas dan sasaran lainnya dihukum penjara seumur hidup.

Hakim mengatakan dia tidak memiliki keraguan bahwa Khalid Aldawsari, terbukti bersalah berupaya menggunakan senjata pemusnah massal, dan memiliki rencana yang serius untuk menjalankan aksinya pada Juni lalu.

FBI menemukan bahan pembuat bom di tempat mahasiswa berusia 22 tahun ini, sebelum ditangkap Februari 2011 lalu.

Pembangkit Nuklir dan bendungan hidroelektrik juga ada dalam daftar targetnya.

Dalam persidangan di Amarillo, Texas, Hakim Donald Walter mengatakan, "Yang digarisbawahi adalah rencana itu akan menyebabkan orang Amerika tewas. Anda telah melakukan itu. Dalam setiap langkah, dan dilakukan seorang diri."

Waktu untuk Jihad

Penyelidikan terhadap Aldawsari dimulai ketika munculnya kecurigaan ketika dia memesan barang di perusahaan kimia senilai 435 dollar AS.

Penyelidik mengatakan bahwa dia telah memesan sejenis bahan kimia, yang dapat digunakan untuk bahan peledak, dan mengatakan kepada penjualnya bahwa itu untuk keperluan penelitian pribadi di luar kampus.

Pemasok menjadi curiga dan melaporkan ke FBI. Kemudian, Aldawsari membatalkan pesanannya, kata departemen kehakiman.

Dia kemudian berhasil membeli delapam galon (sekitar 30 liter) bahan kimia larutan asam senyawa dan tiga galon asam belerang, seperti dijelaskan Jaksa.

Sebelum ditangkap, agen federal menemukan bahan-bahan kimia yang mudah meledak di apartemennya, sejumlah material berbahaya dan jam, dan juga video cara membuat bom kimia.

Bukti lain yang ditemukan FBI yaitu Aldawsari telah menemukan sasarannya, termasuk kediaman Bush di Dallas, yang disebut oleh mahasiswa ini sebagai "rumah tiran".

Dalam jurnal yang ditulisnya, Aldawsari mengatakan, "Dan sekarang, setelah menguasai bahasa Inggris, mempelajari bagaimana membuat peledak dan melanjutkan rencana untuk menyasar orang kafir di Amerika, ini merupakan waktu untuk berjihad."

Penelitian Bom Boneka

Dalam persidangan Selasa (14/11) Aldawsari meminta maaf. "Saya meminta maaf atas aksi yang buruk ini, tetapi tidak ada yang membahayakan AS."

Selama persidangan, kuasa hukum mengatakan mahasiswa ini memiliki maksud, tetapi dia tidak tidak pernah mengambil "langkah penting" untuk menjalankan rencananya.

Ahli bom FBI mengatakan bahan kimian itu memiliki berat sekitar 7 kg - dan memiliki kekuatan hampir sama dengan bom yang digunakan pada serangan kereta bawah tanah di London pada 2005 lalu.

Target potensial yang telah diteliti oleh Aldawsari termasuk rumah dari tiga mantan tentara yang bertugas di penjara Abu Ghraib.

Pencarian melalui internet oleh Aldawsari juga menunjukan bahwa dia mempertimbangkan untuk menyembunyikan bahan peledak dalam boneka atau menargetkan klub malam dengan bom ransel.

Dia datang ke AS secara legal pada 2008 lalu, untuk melanjutkan studi tekni kimia di Texas Tech sebelum pindah ke studi bisnis di South Plains College. Biaya studi dan hidupnya dibiayai oleh sebuah perusahaan industri Saudi.

Editor :

Egidius Patnistik

Tiada ulasan:

Catat Ulasan