Isnin, 19 November 2012

ANTARA - Mancanegara

ANTARA - Mancanegara


Pemberontak Sudan kuasai daerah perbatasan

Posted: 19 Nov 2012 09:20 PM PST

Khartoum (ANTARA News) - Angkatan Darat Sudan, Senin (19/11), mengatakan pemberontak di daerah Darfur telah menguasai satu daerah perbatasan dan mengibarkan bendera front revolusioner, aliansi yang mempersatukan empat gerakan bersenjata, demikian laporan kantor berita Sudan, SUNA.

"Sebagian pasukan pemberontak, dari gerakan Darfur, berkumpul di Daerah Ar-Riqaibat, sebanyak 10 kilometer di sebelah utara Daerah Samaha di Bahral-Arab di Negara Bagian Darfur Timur, dan mendirikan kamp," kata As-Sawarmy Khalid Saad, juru bicara Angkatan Darat Sudan, sebagaimana dikutip.

"Pemberontak mengibarkan bendera yang disebut front revolusioner dan mendirikan pos pengumpulan bayaran yang merupakan agresi jelas terhadap warga dan upaya untuk mensahkan penjarahan uang mereka," ia menambahkan.

Saad juga menyampaikan kembali Angkatan Darat Sudan takkan mentolerir agresi nyata itu dan militer akan menangan dengan tegas situasi tersebut, demikian laporan Xinhua --yang dipantau ANTARA di Jakarta, Selasa siang.

Daerah Samaha di Negara Bagian Darfur Timur, di perbatasan Sudan-Sudan Selatan, adalah satu dari lima daerah sengketa antara kedua negara.

Front revolusioner adalah aliansi yang mempersatukan tiga kelompok pemberontak Darfur, termasuk Gerakan Keadilan dan Persamaan (JEM), Tentara Pembebasan Sudan (SLA)/Minni Minnawi dan faksi SLA/Abdul-Wahid Nur, serta Gerakan Pembebasan Rakyat Sudan (SPLM)/sektor utara.

Kerusuhan meningkat di Wilayah Darfur selama dua bulan belakangan. Misi PBB-Uni Afrika di Darfur telah menyampaikan keprihatinan mengenai kerusuhan yang meningkat di wilayah tersebut dan mendesak pihak yang bertikai agar menghindari apa pun yang mungkin mengancam perdamaian rapuh di wilayah bergolak.

(C003)

Editor: Ella Syafputri

COPYRIGHT © 2012

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Toilet unik berteknologi canggih dipasarkan 900 doar

Posted: 19 Nov 2012 09:04 PM PST

Ilustrasi. (washjeff.edu)

Berita Terkait

Hong Kong (ANTARA News) - Toilet canggih dapat ditemukan pada lebih dari dua pertiga rumah di Jepang. Fasilitasnya membuat para pengunjung Jepang terheran-heran dengan dudukan yang dilengkapi pemanas, semprotan pembersih, dan fungsi menyamarkan bau-bau tidak sedap.

Namun, TOTO, perusahaan yang telah menjual lebih dari 30 juta toilet canggih (washlet), mendominasi dunia toilet di dunia bukan hal yang mudah, terutama di Amerika Serikat.

"Itu disebabkan oleh topik toilet yang dianggap tabu," kata Hiromichi Tabata, kepala divisi internasional pembuat Washlet, TOTO, perusahaan yang juga membuat bathtub, keran dapur, wastafel, dan pipa saluran air.

"Orang Amerika menghindari perbincangan tentang hal itu jadi kami tidak bisa mengandalkan promosi dari mulut ke mulut, meskipun mereka sadar bahwa produk kami bagus."

"Banyak selebriti yang mengunjungi Jepang mengatakan bahwa mereka menyukai washlet, namun gembar-gembor itu hanya bersifat sementara," tambah dia.

Diva pop Madonna menjadi salah satu orang yang terkesan dengan Washlet di Jepang saat dia mengunjungi negara itu pada 2005.

"Saya kangen dudukan toilet yang dilengkapi pemanas", kata Madonna, promosi gratis yang diidam-idamkan setiap perusahaan.

Untuk negara yang mengklaim punya merk terkemuka di dunia seperti Sony dan Toyota, kurang populernya Washlet di penjuru dunia mengejutkan banyak pengunjung asing, meskipun mereka awalnya kebingungan dengan deretan fungsi dalam bahasa Jepang pada toilet canggih tersebut.

Sesuai dengan teknologi Jepang yang "gila" kebersihan di mana restoran menyediakan handuk panas untuk membersihkan tangan, Washlet dapat ditemukan di WC umum, WC kantor, dan lebih dari 70% rumah-rumah di Jepang.

"Kami pikir, masyarakat Jepang yang gila kebersihan akan menyukai ide tentang Washlet," kata juru bicara Atsuko Kuno.

Namun, saat Washlet mulai memasuki pasar pada 1980an, toilet canggih tidak serta merta sukses di negara Jepang yang konservatif.

Sebagian penonton TV merasa kesal terhadap iklan Washlet baru pada 1982 yang menggambarkan seorang gadis tengah berusaha menghapus noda cat hitam di tangannya dengan kertas, membuat nodanya semakin kacau.

"Kertas tidak mungkin bisa membersihkannya," kata si gadis pada penonton. "Sama seperti yang terjadi pada bokong Anda."

Namun, iklan yang provokatif itu akhirnya terbayar dengan mengenalkan konsep unik toilet kepada para konsumen.

TOTO mendesain Washlet dengan riset pada ratusan pekerjanya demi mengetes toilet dan semprotan yang paling nyaman untuk penggunanya.

Fungsi Washlet yang beragam ditata dalam panel kontrol terkomputerisasi dengan simbol gambar, termasuk semprotan yang suhu dan tekanannya bisa diatur, uap panas pengering bokong, dan musik latar.

Selain itu, Washlet juga dilengkapi fungsi bunyi siraman palsu untuk menutupi bunyi-bunyian yang dihasilkan saat buang air, fungsi yang bermanfaat bagi orang pemalu. Ada juga Washlet yang penutupnya otomatis terbuka saat ada pengguna yang masuk ke toilet.

Sejak awal tahun hingga Maret 2012, TOTO mendapat pemasukan sebesar 9.27 miliar yen pada penjualan global 452.7 miliar yen, meningkat 4.4% dibandingkan tahun lalu.

Namun hanya 14% pemasukan itu berasal dari penjualan di luar Jepang.

Meski sulit merengkuh pasar luar negeri, penjualan untuk hotel-hotel cukup sukses, kata para eksekutif, sementara itu permintaan dari China dan negara Asia Timur lainnya pun meningkat karena "mereka punya budaya yang mirip dengan Jepang", kata Tabata.

Menyesuaikan produk dengan budaya lokal juga menjadi kunci.

Washlet yang dijual di negara tropis seperti Indonesia tidak menyediakan dudukan yang dilengkapi pemanas serta semprotan air hangat.

Meskipun Washlet dijual cukup mahal --yang termurah berharga sekitar 900 dolar-- para eksekutif TOTO yakin bahwa Eropa adalah pasar yang menjanjikan, apalagi Swiss kini meluncurkan produk serupa.

"Kami berekspektasi bahwa Eropa lama kelamaan dapat menerima konsep toilet dengan dudukan yang dilengkapi pemanas sekaligus semprotan air hangat," kata Tabata, seperti dikutip dari AFP.
(nan)

Editor: Desy Saputra

COPYRIGHT © 2012

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Tiada ulasan:

Catat Ulasan