Ahad, 1 Julai 2012

KOMPAS.com - Internasional

KOMPAS.com - Internasional


Indonesia Kirim Tim Monitor Perdamaian Filipina-MILF

Posted: 01 Jul 2012 11:44 PM PDT

JAKARTA, KOMPAS.com - Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBBP) RI, Yohanes Kristiarto S. Legowo, menerima Kontingen Tim Pengamat Internasional (IMT) Indonesia di KBRI Manila.

Tim tersebut dikirim dalam rangka memantau proses perjanjian damai antara Pemerintah Filipina dengan Moro Islamic Liberation Front (MILF).

Atase Pertahanan RI Manila, Kolonel Laut Djakaria P. Girsang mengungkapkan, Garuda akan mengirimkan 15 orang pengamat.

Jumlah tersebut terdiri dari 10 personel militer dan 5 personel sipil dibawah pimpinan Kolonel Inf Khairully.

"Tim Pengamat Internasional Indonesia tiba di Manila pada tanggal 30 Juni 2012, selanjutnya akan diberangkatkan ke Cotabato City pada tanggal 2 Juli 2012 dengan didampingi oleh beberapa pihak," ujarnya dalam surat elektronik yang diterima Kompas.com, Minggu (1/7/2012).

Pihak-pihak yang mendampingi tim tersebut, antara lain, Duta Besar LBBP RI, Athan RI Manila Kolonel Laut Djakaria P. Girsang, Hon. Secretary Teresitha Quintos Deles, Kepala Kantor Penasihat Kepresidenan untuk Proses Perdamaian (OPPAP) Filipina dan Usec. Yasmin Busran Lao dan anggota Panel Perdamaian GPH-MILF (Wakil dari GPH).

Dalam kurun waktu pelaksanaan IMT sampai saat ini, Perwakilan Tim Pengamat Internasional Indonesia merupakan delegasi yang pertama kalinya yang diserahkan secara resmi oleh Dubes LBBP RI  sebagai Perwakilan Pemerintah RI. Perwakilan tim Indonesia, diterima langsung oleh Perwakilan Pemerintah Filipina Hon, Secretary Teresitha Quintos Deles.

Duta Besar LBBP RI Yohanes Kristiarto S. Legowo secara resmi akan mengantar Tim Pengamat Internasional Indonesia kepada Ketua IMT (Head of Mission/HOM) Mayjend Dato' Abdul Rahim Bin Hj Mohd Yusuff, pada tanggal 2 Juli 2012 di Markas Pusat IMT.

"Selanjutnya Tim Pengamat Internasional Indonesia akan melaksanakan Latihan Pengenalan (Induction Trainning) selama satu minggu sebelum ditugaskan di "Tim Site" masing-masing," katanya.

Selama lebih dari tiga dekade, MILF melancarkan pemberontakan terhadap pemerintah Filipina. Awalnya mereka menuntut pembentukan negara Mindanao yang merdeka. Namun dalam beberapa tahun terakhir tuntutan itu menurun, dari kemerdekaan penuh, menjadi daerah otonomi yang meliputi sebagian wilayah Pulau Mindanao.

Pemberontakan itu telah menewaskan lebih dari 150.000 orang sejak awal 1970-an. Upaya perdamaian yang dirintis gagal setelah pada Oktober 2011, gerilyawan MILF membunuh 19 tentara, yang mereka tuduh melanggar kesepakatan karena melanggar wilayah mereka.

Pembunuhan itu mengobarkan kembali pertempuran di sejumlah wilayah di Mindanao, dan menewaskan 40 tentara, polisi dan warga sipil serta ribuan orang lainnya mengungsi.

Kedua pihak kemudian bersepakat melanjutkan upaya perdamaian dan sejak Januari lalu tidak lagi terjadi pertempuran.

Demo Besar di Peringatan Penyatuan Hongkong

Posted: 01 Jul 2012 01:16 PM PDT

HONGKONG, KOMPAS.com - Puluhan ribu pengunjuk rasa memenuhi jalan-jalan kota Hongkong, Minggu (1/7/2012), tepat pada peringatan 15 tahun penyatuan dengan China dan pelantikan pemimpin baru.

Demonstrasi besar itu terjadi setelah pelantikan Leung Chun-ying, seorang konsultan properti kaya raya dikenal dekat dengan para pemimpin Komunis China, di hadapan Presiden China, Hu Jintao. Leung sendiri dikenal dekat dengan para pemimpin Partai Komunis China.

Di jalan-jalan di luar lokasi pelantikan, massa berbaris sambil memukul drum dan melambaikan bendera. Mereka menuntut demokrasi penuh dan mengekspresikan ketidaksukaan pada Beijing.

Salah satu yang mereka protes adalah sistem pemilihan pemimpin Hongkong dirancang untuk memilih orang yang diinginkan Beijing. Pemilihan saat ini diserahkan kepada sebuah komite yang terdiri dari 1.200 pebisnis dan warga berpengaruh, yang sebagian besar loyal pada Pemerintah China.

"Cara berpikir China jelas berbeda dengan cara kami," kata Bono Lay, demonstran berusia 46 tahun, seperti dikutip AP.

"Hongkong menjadi makin buruk saja. Hak-hak kita terancam," Eric Lai, dari Front Hak-hak Sipil, berorasi.

Aksi demonstrasi ini diikuti berbagai kalangan dan usia. Dari kaum profesional, pegawai negeri sipil, pembantu, hingga mahasiswa, serta anggota gerakan Falun Gong.

Sebagian besar peserta demo mengenakan baju berkabung, hitam dan putih. Mereka membawa poster bertuliskan "Satu orang satu suara" dan menyerukan "Kekuasaan di tangan rakyat. Mereka mewarnainya dengan tabuhan drum dan nyanyian.

Sebenarnya Hongkong menikmati otonomi yang tidak didapatkan warga di China daratan. Di Hongkong berlaku "satu negara dua sistem sejak diserahkan dari Inggris ke China.

Namun warga Hongkong tetap merasakan kekecewaan karena campur tangan Beijing yang sangat besar. "Tidak ada yang pantas dirayakan hari ini. Hongkong pelan-pelan dihancurkan oleh Partai Komunis," kata Jacky Lim (37), seorang demonstran yang melambaikan bendera Union Jack Inggris.

"Campur tangan langsung Beijing pada pemilihan Leung Chun-ying adalah contoh yang jelas," imbuhnya.

Juru bicara pemerintah Hongkong mengatakan, pihaknya "menghormati sepenuhnya" kebebasan berbicara dan hak itu "berpartisipasi dalam prosesi" dan berjanji akan mendengarkan pandangan para pengunjuk rasa "dengan kerendahan hati".

Sebelumnya, ketika Presiden Hu berpidato di hadapan 2.300 tamu pada pelantikan Leung, seorang demonstran berulang kali meneriakkan "Akhiri peraturan satu partai". Dia juga menyebut soal Peristiwa Tiananmen 1989, tapi dengan cepat aparat keamanan menggiringnya menjauh. Sementara itu para tamu menutupi teriakannya dengan tepuk tangan untuk Hu.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan