Sabtu, 9 Jun 2012

KOMPAS.com - Regional

KOMPAS.com - Regional


Tiga Tewas Karena Sopir Mengantuk

Posted: 09 Jun 2012 07:52 AM PDT

Kecelakaan

3 Orang Tewas karena Sopir Mengantuk

Didit Putra Erlangga Rahardjo | Thomas Pudjo Widijanto | Sabtu, 9 Juni 2012 | 14:52 WIB

BANDUNG, KOMPAS.com — Tiga orang meninggal dunia akibat bus yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan di daerah Cicalengka, Kabupaten Bandung, Sabtu (9/6) dini hari. Kejadian tersebut diduga kuat karena pengemudinya mengantuk.

Berdasarkan informasi yang diterima Kompas, kecelakaan tersebut menimpa Bus Gapuraning Rahayu dengan nomor polisi Z-7896-TA yang datang dari arah Bandung menuju Pangandaran, Ciamis. Saat melaju dengan kecepatan tinggi, bus itu terlalu dekat dengan pembatas jalan sehingga ban naik ke median jalan. Akibatnya, bus berisi 44 penumpang itu terbalik dalam sekejap dan berhenti dalam keadaan melintang di kedua arah jalan.

"Dugaan sementara, hal ini terjadi karena sopir mengantuk. Kejadian berlangsung pada pukul 00.30," kata Kepala Bidang Humas Polda Jawa Barat Komisaris Besar Martinus Sitompul, Sabtu.

Dari semua penumpang, 3 orang meninggal dunia, yakni Amanda (6 bulan), Ahmad Zainuddin (23), dan Warianah (52). Sebanyak 11 penumpang dilarikan ke RSUD Cicalengka untuk mendapatkan perawatan, sementara 20 penumpang yang selamat meneruskan perjalanan dengan kendaraan lainnya.

Martinus menjelaskan, kecelakaan tersebut sempat membuat arus lalu lintas tersendat, tetapi kemudian bus sudah bisa dipindahkan. Sopir bus kini tengah dimintai keterangan mengenai penyebab kecelakaan.

Rp 109 Miliar Dana untuk Bina SMK Kelautan dan Perikanan

Posted: 09 Jun 2012 07:07 AM PDT

TEGAL, KOMPAS.com - Mulai tahun ini Kementerian Kelautan dan Perikanan mendapat tugas menjadi pembina bagi sekolah menengah kejuruan bidang kelautan dan perikanan di seluruh Indonesia. Untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas SDM di bidang kelautan dan perikanan itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memberikan dana sebesar Rp 109 miliar yang akan dialokasikan ke sembilan Sekolah Usaha Perikanan Menengah Negeri (SUPM-N) yakni di Aceh, Lampung, Tegal, Bone, Pontianak, Kupang, Ambon, Pariaman, dan Sorong.

Hal itu dikemukakan Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan Sjarief Widjaja di seusai wisuda SUPM-N Tegal, Sabtu (9/6) siang, di Tegal, Jawa Tengah. "Kapasitas siswa di semua SUPM-N akan didorong jadi 700 siswa. Sekarang kan, seperti di Tegal ini, kira-kira 450 siswa," ujarnya.

Untuk sementara ini terdapat 167 sekolah kelautan dan perikanan yang dibina kemdikbud dan sembilan sekolah yang dibina Kementerian Kelautan dan Perikanan. Kepala SUPM-N Tegal Suharyanto mengatakan sejak lima tahun terakhir jumlah lulusan sebanyak 366 siswa (48,6 persen) telah bekerja di industri kelautan dan perikanan baik di dalam maupun luar negeri antara lain Jepang.

"Mayoritas siswa kami ke Jepang, baik untuk praktik kerja lapangan atau bekerja. Banyak tawaran dari Jepang. Kami sampai kewalahan," ujarnya. Selain Jepang, kata Sjarief, lulusan di sembilan SUPM-N juga ke Korea Selatan, Spanyol, Thailand, China, Vietnam, dan Australia. "Jepang yang paling menganggap tenaga kerja kita luar biasa. Hampir 70 persen pelaut dunia diisi orang kita terutama di laut lepas dan bukan perairan terbatas," ujarnya.

Untuk tahun ini SUPM-N yang tertua di Indonesia ini mewisuda 131 siswa terdiri dari 42 siswa program keahlian Nautika Perikanan Laut, 39 siswa Teknika Perikanan Laut, 24 siswa Teknologi Budidaya Perikanan, dan 26 siswa Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan. Para siswa banyak diincar industri karena, kata Sjarief, SDM yang dihasilkan telah siap pakai.

Orientasi pendidikan di SUPM fokus membentuk SDM profesional bidang perikanan dan memenuhi kebutuhan pasar kerja atau industri. Dengan konsep teaching factory, porsi praktik lebih banyak (70 persen) dan diarahkan pada penumbuhan jiwa kewirausahaan.

Untuk mewujudkan teaching factory dibangun kerja sama antar SMK kelautan dan perikanan. Selain itu juga mengembangkan program keahlian sesuai kebutuhan sektor kelautan dan perikanan seperti bidang konservasi dan bioteknologi. (LUK)

 

Tiada ulasan:

Catat Ulasan