Rabu, 4 April 2012

KOMPAS.com - Nasional

KOMPAS.com - Nasional


Alex Mengaku Ubah Desain Wisma Atlet agar Cepat Selesai

Posted: 04 Apr 2012 10:07 AM PDT

JAKARTA, KOMPAS.com — Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin mengaku pernah mengubah desain wisma atlet SEA Games di Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel). Hal itu kembali diungkapkan Alex seusai menjalani pemeriksaan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Rabu (4/4/2012) di Jakarta. Dia diperiksa selama lebih kurang tiga jam terkait penyelidikan kasus pengadaan proyek wisma atlet SEA Games 2011.

Menurut Alex, dia mengubah desain wisma atlet karena mempertimbangkan waktu penyelesaian dan kondisi cuaca ekstrem saat itu. "Supaya bisa selesai, jadi waktu tinggal sebelas bulan, cuaca ekstrem, semen langka, kalau kasih tiang pancang kalau tidak diperhatikan, pasti itu tidak selesai. Harus ada yang disesuaikan, bukan perubahan," kata Alex.

Pria yang mencalonkan diri sebagai calon Gubernur DKI Jakarta tahun ini tersebut meyakini tidak ada praktik penggelembungan harga dalam pelaksanaan proyek senilai Rp 191 miliar itu. Selaku Gubernur Sumsel, Alex mengaku bertanggung jawab penuh atas pembangunan wisma atlet. "Dan jangan salah, ada 21 venue yang kita bangun, 16 baru dan 5 rehab," katanya.

Namun, Alex mengaku tidak dilapori soal keuangan wisma atlet oleh panitia pembangunan. "Ya enggak karena itu dana APBN. Dilaporkan kepada Kemenpora," ucap Alex.

Pria yang diusung Partai Golkar, Partai Damai Sejahtera, dan Partai Persatuan Pembangunan untuk merebut kursi DKI 1 ini juga membantah terima fee 2,5 persen terkait proyek wisma atlet. Seperti diberitakan sebelumnya, jatah fee 2,5 persen untuk Alex terungkap dalam percakapan BlackBerry Messenger (BBM) antara Muhammad Nazaruddin dan Mindo Rosalina Manulang. Nazaruddin, terdakwa kasus dugaan suap wisma atlet, sementara Rosa salah satu terpidana kasus itu.

Disebutkan dalam komunikasi tersebut, Alex minta fee 2,5 persen. Namun, komunikasi BBM itu dibantah Nazaruddin. Kasus wisma atlet berawal dari tertangkapnya Rosa bersama Manajer Pemasaran PT Duta Graha Indah Mohamad El Idris serta mantan Sekretaris Menteri Pemuda dan Olahraga, Wafid Muharam. Ketiganya terseret kasus suap.

Terkait kasus yang sama, KPK menetapkan Nazaruddin sebagai tersangka. KPK kini membuka penyelidikan baru terkait pengadaan proyek wisma atlet ini. Lembaga penegakan hukum itu mendalami keterlibatan Alex. "Ada Pak Alex yang baru diperiksa. Itu sedang kita dorong," kata Bambang Widjojanto, Wakil Ketua KPK, beberapa waktu lalu.

Butuh Langkah Konkrit Kembangkan Pangan Lokal

Posted: 04 Apr 2012 07:26 AM PDT

KUPANG, KOMPAS.com -- Sosialisasi gerakan Sehari Tanpa Nasi layak direspons dengan apresiasi tinggi, karena diharapkan akan berdampak pada peningkatan konsumsi pangan lokal. Namun demikian, poin penting dan paling utama seiring ajakan itu adalah aksi konkrit mendorong pengembangannya di berbagai daerah hingga ketersediaannya terjaga dengan harga terjangkau.

Pandangan tersebut disampaikan secara terpisah oleh Ketua Yayasan Cinta Alam Pertanian, Maria Loretha di Adorana, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, dan Puji Sumedi dari Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (Kehati) di Jakarta, Rabu (4/4/2012). Keduanya dimintai pendapat terkait ajakan Menteri Pertanian Suswono agar masyarakat mengurangi konsumsi nasi.

Langkah itu, menurut Suswono, sebagai upaya membangun ketahanan pangan, mendorong hidup lebih sehat, sekaligus meningkatkan konsumsi pangan lokal. Suswono menyampaikan ajakannya itu dalam sosialisasi gerakan Sehari Tanpa Nasi di Depok, Jawa Barat, Selasa (3/4/2012).

Maria Loretha adalah petani pelestari sejumlah sumber pangan lokal NTT, seperti sorgum, jewawut, beras hitam dan jelai. Bersama suaminya, Jeremias Lethor, ia menekuni usahanya itu di kampungnya di Waiotan, Desa Pajinian, Kecamatan Adonara Barat, Kabupaten Flores Timur. Atas perjuangannya itu, Maria dianugerahi Kehati Award tahun 2012. Sementara Yayasan Kehati yang pendirinya antara lain Prof Dr Emil Salim, 18 tahun lalu, secara khusus mendukung dan memfasilitasi berbagai aktivitas, konservasi serta penggunaan biodiversitas di Indonesia secara berkelanjutan.

"Saya sangat setuju dengan gerakan Sehari Tanpa Nasi. Gerakan itu sepantasnya mendapat dukungan luas dari berbagai pihak di Indonesia demi ketahanan pangan sekaligus mengurangi ketergantungan masyarakat pada beras," tutur Maria.

Menurut dia, persoalan serius yang bakal menghadang adalah ketersediaan pangan lokal yang langka dan sangat mahal. Sebagai contoh di NTT, jagung bose, jagung pipilan yang sudah dipisahkan dari kulit luarnya harganya antara Rp 18.000 hingga Rp 25.000 per kg, yang berarti setara 2 kg atau 3 kg beras.

Ia mengemukakan, NTT adalah daerah yang sangat potensial dengan berbagai jenis pangan lokal seperti jagung, sorgum, jewawut, jelai, umbia, putak (dari gewang sebangsa palem) bahkan juga umbi hutan, gadung. Yang diperlukan, kata dia, adalah mendorong pengembangannya dan secara terus menerus mengampanyekan manfaat dan nilai gizi lebih dalam pangan nonberas tersebut.

Puji Sumedi menjelaskan, gerakan Sehari Tanpa Nasi merupakan salah satu implementasi kebijakan pemerintah tentang Penganekaragaman Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal. "Gerakan ini akan efektif jika dilakukan bersama dari tingkat nasional hingga daerah. Fokusnya adalah mengganti beras dengan pangan lokal, bukan gandum," katanya.

Ia mengemukakan, jika kemudian pemerintah serius mengembangkan gerakan tersebut, makna positifnya adalah konsumsi beras orang Indonesia akan menurun, sementara konsumsi pangan lokal meningkat. "Yang perlu mendapat perhatian serius seiring gerakan ini adalah ketersediaan sumber pangan lokal dengan harga yang setara. Jika ternyata pangan lokal sulit diperoleh dan harganya lebih mahal, maka orang cenderung akan memilih harga yang murah. Apalagi, lidah kita sudah terbiasa dengan nasi beras sejak lama," tuturnya.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan