Rabu, 18 April 2012

ANTARA - Peristiwa

ANTARA - Peristiwa


Panglima TNI : Soedomo miliki komitmen besarkan AL

Posted: 18 Apr 2012 07:14 AM PDT

Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono (FOTO ANTARA)

Berita Terkait

Jakarta (ANTARA News) - Panglima TNI, Laksamana TNI Agus Suhartono, mengatakan, sebagai seorang prajurit TNI Angkatan Laut, Soedomo yang meninggal pada Rabu pagi tadi, memiliki komitmen kuat untuk membesarkan Angkatan Laut.

"Beliau juga memiliki pengalaman yang banyak di Angkatan Laut, baik di bidang operasi maupun pembinaan. Karena itu, saya sebagai Panglima TNI yang juga orang Angkatan Laut, sangat kehilangan atas berpulangnya beliau ke Rahmatullah," kata Panglima TNI, di Jakarta, Rabu malam.

Mantan Panglima Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Pangkopkamtib) Laksamana (Purn) almarhum Soedomo itu juga memiliki sosok yang patut diteladani.

"Almarhum Soedomo memiliki sosok yang patut diteladani bagi prajurit TNI Angkatan Laut, bangsa dan negara ini. Kita merasa kehilangan sosok yang memiliki jasa yang besar bagi negara," kata Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI, Laksamana Muda TNI Iskandar Sitompul.

Selama kepemimpinan beliau sebagai Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) pada 1969-1973, kata Iskandar, almarhum Soedomo seringkali membuat gebrakan dan melakukan inovasi-inovasi di tubuh TNI AL.

"Kami kehilangan putra terbaik bangsa, di mana almarhum Soedomo pernah menjabat sebagai Menko Polkam. Almarhum juga merupakan pelaku sejarah dalam peristiwa Aru," katanya.

Tak hanya itu, almarhum juga telah meresmikan museum KRI Harimau di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta, beberapa waktu lalu.

"Saat itu, almarhum begitu tegar menceritakan peristiwa Aru," kata Kapuspen.

Saat ini, kata dia, jenazah almarhum Soedomo disemayamkan di rumah duka di Jalan Sekolah Kencana IV, TM-19, Pondok Indah, Jakarta. Rencananya, jenazah akan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan, Kalibata dengan upacara militer pada Kamis (19/4).

Soedomo lahir pada 20 September 1926 di Malang, Jawa Timur. Dia pernah menjadi kepala staf TNI-AL pada 1969-1973 dan juga pernah menjabat sebagai panglima Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Pangkopkamtib) 1978-1983.

Pendidikan umum yang pernah dilaluinya yaitu sekolah HIS di Probolinggo dan lulus pada tahun 1939.

Selanjutnya pendidikan di MULO di kota yang sama. Kemudian sekolah di SMP di Malang hingga lulus tahun 1943. Selanjutnya dikarenakan tertarik pada dunia pelayaran, memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya di Sekolah Pelayaran Tinggi (SPT) di kota Cilacap, Jawa Tengah.

Karier Militer Soedomo diawali dengan mengikuti Pendidikan Perwira Special Operation di Sarangan tahun 1948, kemudian memperdalam pengetahuan kemiliterannya dengan mengikuti pendidikan di negeri kincir angin, tepatnya di Artilleris School, Den Helder, Belanda.

Selanjutnya, almarhum juga mengenyam pendidikan berupa Kursus Komandan Kapal Destroyer di Gdynia, Polandia dan menamatkannya pada tahun 1958. Pendidikan Lemhannas tahun 1965, Sekolah Para Komando KKO tahun 1966, serta Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut (Seskoal) tahun 1968.
(S037/Z002)

Editor: Ruslan Burhani

COPYRIGHT © 2012

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Metro TV : teguran KPI sebagai pelajaran

Posted: 18 Apr 2012 07:03 AM PDT

Jakarta (ANTARA News) - Direktur Pemberitaan Metro TV Suryopratomo mengatakan teguran dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat sebagai pelajaran untuk lebih berhati-hati.

"Saya kira kami hidup juga diawasi oleh masyarakat, kalau itu ada keluhan dari masyarakat, harus berhati-hati, ini zamannya berbeda, kami ikuti saja," katanya melalui telepon, Rabu malam.

Sebelumnya, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat di Jakarta, Selasa (16/4), memberikan peringatan tertulis kepada Metrotv karena menemukan penayangan adegan yang tidak layak untuk ditayangkan pada Program Siaran "8-11 Show" tanggal 30 Maret 2012.

Penayangan adegan yang dimaksud adalah dialog antara pewawancara (host) dengan narasumber (Thamrin Amal Tamagola) yang menganggap Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai tomcat.

Dalam surat yang ditembuskan kepada Presiden RI, Komisi I DPR, dan Kapolri itu disebutkan bahwa pembicaraan yang membahas materi tersebut terjadi ketika narasumber lain (Effendi Gazali) membuka pembicaraan dengan mengutip pendapat Thamrin pada waktu lain yang menyatakan perilaku SBY sama dengan tomcat.

Thamrin menjelaskan pendapatnya dengan menyatakan : "Tomcat itu cirinya dia kalau tidak merasa terancam, dia tidak mengeluarkan bisanya. Tapi kalau dia merasa terancam, langsung dia mengeluarkan bisanya. Nah SBY itu begitu dia merasa terancam langsung tentara dikeluarin. Nah itu yang sama dengan tomcat."

KPI Pusat menyesalkan sikap host yang tidak berusaha melakukan pencegahan atau pengalihan materi pembicaraan ketika kedua narasumber mulai membahas persamaan SBY dengan hewan (tomcat).

KPI Pusat berkesimpulan bahwa penayangan adegan tersebut tidak layak ditayangkan karena Presiden Republik Indonesia dalam kapasitasnya sebagai Kepala Pemerintahan juga merupakan Kepala Negara.

KPI Pusat memutuskan memberi peringatan tertulis kepada Metro TV. Peringatan ini, demikian KPI, bertujuan agar Metro TV lebih berhati-hati dan memperhatikan kedudukan Presiden sebagai Kepala Negara. (T.M041/S023)

Editor: Ruslan Burhani

COPYRIGHT © 2012

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Tiada ulasan:

Catat Ulasan